AKU Bukan PELAKOR
Hiruk pikuk dirumah kecil orang tuaku mempersiapkan pernikahanku, yang tinggal hitungan jam. Aku tidak menginginkan pesta besar besaran, karena aku sadar, kami dari keluarga sederhana, dan ini adalah pernikahan kedua bagi calon suamiku. Ssst...dia duda beranak dua. 🤭🤭
Tapi ibuku beda lagi maunya. Beliau tetap kepingin mengundang tetangga,saudara-saudara dan kerabat lain,yang itu berarti akan mengundang banyak orang.
Aku pasrah saja, daripada meributkan hal-hal seperti itu dengan ibu,yang pasti aku akan kalah berdebat. Maklum ibu tipe orang yang tidak mau di debat pendapatnya. Selama ini kami,aku,bapak,dan kakak ku memilih untuk menurut apa kata ibu, sejauh masih bisa diterima akal sehat. Jangan tanya kalau ibu udah marah-marah, karena kami tidak menurut,pasar saja kalah berisiknya. Hahahaha.
Aku masih duduk dengan anteng, sementara perias pengantin masih sibuk menyulapku, biar mangklingi katanya. Padahal sudah hampir dua jam aku duduk, menahan pegal dan ngantuk juga. Berkali kali aku menguap,dan aku lihat sang perias agak menahan nafas,mungkin ada aroma kurang sedap dari mulutku. Hihihi... aku tadi lupa gosok gigi.
Kami hanya menggunakan jasa perias pengantin kampung,karena memang itulah adat di desa kami,apalagi kami bukan dari kalangan atas, yang bisa membayar jasa MUA. Mehong gaess.
Daripada buang-buang uang buat riasan yang cuma sebentar, mending uang yang di kasih mas Agung untuk persiapan acara, aku kasihkan ke ibuku,lumayan bisa buat nambah- nambah modal di warung kecilnya.
Eh dasar ibuku, dikasih tambahan modal buat warung, malah uangnya buat nambah daftar tamu-tamunya, yang tiba tiba membludak jumlahnya.
Satu jam kemudian,aku dengar dari dalam kamarku, yang letaknya tidak jauh dari pintu depan, suara banyak orang. Aku memastikan itu suara rombongan, dari keluarga besar calon suamiku.
Alamak... jantungku deg deg an banget. Sebentar lagi, aku akan jadi pengantin beneran. Aku bener bener tegang, sampai-sampai aku gak bisa diam, kakiku aku gerak-gerakan pelan, badankupun menggeliat kesana kemari.
"Mba ... bisa anteng lagi gak?" si ibu perias merasa terganggu dengan badanku, yang gak bisa anteng lagi.
"Hehehe ... saya tegang banget bu. Malah kepingin pipis ini. Boleh gak saya ke kamar mandi, sebentaaar aja bu ... please..." mohonku ke ibu perias, dengan muka memelas.
"Aduh mba ini waktunya udah mepet lho ... rombongan calon pengantin laki laki juga udah pada dateng," jawab si ibu agak ketus.
"Ya gimana dong bu, kebelet banget ini ... nanti kalau saya ngompol gimana?" pintaku lagi.
Kan gak lucu kalau mempelai perempuannya ngompol di celana,batinku. Hahaha.
Akhirnya dengan berat hati, si ibu perias mengantar aku ke kamar mandi, yang letaknya tidak jauh dari kamarku.
Aah... lega rasanya, bisa mengeluarkan sesuatu yang dari tadi mengganjal di bawah sana. Buru buru aku jalan masuk kembali ke kamar kecilku, untuk melanjutkan finishing make up ku,terus lanjut ganti baju kebaya, untuk acara akad nikah.
Aku menatap diriku di kaca rias. Aku bener bener pangkling dengan diriku sendiri. Dalam hati memuji diriku sendiri, cantiknya. Hehehe...siapa lagi yang mau muji kalau bukan diri sendiri.
Ibuku mengetuk pintu kamarku sesaat sebelum masuk, untuk menjemputku keluar dari kamar. Ibu ternganga melihatku, yang sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Maklum aku termasuk perempuan yang jarang sekali berdandan, kecuali kalau mau kondangan. Itupun belum tentu sebulan sekali.
Aku di gandengnya menuju ke ruang tamu, yang sudah disulap jadi tempat akad nikah. Yaelah bu, tinggal jalan sendiri aja pake di gandeng segala, tapi itu cuma dalam hati aja. Mana berani aku protes dalam keadaan kayak begini.
Sesaat mas Agung menatapku, dia kelihatan terpesona denganku. Ah kok aku jadi salah tingkah sih. Aku tersenyum sedikit malu malu, ditatap kayak gitu. Dalam hati, merutuki diriku sendiri yang ke ge er an. Gapapalah daripada minder. Hehehe.
Setelah mas Agung mengucapkan ijab qobulnya, pak penghulu mengucapkan kata SAH, dan di jawab oleh para hadirin yang ada di ruangan itu.
"SAAAH...."
"Alhamdulillah" ucap mas Agung, yang kemudian mengulurkan tangannya ke arahku, dan kusambut dengan mencium tangannya. Lalu mas Agung mencium keningku.
