Setelah pengakuannya kepada Imran, Alisha yang kala itu sudah melaporkan kejadian yang ia alami pada polisi, diantarkan oleh Imran untuk visum. Imran mendukung tindakan Alisha untuk melaporkan penjahat itu ke polisi. Bagaimanapun Arsya pantas mendapatkan hukuman atas perbuatan amoralnya.
Selain untuk memberikan efek jera pada pelaku, pelaporan kasus ini juga untuk memulihkan psikologi dari Alisha selaku korban. Sebagai korban pelecehan Alisha harus mendapat dukungan bahwa ia sangatlah berharga untuk diperlakukan buruk, sementara pelaku harus menerima hukuman atas perbuatan yang telah melukai harga diri serta kehormatan Alisha.
Sebagai seorang yang dituakan, Imran tak kurang-kurangnya memberikan dukungan pada Alisha. Dengan sabar pria tua itu mengantarkan Alisha bolak-balik ke kantor polisi.
Tak lama berselang usaha Alisha dan juga Imran pun mulai menunjukkan hasil. Pemanggilan untuk sang model pun dilakukan.
Berita dengan cepat menyebar. Banyak media baik offline maupun online yang membicarakan kasus pelecehan dengan kekerasan yang dilakukan oleh seorang Arsyanendra Bagaspati. Nama besar model itu membuat para awak media bersedia menunggu di depan kantor polisi hanya demi mencari kebenaran dari kasus pelecehan tersebut.
Banyak orang tidak menyangka jika model yang terkenal rupawan itu punya sifat bejat yang tak pantas untuk dicontoh. Namun, tidak sedikit orang juga yang masih saja membela pria itu, tentunya mereka yang berasal dari fans garis keras seorang Arsyanendra Bagaspati.
Bukan hanya di kantor polisi, para pencari berita juga langsung menyerbu kediaman Imran, rumah di mana Alisha tinggal. Alisha yang merupakan korban juga tak luput dari buruan media. Banyak yang ingin tahu tentang siapa gadis yang sudah membuat seorang Arsya bisa setega itu.
"Lihat, tu, Pak, banyak sekali wartawan yang menunggu di depan rumah kita. Ibu, malu, Pak," ujar Laras setelah mengintip dibalik tirai jendela. Ia berjalan menghampiri suami dan keponakannya yang duduk di bangku kayu di ruang tamu mereka.
"Ini semua gara-gara keponakan Bapak yang tidak tahu diuntung ini. Ibu mau keluar buat belanja benang jahit saja susah. Kalau mau terkenal itu mbok ya dengan prestasi, bukan malah karena kasus diperkosa."
"Buk!" hardik Imran. "Jaga bicara Ibu, Alisha juga tidak mau berada di posisi ini!"
"Halah, kalau dia tidak mau diperkosa, untuk apa dia datang malam-malam ke hotel menemui lelaki yang tidak dia kenal. Itu kan aneh, kecuali memang keponakan Bapak itu, gatel!"
"Buk!" Imran kembali meninggikan suaranya. Istrinya ini tidak ada empati sama sekali pada Alisha. Kata-katanya setajam belati.
Alisha yang menjadi topik pembicaraan hanya mampu menunduk dan terdiam. Menahan air mata yang ingin keluar. Bahkan setelah menjadi korban, ia tetap disalahkan. Bukan hanya Budhenya tapi juga banyak penggemar dari sang model ikut-ikutan menghujatnya. Melabelinya sebagai wanita murahan. Ia juga dituduh telah menggoda dan menjebak Arsya.
Sementara itu di sebuah ruangan di kantor polisi, seorang pria paruh baya tengah meluapkan emosinya pada sang putra.
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Arsya. Ini bukan yang pertama sebelumnya pria itu sudah menghadiahi sang putra dengan bogem-bogem mentahnya.
"Pa, sudah, hentikan!" mohon Sarah pada sang suami.
"Ini kantor polisi, Pa."
Pria bernama Surya tersebut langsung menarik diri. Ia segera duduk di bangku berwarna merah dan mulai mengatur napasnya yang terengah. Tatapan tajamnya masih tertuju pada Arsya yang terlihat diam tak berkutik. Pasrah menerima setiap pukulan yang dilayangkan papanya.
