Chapter 005 : Pertama Kali Aku Melihatnya

Bagian 1

*Cesstt…*

Mobil bus yang ditumpanginya akhirnya berhenti.

Setelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih empat puluh menit itu, Yamasaki Zen turun seorang diri di halte yang sama saat keberangkatannya ke sekolah. Lalu, perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan kaki ke rumahnya.

Cahaya sinar matahari senja hari itu benar-benar begitu nyaman.

Namun, selagi sinar matahari senja menyihir tubuhnya, di tengah perjalanannya—beberapa meter sebelum jalan pertigaan, seorang kakek tua dengan sebuah tongkat penopang di ketiak kanannya menarik perhatiannya.

Pasalnya, dirinya baru pertama kali melihat kakek itu berjalan di sekitar sini.

Dalam pikirnya sempat mengatakan kalau kakek itu baru saja pindah ke tempat ini. Akan tetapi, berpikir soal tempat tinggal, sedikit pun tidak terpikirkan sebuah hunian lain di lingkungan sekitarnya. Terlepas dari hal itu, kenyataan dari cara berjalan kakek itu membuat dirinya merasa iba.

Dia mengandalkan sebuah tongkat untuk membantunya berjalan, karena alasan itu, Yamasaki berpikir kalau kaki sebelah kanan beliau mengalami luka. Segera setelahnya, Yamasaki pun menghampirinya dengan niatan untuk membantunya.

Setelah jarak yang cukup terbentuk antara dirinya dan kakek itu.

Yamasaki Zen berjalan tepat di samping kanan kakek tersebut, lantas dirinya pun berinisiatif untuk memulai percakapan yang mendasar.

“Selamat sore, kek!”

“…”

Tidak ada balasan.

Kakek itu seakan tidak memedulikan kehadiran Yamasaki yang berada persis di sampingnya.

Dalam suasana yang hening, beliau masih melanjutkan perjalanannya.

—Apa suaraku terlalu pelan, ya?

Merasakan kondisi yang canggung ini, Yamasaki hanya bisa berpikir positif, dan beranggapan kalau dirinya saja yang menyapa kakek itu dengan suara yang terlalu pelan sehingga kakek itu tidak dapat merespon panggilannya.

“Anu… selamat sore, kek! Bisa saya membantu mengantarkan Anda sampai kepada rumah Anda? Saya lihat, keadaan kaki Anda sedang tidak baik. Maka dari itu, saya berniat membantu mengantarkan Anda setidaknya sampai rumah Anda.”

Setelah cukup panjang menjelaskan niat kehadirannya, kakek itu tiba-tiba berhenti, untuk sesaat wajah mereka saling bertemu. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Kakek itu tiba-tiba saja mengeluarkan benda yang sepertinya alarm keamanan diri.

Dan seketika itu pula, benda yang merupakan 'alarm keamanan diri' tersebut langsung dibunyikan di saat itu juga.

Suara alarm yang berbunyi nyaring itu jelas membuat Yamasaki Zen menjadi panik, pikirannya membuat anggapan liar seakan dirinya adalah seorang penjahat yang ingin melukai seorang kakek.

“Aaaaa... tunggu sebentar! Aku bukan manusia jahat, lo! Jadi, jangan salah paham dulu!”

“Aa—benarkah?”

“Iya, aku benaran tidak ada niat buruk kepada Anda, kok!”

Yamasaki mengangkat kedua telapak tangannya terbuka, sedikit dirinya jauhkan dari kakek itu dan ditempatkan di depan dada sebagai rasa seriusnya kalau niatnya hanyalah dalam tujuan yang baik.

—Malahan, untuk apa aku melakukan hal yang sehina itu? Selain itu, menyerang seseorang yang tidak bersalah? Itu sama sekali tidak masuk di akal.

Terlintas dalam benaknya mengatakan demikian.

Setelah diskusi yang terjadi di antara mereka berdua. Kakek itu akhirnya memutuskan untuk mematikan alarm keamanan diri.

Sepertinya, meski kesalahpahaman yang terjadi sudah mereda. Kakek itu menunjukkan raut wajahnya yang masih dipenuhi rasa curiga kepada Yamasaki.

“Yah… maaf, ya? Habisnya, kakek baru kali pertama berbicara dengan orang asing.”

—‘Kakek’…

“Kalau kakek bicara seperti itu. Saya juga minta maaf kalau misal saya telah lancang berbicara dengan kakek.”

“Saya hargai permintaan maaf kamu. Oh iya, meski kakek memang terlihat sudah tua, tetapi, gini-gini kakek masih berumur 64 tahun, tahu?”

