Kalau rindu langung telvon aja.
Pagi hari itu, Guzel memutus kan untuk tidak lagi bekerja dengan Zeky. Hati Guzel merasa sangat lega saat ia sudah menyerahkan surang pengunduran dirinya dari hotel tempat ia bekerja sebelumya.
“Syukur lah.. sekarang aku bisa terbebas dari pria menyebalkan itu.” Ucap Guzel dengan girang. Kini ia akn mencari pekerjaan baru.
“Meski aku harus mencari pekerjaan yang lain untuk menyelesaikan misi dari daddy, tapi tak apa. yang penting aku tidak terkurung selamanya dengan pria buta menyebalkan itu.” Gerutu Guzel.
Sedangkan di rumah sakit, Zeky sedang menunggu kedatangan gadis itu. “Kemana dia?”
Zeky kemudian mengambil hp nya dari saku dan segera menelvon sekertaris kebanggaanya.
“Cepat kamu kemari.” Perintah Zeky sikat padat namun jelas.
Setelah menunggu, tak lama sang sekertaris datang dengan wajah lelahnya. Sejak Zeky terbaring di rumah sakit, ia sangat sibuk sekali menangani urursan Zeky.
“Gini kalau di naikkan gaji gak papa. Pekerjaan semakin bertambah tapi penghasilan sama saja. Setidak nya aku di kasih sedikit bonus gitu, giat aku senang. Tapi, sudah lah. Terima saja punya bos super pelit plus sangat ngga peka.” Gerutu Mark sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.
“Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” tanya sekertaris Mark pada si bos yang terlihat menikmati sarapan dengan muka kesalnya.
“Mark, kau cari gadis itu.” Titah nya masih dengan mulut penuh makanan.
“Apa?” sekertaris Mark syok. Ia terburu buru pergi ke rumah sakit karna takut terjadi apa apa pada bos nya itu. Tapi apa yang terjadi, bos nya menyuruh nya cepat kesana hanya untuk mencari seorang gadis.
“Hey kenapa kau berteriak pada ku?” sentak Zeky karna suara kaget Mark terdengar sangat menyakiti telinga nya.
“Tuan, kenapa anda selalu saja menyuruh saya untuk mencari nona Guzel. Kemarin saja waktu anda menyuruh saya untuk mencari nona Guzel orangnya langsung muncul seperti jelangkung. Tunggu saja nanti, mungkin dia ada keperluan, jadi datang terlambat. Lihat saja nanti, nona Guzel akan datang tidak di undang dan pulang tidak di antar. Seharusnya, kalau anda rindu, kan anda bisa langsung telvon orangnya. Anda juga punya nomor telfonnya. Kenapa saya jadi harus repot mencari dia. Anda tau sendiri bukan, kalau pekerjaan saya bertambah menumpuk semenjak anda terdampar di rumah sakit ini. Seharusnya anda bisa sedikit menghargai saya. Setidaknya.......” sekertaris Mark reflek menutup mulutnya. Ia tidak sengaja berkata kasar, alias ngomel kepada si bos.
“Setidaknya apa...” ucap Zeky sambil menahan geramnya.
“Ti, Tidak Tuan. Ampuni saya. Saya hanya kelelahan, jadi saya suka berbicara melantur. Saya mohon permisi ya, Tuan. Saya akan memenuhi titah anda untuk mencari dimana keberadaan nona Guzel jadi anda tenang saja. Oke. Saya permisi, Tuan.” Ucao sekertaris Mark dengan cepat yang kemudian segera pergi menginggalkan kamar rawat Zeky sebelum Zeky berbicara, karna dia takut pria tanpa belas kasih itu akan marah padanya.
..............................
Di sebuah Coffe Shop favorit Guzel, disana ia sedang menikmati kopi nya dengan membaca sebuah buku tentang bisnis. Meski pun ia tidak lagi bekerja di perusahaan ayahnya, tapi ia masih saja belajar.
Tak lama setelah itu, sebuah tangan lentik mengaget kan Guzel dari aktivitas asyiknya. “Dorrrrrr.” Teriak gadis yang mengageti Guzel. Sampai Guzel tersentak kaget dan langsung tertawa setelah melihat siapa yang datang mengganggunya.
“Kau ini. Kebiasaan sekali. kau itu suka datang terlambat, dan pasti akan berbuat rusuh kalau sudah datang.” Kata Guzel kesal tapi masih dengan tertawa.