Deg...
Deg...
Wajahku pasti merona karena seumur umur aku belum pernah di sentuh oleh laki laki. Katrok yaa ... biarin ....
### Selesai acara ijab qobul, aku dan mas Agung sungkem kepada kedua orangtua kami. Aku bersimpuh di depan ibu, yang duduk di kursi sebelah bapak ku. Ibu memelukku erat, sambil menangis sesenggukan, tanpa bisa berkata apa-apa. Akupun tak dapat membendung air mataku, dan aku pastikan riasan wajahku ambyar.
Aku bergeser sedikit, ke depan bapakku. Beliau kelihatan lebih tegar, dengan sedikit senyum yang dipaksakan. Senyum kebahagiaan tentunya, karena anak gadisnya yang dikira akan menjomblo seumur hidup, akhirnya laku juga. Hehehe ....
Aku mengikuti mas Agung, yang berpindah sungkem kepada kedua orangtuanya. Disitu aku banyak sekali mendapat wejangan dari ibu mertuaku, tanpa mempedulikan kakiku yang nyaris kesemutan, karena terlalu lama berjongkok.
Aku menyenggol sedikit lengan mas Agung,biar cepet-cepet bergeser, karena kakiku sudah sangat pegal. Untung mas Agung faham, dan segera berpindah posisi.
Kini giliran ke kakak ku yang mesti aku sungkemin, sebagai tanda bakti adik, yang sering membuat dia kesel, karena sikapku yang sering dianggapnya nyebelin.
Dia berbisik pelan di telingaku "akhirnya laku juga adikku," sambil cengengesan. Pingin banget rasanya membalas omongannya, tapi apa daya, semua mata tertuju padaku. Apa kata orang, kalau tau mempelai perempuannya ngomel-ngomel gak jelas. Aku cuma mencubit kaki mas Andi kakakku. Dia terlihat meringis menahan sakit. Dalam hati bersorak...sukuriiin....
Acara sungkeman pun kelar. Para hadirin dipersilakan menikmati hidangan, yang sudah dipersiapkan ibuku, di bantu beberapa tetangga dekat kami. Dari semalam, mereka bela-belain lembur, biar semua bisa terhidang.
Sedangkan aku dan mas Agung, mesti berdiri sambil menerima ucapan selamat dari para hadirin, sebelum mereka menikmati hidangan.
Tak lupa kedua anak mas Agung, Risa yang berumur tujuh tahun, dan adiknya Rega, yang berumur lima tahunpun, mendekat dan memeluk kami bergantian. Ada rasa haru, saat menyadari aku akan jadi ibu buat mereka. Walaupun mereka bukan anak- anak yang lahir dari rahimku, tapi aku berjanji akan menyayangi mereka, seperti anakku sendiri.
Mereka pun sepertinya mau menerima aku dengan baik. Sebelum kami memutuskan menikah, mas Agung sudah memperkenalkan kedua anaknya itu. Aku menyukai mereka karena sikap mereka yang sopan, meski mereka masih kecil-kecil. Sepertinya sebagai single parent, mas Agung mampu mendidik mereka dengan baik.
Aku menggandeng Risa, dan mas Agung menggandeng Rega, untuk ikut menikmati hidangan yang sudah disediakan.
Beberapa pasang mata seperti menatapku, yang kelihatan begitu dekat dengan anak-anak tiriku. Aku berjalan penuh percaya diri, sambil menawari Risa makanan.
"Risa mau makan apa sayang?" tanyaku pada Risa.
"Apa aja...mmm" jawab Risa, sepertinya dia masih canggung, untuk memanggilku ibu. Kami memang sepakat untuk memanggilku dengan sebutan ibu. Kalau untuk ibu kandung, mereka biasa memanggilnya dengan sebutan mama.
Gapapa deh, di panggil ibu biar gak sama dengan panggilan ke ibu kandung mereka. Kan gak lucu kalau dua duanya dipanggil mama.
Aku tersenyum ke arah Risa, dan mengambil beberapa makanan kecil, yang aku letakan di piring kertas, yang udah disediakan dimeja. Dan dengan tersenyum manis, Risa mengambilnya dari tanganku.
Hmmm...begini rasanya jadi orangtua ya, mesti mendahulukan anak anak. Aku melirik ke arah Rega, yang masih anteng di gandeng ayahnya. Dan akupun menawarinya makanan, yang dijawab dengan anggukan.
Anak-anak yang penurut. Semoga kedepannya, mereka tidak merepotkan aku, karena sebagai anak bungsu, aku masih di ladeni ibuku kalau soal makanan. Itu yang sering bikin kesel mas Andi, kakakku, dia selalu mengataiku bayi tua. Karena mas Andi, orangnya sangat mandiri sejak kecil. Bapak ku selalu mengajarinya seperti itu,biar gak merepotkan istri nantinya,begitu kata bapak.
Eh malah dia yang udah berumur tigapuluh tahun belum laku-laku juga. Kalah sama aku yang di katai bayi tua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
awal cerita yg menarik😘
2024-10-01
0