“Bukankah itu sudah termasuk tua?”

“Tidak-tidak, kakek ini masih terbilang muda, tahu?”

“Tidak ada orang yang menyebut dirinya ‘kakek’ kalau menganggap dirinya masih muda tahu, kek!”

“—Pemandangan sore hari itu indah, ya?”

Tiba-tiba saja topik berganti.

—Mencoba mengalihkan topik, ya?

Yamasaki berkata dalam hati, dirinya jelas mengetahui kalau kakek itu seperti tidak ingin menerima kenyataannya. Kenyataan... kalau umur dirinya sudah tidak lagi dikategorikan usia muda atau bahkan usia dewasa.

Kakek itu telah berbohong kepada orang yang tidak tepat.

Namun, pengecualian untuk hari ini, Yamasaki tidak ingin berlama-lama di bahu jalan. Maka dari itu, dirinya memilih untuk menuruti apa yang diinginkan kakek itu.

“Baiklah, kalau kakek inginnya seperti itu. Jadi, saya harus memanggil Anda siapa?”

“Panggil saja, Tesuba!”

—Tesuba-san, ya. Lah, kok. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tetapi di mana…?

Yamasaki sempat berkata dalam pikirannya. Dirinya tidak ingin berlarut-larut dalam pikirannya. Segera dia pun menjawabnya:

“Ah, Tesuba-san.Senang bertemu denganmu, nama saya Yamasaki Zen!”

“Senang bertemu denganmu juga, Zen-kun. Jadi, apa tujuan awal kamu menghampiri kakek?”

Yamasaki kembali menjelaskan maksud tujuan awal dirinya menghampiri kakek yang memiliki panggilan nama ‘Tesuba’ tersebut. Beruntungnya, setelah selesai menyampaikan niat awalnya dengan jelas, Tesuba akhirnya menerima uluran tangan yang ditawarkannya.

***

Singkatnya, mereka akhirnya sampai disuatu lokasi.

Tempat itu tidak asing bagi Yamasaki Zen, malahan, sejenak dirinya dibuat mengingat kembali mengenai kebenaran keberadaan Tesuba yang ada keterkaitannya dengan tempat itu.

Setelah dibutuhkan tenaga yang lebih bagi dirinya untuk menaiki berpuluh-puluh anak tangga yang berupa batuan bata yang dilapisi semen. Apalagi, dengan situasinya yang saat ini tengah menopang tubuh seorang kakek yang baru saja ditemuinya. Yamasaki berpikir kalau dirinya sudah melakukan yang terbaik.

Selama perjalanannya menaiki puluhan anak tangga, beberapa gerbang torii dan dua buah patung rubah inari juga menyambut di awal kedatangan mereka berdua. Lokasi saat ini bertempat di dataran tinggi pegunungan tidak jauh dari rumah tempat tinggal Yamasaki. Jelasnya, tempat yang saat ini dikunjunginya ialah sebuah kuil.

Dan biasanya di tempat itu, sebuah festival kembang api selalu diadakan setiap tahunnya.

Tentunya, setiap tahun Yamasaki Zen selalu hadir mengikuti festival ataupun acara keagamaan di sana.

Dari kejauhan, beberapa bangunan dibangun tampak menggunakan bahan kayu, sedikit perpaduan menggunakan batu dan semen untuk beberapa anak tangga menuju altar tempat berdoa.

Selain itu, di sana terdapat pohon-pohon menjulang tinggi tumbuh mengelilingi tempat itu.

“Baiklah, sudah sampai!”

Tesuba lantas berseru, mengantarkan mereka berdua persis di depan altar kuil.

Perlahan-lahan, Yamasaki berusaha untuk melepaskan topangannya dari bahunya.

“Tempat ini… apa mungkin, Tesuba-san tinggal di tempat ini?”

“Benar, saya juga menjadi pengurus kuil ini sejak lima tahun yang lalu.”

“Eh… benarkah? Tetapi, kalau memang sudah selama itu. Kenapa setiap festival ataupun acara kegiatan spiritual yang diselenggarakan di tempat ini saya tidak pernah melihat Anda?”

Pertanyaan yang dari awal masih menjadi misteri baginya, karena hal itu juga membuat Yamasaki menjadi penasaran.

Itu masih salah satu dari beberapa pertanyaan yang nanti akan dipertanyakan.

“Oh, soal itu? Saya hanya tidak ingin seseorang melihat saya seperti ini.”

“…”

Pertanyaannya terjawab, meski itu meninggalkan sebuah misteri yang keluar dari kata-katanya.

Yamasaki terdiam merenungi arti perkataan yang dilontarkanTesuba.