“Iya, iya. Maaf ya.” Ucap temannya Guzel itu, dan langsung duduk di seberang kursi. “Kau sudah menunggu lama?” tanyanya. Memang benar. Guzel datang ke Coffe Shop ini untuk bertemu dengan temannya.
“Ya. Aku sengaja datang kesini lebih awal agar bisa menikmati suasana tenang sebelum kau membuat riuh dan bikin suasana mood ku langsung berantakan.” Gerutu Guzel sambil menyeruput sedikit kopi nya.
“Kau ini, seperti tidak mengenal ku saja. Aku ini sudah seperti itu dari sononya. By the way, kamu menikmati secangkir kopi sendirian tanpa mau berbagi dengan ku? Setidaknya tawarin gitu?” pinta Raisa yang terlihat sangat tergoda dengan cara Guzel menikmati kopinya.
“No! Beli sendiri.” Tolak Guzel, karna ia tau persis seperti apa sifat seorang Raisa.
“Ya elah, Guzel. Kamu pelit amat sih. Please ya, minta, ya ya.” Masih merengek.
“No!” Guzel masih tetap pada pendiriannya.
“Guzel, teman yang baik itu adalah yang suka memberi dan menyayangi teman. Padahal aku Cuma mau cicip sekali, tapi kamu benar benar tidak mau.”
“Heleh, bilangnya mau cicip. Tapi kalau aku sudah menyetujui agar kamu boleh memakannya. Kau akan menghabis kan semuanya sampai tidak ada sisa.” Ungkap Guzel kesal bercampur jengkel ketika ingat kelakuan teman kecilnya itu.
“shuuuuuut...” Raisa menaruh jari telunjuk nya di depan bibir. Pertanda diam. “jangan keras keras. Nanti ada yang dengar, kan malu.”
“Heleh. Biasanya juga ngga malu. Kenapa juga sekarang harus malu.”
Raisa jengah berdebat dengan Guzel, tidak akan ada habisnya. Akhirnya ia pesan kopi sendiri. Sesuai dengan selerannya, tak lupa Raisa juga pesan cemilan untuk menemani obrolan nya dengan Guzel.
“Jadi sekarang kau tinggal sendiri?” tanya Raisa sambil menikmati cemilan kesukaanya.
“Ya, seperti yang kau lihat.”
“Hm, menyedihkan sekali. Kok bisa, ya. Ada yang berani menggelap kan dana perusahaan, sampai kamu di depak daddy mu.”
“Entah lah, aku juga heran.”
“lalu, gimana? Apa pelaku nya sudah tertangkap.”
Guzel menggelengkan kepalanya dengan lemah. Lihat saja nanti, kalau pelakunnya sudah ketemu. Guzel akan memberinya pelajaran yang setimpal.
“Sayang sekali. kau harus hidup susah, sedang kan si pelaku masih menikmati hasil rampasannya.” Ucap Raisa sambil menggigit cemilannya dengan keras karna kesal.
“Tenang saja. Jika nanti pelakunya sudah ketemu, akan aku pastikan ia akan hidup lebih menderita dari pada aku. Dan aku berharap, daddy akan segera menemukan dimana keberadaan orang menyebalkan itu. Karna aku tidak ingin si pelaku bahagia lebih lama. Aku akan menyelesaikan misi dari Daddy, dan segera membalas dendam.” Ucap Guzel menyemangati diri nya sendiri.
“Ya, kau benar. Kau harus bangkit Guzel, kau tidak boleh menunjukkan sisi lemah mu. Ini tidak akan lama. Tunjukkan pada Daddy mu kalau kamu bisa mengatasi masalah mu sendiri. Dengan begitu, daddy mu pasti akan memperkenal kan mu pada publik, nanti.” Saran sang teman.
“Iya, aku berharap juga begitu. Mungkin ini hanya lah sedikit ujian untuk ku. Baik lah, terima kasih motivasi mu, teman.” Kata Guzel tulus sambil menepuk pundak Raisa dengan kedua tangannya.
“Pasti. Kau tidak salah pilih teman.” Ucap Raisa dengan percaya diri. “Oh ya, lalu kau bekerja di mana sekarang?”
Guzel terdiam mendengar pertanyaan teman baiknya itu. Pasalnya ia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya yang sebelumnya.
“Apakah kau tau, ada lowongan pekerjaan tidak?” Tanya Guzel.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments