Akad Tak Terelak
Alisha tergugu dalam tangisnya. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Sekarang ini ia hanya bisa mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.
"Udah, nggak usah nangis lagi. Gue bakal bayar apa yang udah gue ambil." Pria yang sedang mengancingkan kemejanya itu berjalan menuju sofa. Di sana terletak tas hitam miliknya. Mengambil buku cek dan menuliskan nominal sejumlah uang untuk ia berikan pada gadis yang baru saja ia renggut kehormatannya dengan paksa.
"Nih!" Pria itu melempar selembar cek tersebut tepat dihadapan Alisha yang masih saja menangis. "Lo bisa gunakan uang itu untuk seneng-seneng biar nggak nangis terus!" ujarnya tanpa perikemanusiaan. Kemudian meninggalkan Alisha begitu saja bagai ja lang yang habis dipakai.
Alisha kini berteriak. Mengeluarkan apa yang sejak tadi ia tahan. Ia melihat tubuhnya yang hina tanpa pakaian. Berlari ke kamar mandi untuk menghapus setiap jejak dari pria berengsek yang telah menjamahnya tadi.
Alisha mengusap kasar bekas kemerahan di tubuhnya di bawah guyuran air yang deras dengan air mata yang terus berderai. Semakin ia berusaha untuk menghapus setiap jejak yang tercipta, semakin ia mengingat bagaimana ia berusaha melawan pria itu agar tak menyentuhnya. Namun, apalah dayanya dibandingkan tenaga si pria berengsek itu.
Sekuat apa pun ia melawan, pria bejat itu nyatanya telah berhasil merenggut kehormatan yang selama ini ia jaga. Tangis bercampur air yang mengguyur tubuhnya menjadi saksi betapa hancurnya gadis itu.
Di kamar mandi hotel, Alisha terus menyesali apa yang terjadi. Merutuki perbuatan pria ba jingan tadi.
Berbeda dengan Alisha yang terus menangis, pria berengsek yang baru saja keluar dari kamar hotel di mana ia baru saja menghancurkan masa depan seorang gadis, masih saja bisa tersenyum. Ia seolah merasa menang dengan apa yang baru saja ia lakukan.
"Makanya, jangan main-main dengan Arsya," ujarnya dengan bangga sembari terus berjalan.
Pria itu mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari nama seseorang. "Halo, lo di mana?" ujarnya setelah menemukan nama David pada layar benda pipih di tangannya.
"Ok, gue susul ke sana." Pria bernama Arsya itu segera mematikan panggilan setelah mendapatkan jawaban dari David.
Segera setelah keluar hotel ia menyusul David ke sebuah kelab malam yang tadi David sebutkan. Senyum bahagia tak lekang dari bibirnya. Euforia karena telah mendapatkan apa yang ia inginkan seolah masih terasa meski ia sudah meninggalkan tempat di mana tadi ia berhasil menujukkan tentang siapa dirinya.
Arsya menaiki mobil sport berwarna hitam kebanggaannya karena mobil tersebut ia beli dari hasil kerja kerasnya. Dalam waktu beberapa menit akhirnya sampai juga di kelab malam, yang mana teman-temannya tengah berpesta di sana.
Begitu masuk tempat tersebut, Arysa disambut oleh dentuman musik keras yang dimainkan seorang DJ perempuan. Wanita berpakaian seksi dengan head phone di kepalanya itu terlihat bersemangat memandu para pencari hiburan untuk terus mengoyangkan badannya.
Melewati kerumunan banyak orang, Arsya menuju meja di mana teman-temannya sedang berpesta minuman. Mereka semua tertawa dengan apa yang mereka bicarakan.
"Hallo, Brother, ke mana aja, kok telat?" sambut salah seorang teman bernama Riko.
"Nggak usah basa-basi, berikan kunci mobil lo sekarang!" ujar Arysa to the point.