Asumsi liar dari benaknya tiba-tiba muncul, dirinya ingin sekali bertanya kepada Tesuba. Namun, entah kenapa instingnya mengatakan kalau sebaiknya dirinya tidak bertanya lebih lanjut. Apalagi, asumsi liar yang dipikirkan itu berkaitan mengenai identitas diri ‘Tesuba’ itu sendiri.

“Terima kasih, untuk bantuanmu yang sebelumnya! Kapan-kapan mampirlah ke tempat ini untuk sekadar berdoa ataupun bertanya mengenai kuil ini kepada saya! Saya cukup terbuka untuk itu.”

Pada akhirnya, percakapan mereka dihentikan cukup sampai disitu.

Episodes
1 Prolog
2 [Prolog] + Chapter 001 : Misi Ruang Angkasa
3 Chapter 001. 2
4 Chapter 001. 3
5 Chapter 002 : Misi Ruang Angkasa. Bagian 2
6 Chapter 002. 2
7 Chapter 003 : Keseharianku Yang Biasanya
8 Chapter 003. 2
9 Chapter 004 _ Gadis Yang Ceroboh
10 Chapter 004. 2
11 Chapter 004 : Gadis Yang Ceroboh?
12 Chapter 004. 2
13 Chapter 005 : Pertama Kali Aku Melihatnya
14 Chapter 005. 2
15 Chapter 006 : Mencari Tahu Asal Mula Pedang di Dalam Meteorit
16 Chapter 006. 2
17 Chapter 006. 3
18 Chapter 007 : Aku Menunjukan Pedang Itu Kepada Ayah
19 Chapter 007. 2
20 Chapter 008 : Kehadirannya Yang Berlandaskan Sebuah Konflik, Katanya?
21 Chapter 009 : Ambisi Manusia dan Pertentangan
22 Chapter 009. 2
23 Chapter 010 : Destinasi, Planet Bumi
24 Chapter 011 : Siswa Populer
25 Chapter 011. 2
26 Chapter 012 : "Jadi kamu masih menganggap aku adalah makhluk yang berbahaya, ya?"
27 Chapter 013 : "Aku rasa alien bisa melakukan segalanya."
28 Chapter 014 : Rencana Berlatih Pedang dan Sebuah Kekuatan
29 Chapter 014. 2
30 Chapter 015 : Masa Lalu Murakami Tesuba
31 Chapter 016 : Masa Lalu Murakami Tesuba. Bagian 2
32 Chapter 016. 2
33 Chapter 017 : Mengunjungi Tempat Kerja Ayah
34 Chapter 017. 2
35 Chapter 018 : Kantin Perusahaan
36 Chapter 018. 2
37 Chapter 019 : Anggota Keluarganya Bertambah, Sementara?
38 Chapter 019. 2
39 Epilog
40 !Pengumuman!
41 [END] Volume 001 : Meteorit Jatuh dan Humanoid Nanoteknologi | Kata Penutup
42 [Prolog] + Chapter 001 : "Percayalah dengan rekanmu!"
43 Chapter 001.2
44 Chapter 002 : Kejadian di Saat Hujan
45 Chapter 002.2
46 Chapter 002.3
47 Chapter 003 : Mengerjakan Tugas Sekolah Bersama Kagura
48 Chapter 003.2
49 Chapter 004 : Libur Musim Panas dan Tokyo
50 Chapter 004.2
51 Chapter 004.3
52 Chapter 005 : Berhadapan Dengan Tindak Kejahatan
53 Chapter 005.2
54 Chapter 006 : Kelompok Penculikan dan Perdagangan Anak Kecil
55 Chapter 006.2
56 Chapter 007 : Berkedok Sebuah Penculikan
57 Chapter 008 : Sang Malaikat Kecil
58 Chapter 008.2
59 Chapter 009 : Kamera Pengawas Tersembunyi
60 Chapter 009.2
61 Chapter 010 : Keluarga
62 Chapter 011 : Memenuhi Undangan Isao
63 Chapter 011.2
64 Chapter 012 : Pembuktian
65 Chapter 012.2
66 Chapter 013 : Pembuktian. Bagian 2
67 Chapter 014 : Wawancara
68 Chapter 014.2
69 Chapter 015 : Berbagai Pertanyaan Dilontarkan
70 Chapter 015.2
71 Chapter 016 : Latihan Tersembunyi Yang Diketahui
72 Chapter 016.2
73 Chapter 016.3
74 Chapter 017 : Perlawanan Yang Tidak Seimbang
75 Chapter 017.2
76 Chapter 018 : Humanoid Nanoteknologi Yang Tidak Dikenal