Kesempatan ini dimanfaatkan Sarah untuk mendekati putra pertamanya itu. "Arsya ...." Sarah menyentuh sudut bibir putranya yang berdarah. Ia juga mengusap pipi Arsya yang terlihat memar karena ulah suaminya.
"Ambilkan obat di mobil!" Sarah memerintah pada ajudannya.
"Tidak usah!" seru Surya ketika sang ajudan hendak pergi memenuhi perintah Sarah.
"Pa ...."
"Kenapa, apa kamu pikir luka itu sebanding dengan apa yang sudah dia perbuat pada gadis malang itu! Tidak, itu belum seberapa, harusnya aku membuat dia jera dengan mematahkan kaki atau ta ...."
"Pa ...," potong Sarah cepat. "Kenapa Papa tega bicara seperti itu pada anak Papa sendiri. Arsya ini anak kita, Pa, darah daging kita," ujar Sarah emosi.
"Aku lebih baik tidak punya anak dari pada harus memiliki anak sebejat dia!" Jari telunjuk Surya mengarah pada sang putra.
Sarah menangis pilu mendengar apa yang baru saja suaminya katakan. "Arsya memang salah, Pa, tapi setiap kesalahan selalu bisa diperbaiki. Arsya akan berubah untuk menebus kesalahannya. Iya, kan, Sayang?" Kembali Sarah mengusap lembut wajah anaknya.
Perlakuan Sarah pada Arsya membuat Surya hanya bisa memijit pelipisnya. Amarahnya semakin bertambah ketika pandangannya beralih pada putranya itu.
"Hotman, bagaimana langkah hukum selanjutnya?" Untuk mengalihkan emosinya, Surya mengajak Hotman—pengacaranya untuk meminta saran.
"Saya rasa apa yang dihadapi Mas Arsya cukup berat, Pak. Sebab gadis itu punya cukup bukti untuk menjerat Mas Arsya. Setelah malam itu, gadis itu langsung membuat laporan polisi dengan menyertakan bukti yang ia bawa dari hotel tempat kejadian perkara. CCTV hotel tersebut, juga check ini atas nama Mas Arsya semakin memperkuat semuanya, belum lagi visum yang telah membuktikan adanya kekerasan yang dilakukan oleh Mas Arsya." Hotman melirik Arsya dan juga Sarah yang tengah memperhatikannya.
"Apa ada upaya lain untuk membebaskan bajingan ini dari tempat ini?" Meski marah dan benci dengan kelakuan putranya, Surya tetap tidak ingin jika Arsya mendekam dibalik jeruji besi.
"Mungkin kita bisa membujuk gadis itu untuk mencabut laporannya, meskipun menurut saya harapannya cukup tipis."
"Kamu sudah cari informasi tentang gadis itu?"
"Sudah, Pak."
"Anton!" seru Surya pada ajudannya.
"Siap, Pak!"
"Kamu cari gadis itu dan bawa dia, aku ingin bicara."
"Siap, Pak!"
Sarah yang sejak tadi hanya jadi pendengar langsung memeluk putranya. Terbersit sedikit kebahagiaan dalam hatinya. Ia yakin semarah apa pun suaminya, pria itu tidak akan tega membiarkan putranya ditahan.
"Ayo, kita pulang!" ajak Surya. Ia segera mengambil jas yang sebelumnya ia tanggalkan saat menghajar putranya itu.
"Tapi, Pa, Arsya ...."
"Biarkan dia menginap di sini sebagai pelajaran baginya."
"Kamu kuat, ya, Sayang. Mama sama Papa akan berusaha membebaskan kamu dari tempat ini. Malam ini kamu di sini dulu, ya," pesan Sarah sebelum meninggalkan putra tersayangnya.
Surya dan istrinya juga pengacara segera meninggalkan ruangan itu. Sebelum pergi ia mengucapkan terima kasih pada pihak kepolisian yang sudah memberikan waktu khusus untuknya juga putranya. Ia juga menitipkan sang putra sampai ia bisa menemukan jalan untuk membebaskan putranya tersebut.
"Bagaimanapun caranya, kamu harus bawa gadis itu ke hadapanku. Aku ingin semua segera berakhir," titah Surya.
"Siap, Pak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Shanty
w.o.w bang Hotman hadir 😅
2023-11-14
1
Fikha Clara
Hotman Paris kh😅
2023-09-02
1
shadowone
Hotman Paris🤣🤣🤣
2023-08-20
1