"Wait ... wait ... wait ... ini maksudnya apa, Mas Bro?" Riko sedikit terkejut dengan permintaan sekonyong-konyong Arysa.
"Udah, nggak usah belaga amnesia, lo. Gue udah menangin taruhannya, sekarang berikan apa yang kemarin lo pertaruhkan!"
Riko menggeleng. "Tunggu, maksud, lo, taruhan yang mana, nih. Beneran gue lupa. Lo tahu lah ini bukan taruhan pertama kita, yang lo maksud yang mana?"
"Gadis berhijab itu, lo, inget?"
Riko juga dua teman lainnya, David dan Angga mulai berpikir tentang gadis berhijab yang dimaksud oleh Arsya. Mereka saling tatap seolah saling bertanya gadis mana yang dibicarakan teman mereka yang baru datang ini.
"Maksud, lo, yang mana, sih?" tanya Riko meminta penjelasan lebih.
"Gadis berhijab, asistennya Mbak Ratih."
Riko dan dua temannya baru paham sekarang tentang gadis yang dimaksud.
Sedetik kemudian, Riko terbahak menertawakan Arsya dengan omongannya. "Maksud lo, lo menangin taruhan itu apa? Lo udah berhasil bikin itu cepek klepek-klepek sama lo?"
Arsya mengangguk.
Seakan tak percaya dengan pengakuan Arsya, Riko kembali tertawa. "Nggak usah bohong, lo. Gimana ceritanya tu cewek bisa klepek-klepek sama lo dalam sehari. Gue nggak yakin sama omongan lo kalau mengingat gimana ganasnya tu cewek waktu nampar lo kemarin."
Riko ingat benar, bagaimana kemarin malam wanita berhijab yang merupakan asisten designer bernama Ratih telah menampar dan mempermalukan Arsya di hadapannya juga teman-temannya. Dari situlah muncul ide taruhan, jika Arsya bisa menaklukkan wanita itu dan membuktikan kebenaran dari predikat cassanova yang ia sandang, dengan suka rela Riko akan memberikan mobil mewah miliknya.
Arsya yang kala itu terlanjur malu dan merasa terhina dengan perlakuan wanita berhijab yang ia anggap rendah itu merasa tertantang dengan tawaran Riko. Tanpa berpikir panjang demi menjaga gengsinya, ia pun menyusun rencana.
Arsya yang merupakan seorang model sudah sering bekerja sama dengan banyak designer untuk membawakan hasil karya mereka tak terkecuali designer yang waktu itu sedang mengadakan pameran bernama Ratih Wulandari.
Ratih memiliki seorang asisten berhijab bernama Alisha, yang saat itu bertugas menangani baju yang akan dipakai oleh Arsyanendra. Pada suatu kesempatan, Riko yang juga seorang model berusaha menggoda Alisha, tapi Alisha tolak dengan halus.
Riko tak menyerah, pria itu terus berusaha menggoda karena paras Alisha memanglah menarik perhatian. Hingga Alisha merasa risih dan marah, kemudian membentak Riko dan meminta pria itu agar bersikap sopan.
Arsya yang melihat justru menertawakan temannya tersebut. Kesal melihat Arsya tertawa, Riko pun mencetuskan ide gila. Ia menawarkan pada Arsya agar menunjukkan pesonanya untuk menaklukkan Alisha.
Arsya yang terkenal sebagai penakluk wanita, dengan mudah mengikuti apa yang diinginkan Riko. Setelah selesai acara pameran busana, diadakan pesta untuk mengucapkan terima kasih pada semua yang berkontribusi dalam pameran tersebut. Arsya sengaja mengundang Alisha untuk bergabung dengan teman-temannya yang sedang berkumpul. Pria itu juga memesan bunga untuk diberikan pada Alisha demi menarik perhatian gadis itu.
Sama seperti Alisha menolak Riko, gadis itu juga menolak bunga dari Arsya dengan halus. Tak terima bunga pemberiannya di tolak, Arsya pun meradang. Terlebih ketika teman-temannya menertawakan kegagalannya memberi bunga pada seorang wanita.