77 Chapter 019 : “Prioritaskan tawaran yang aku perintahkan!”
78 Chapter 019.2
79 Epilog
80 Epilog.02
81 [Vol. 003. Ch. 00] Prolog
82 [Vol. 003 Ch. 001] Keadilan Sesungguhnya Dalam Kehiudpan
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Prolog
2
[Prolog] + Chapter 001 : Misi Ruang Angkasa
3
Chapter 001. 2
4
Chapter 001. 3
5
Chapter 002 : Misi Ruang Angkasa. Bagian 2
6
Chapter 002. 2
7
Chapter 003 : Keseharianku Yang Biasanya
8
Chapter 003. 2
9
Chapter 004 _ Gadis Yang Ceroboh
10
Chapter 004. 2
11
Chapter 004 : Gadis Yang Ceroboh?
12
Chapter 004. 2
13
Chapter 005 : Pertama Kali Aku Melihatnya
14
Chapter 005. 2
15
Chapter 006 : Mencari Tahu Asal Mula Pedang di Dalam Meteorit
16
Chapter 006. 2
17
Chapter 006. 3
18
Chapter 007 : Aku Menunjukan Pedang Itu Kepada Ayah
19
Chapter 007. 2
20
Chapter 008 : Kehadirannya Yang Berlandaskan Sebuah Konflik, Katanya?
21
Chapter 009 : Ambisi Manusia dan Pertentangan
22
Chapter 009. 2
23
Chapter 010 : Destinasi, Planet Bumi
24
Chapter 011 : Siswa Populer
25
Chapter 011. 2
26
Chapter 012 : "Jadi kamu masih menganggap aku adalah makhluk yang berbahaya, ya?"
27
Chapter 013 : "Aku rasa alien bisa melakukan segalanya."
28
Chapter 014 : Rencana Berlatih Pedang dan Sebuah Kekuatan
29
Chapter 014. 2
30
Chapter 015 : Masa Lalu Murakami Tesuba
31
Chapter 016 : Masa Lalu Murakami Tesuba. Bagian 2
32
Chapter 016. 2
33
Chapter 017 : Mengunjungi Tempat Kerja Ayah
34
Chapter 017. 2
35
Chapter 018 : Kantin Perusahaan
36
Chapter 018. 2
37
Chapter 019 : Anggota Keluarganya Bertambah, Sementara?
38
Chapter 019. 2
39
Epilog
40
!Pengumuman!
41
[END] Volume 001 : Meteorit Jatuh dan Humanoid Nanoteknologi | Kata Penutup
42
[Prolog] + Chapter 001 : "Percayalah dengan rekanmu!"
43
Chapter 001.2
44
Chapter 002 : Kejadian di Saat Hujan
45
Chapter 002.2
46
Chapter 002.3
47
Chapter 003 : Mengerjakan Tugas Sekolah Bersama Kagura
48
Chapter 003.2
49
Chapter 004 : Libur Musim Panas dan Tokyo
50
Chapter 004.2
51
Chapter 004.3
52
Chapter 005 : Berhadapan Dengan Tindak Kejahatan
53
Chapter 005.2
54
Chapter 006 : Kelompok Penculikan dan Perdagangan Anak Kecil
55
Chapter 006.2
56
Chapter 007 : Berkedok Sebuah Penculikan
57
Chapter 008 : Sang Malaikat Kecil
58
Chapter 008.2
59
Chapter 009 : Kamera Pengawas Tersembunyi
60
Chapter 009.2
61
Chapter 010 : Keluarga
62
Chapter 011 : Memenuhi Undangan Isao
63
Chapter 011.2
64
Chapter 012 : Pembuktian
65
Chapter 012.2
66
Chapter 013 : Pembuktian. Bagian 2
67
Chapter 014 : Wawancara
68
Chapter 014.2
69
Chapter 015 : Berbagai Pertanyaan Dilontarkan
70
Chapter 015.2
71
Chapter 016 : Latihan Tersembunyi Yang Diketahui
72
Chapter 016.2
73
Chapter 016.3
74
Chapter 017 : Perlawanan Yang Tidak Seimbang
75
Chapter 017.2
76
Chapter 018 : Humanoid Nanoteknologi Yang Tidak Dikenal
77
Chapter 019 : “Prioritaskan tawaran yang aku perintahkan!”
78
Chapter 019.2
79
Epilog
80
Epilog.02
81
[Vol. 003. Ch. 00] Prolog
82
[Vol. 003 Ch. 001] Keadilan Sesungguhnya Dalam Kehiudpan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!