Egonya menolak jika ia harus jadi pecundang. Dengan arogannya Arsya menarik tangan Alisha dan berkata, "Heh, lo pikir, lo, siapa? berani nolak bunga dari gue. Apa lo tahu kalau di luar sana banyak wanita yang ngantri cuma buat dapatin bunga pemberian gue. Nah, lo, cantik enggak, tapi sok-sokan nolak pemberian gue. Mau sok jual mahal lo sama gue!"
Mendengar dirinya direndahkan, Alisha dengan halus melepaskan tangan Arsya yang mencekal pergelangan tangannya. "Maaf, saya tidak terbiasa menerima pemberian apa pun dari orang yang tidak saya kenal," ujar Alisha masih berusaha untuk sopan.
Arsya tersenyum meremehkan. "Munafik, lo!" Setelah kata-kata itu, Arsya tiba-tiba kembali menarik tangan Alisha. Kali ini lebih kuat hingga tubuh Alisha menabrak tubuh Arsya.
Sontak saja Alisha segera mendorong Arsya agar menjauh, lalu melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kanan Arsya karena kekurangajaran pria tersebut.
Di depan semua teman-temannya, untuk pertama kalinya Arsya ditampar oleh seorang wanita. Bukan hanya Arsya, teman-temannya pun kaget melihat keberanian Alisha.
Dengan tegas Alisha berkata, "Mungkin ada banyak wanita yang mau mengantri untuk mendapatkan bunga dari Anda, tapi itu bukan saya!" Alisha berbalik meninggalkan Arysa yang masih memegangi pipinya yang terasa panas.
Beberapa saat, waktu seolah terhenti. Arsya hanya bisa menatap punggung Alisha yang perlahan menjauh. Fokusnya tertuju pada wanita yang baru saja membuat dirinya kehilangan harga diri.
Hingga tepuk tangan dari Riko menyadarkannya. Bukan hanya tepuk tangan, tawa Riko terlihat semakin menjengkelkan ditambah dengan perkataan. "Gila, sang cassanova kita ternyata sekarang udah kehilangan powernya. Ada juga gadis yang nggak mau sama dia. Wah ... Wah ... Gue harus kasih hadiah nih sama tuh cewek."
Arsya semakin marah mendengar ejekan Riko.
"Diem, lo!" sentak Arsya.
"Kenapa, marah, Bro! Tapi, itu kenyataan, 'kan. Pamor lo sebagai cassanova sudah luntur, Brother. Sepertinya sudah ada yang harus mewarisi gelar itu sekarang. Kira-kira, siapa, ya, cassanova berikutnya?" ujar Riko dengan nada semakin menjengkelkan di telinga Arsya.
"Bagaimana kalau David, atau mungkin Angga aja, sepertinya belum ada riwayat kalau mereka berdua ditolak cewek," sambung Riko semakin membuat amarah Arsya mendidih.
Tak tahan dengan ejekan-ejekan Riko, Arsya memilih pergi meninggalkan ketiga temannya begitu saja.
Sebelum Arsya benar-benar menjauh, Riko berteriak. "Bro, ke mana, lo. Gue kasih lo mobil gue kalau lo berhasil bikin cewek itu takluk!"
Arsya terus melenggang pergi, memilih mengabaikan apa yang Riko ucapkan.
Mengingat semua kejadian itu, Riko tersadar dengan apa yang kemarin ia ucapkan.
"Mana buktinya kalau lo benar-benar sudah menaklukan gadis itu?" Riko masih belum percaya dengan ucapan Arsya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
⚘️ɛ.
dih, demi predikat cassanova doang.. biar apasih.. 🙄
2024-10-28
1
maulana syarofa
astaghfirulloh
2023-12-19
2
Queenaa
Kutandai wajahmu Riko, awas kau
2023-12-16
1