Suara adzan subuh, sayup-sayup terdengar ditelingaku. Aku menggeliatkan badan, seperti kebiasaanku setiap bangun tidur. Rasanya belum puas, kalo belum kedengeran bunyi kretek dari badanku.
Tapi...sebentar...kok kayak ada yang menghimpitku ya. Kubuka mataku yang belum on. Astaghfirullah...aku terkejut, karena ada yang memeluk ku dari belakang. Aku mencoba mengumpulkan nyawaku dulu. Sampai akhirnya aku tersadar, ada tangan yang memelukku erat dari belakang.
Aku berusaha bangkit, sambil melepaskan pelukan itu. Kubalik kan badan, dan...aku liat mas Agung tertidur pulas . Otakku yang belum bekerja dengan baik, mencoba mengingat, kenapa dia bisa ada dikamarku?
Dan...Oh my God. Aku baru tersadar, kalau dia sudah menjadi suamiku. Pantas saja ada di sini.😁😁
Cepat-cepat aku rapikan rambut dan pakaianku, karena pasti sangat berantakan. Aku turun dari tempat tidur perlahan,agar tidak mengganggu tidurnya.
Aku berjalan ke kamar mandi, yang ada di sebelah kamarku. Aku melakukan rutinitas pagiku, gosok gigi, cuci muka, terus ambil wudhu.
Begitu aku sampai lagi di kamarku, kulihat mas Agung sudah bangun. Dia duduk di sisi ranjang. Aku tersenyum
" Udah bangun mas? Enak tidurnya?" tanyaku. Mas Agung pun tersenyum "Enak dong, meluk guling yang empuk soalnya" jawab mas Agung.
Aku tersenyum malu-malu. "Mau sholat subuh gak?" tanyaku.
"Sholat dong, tunggu ya, kita berjamaah," jawabnya.
Diapun berjalan ke luar kamar. Sementara, aku menyiapkan sajadah, sarung dan peci, yang memang sudah di persiapkan ibu kemarin.
Tradisi dikampungku, kalau pengantin baru, pihak perempuan akan menyiapkan keperluan laki-laki. Karena begitu selesai ijab qobul, pihak laki-laki akan bermalam selama satu minggu,di rumah pihak perempuannya.
Selesai aku mempersiapkan semuanya, termasuk aku memakai mukena, mas Agung masuk ke kamar. Dan langsung bersiap didepanku.
Ini adalah pertama kali kami berjamaah. Ada rasa yang gak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku bener-bener terharu. Akhirnya aku mendapatkan suami yang sholeh, seperti harapanku dari dulu.
Selesai sholat,mas Agung membalikan tubuhnya, dan mengulurkan tangannya. Kusambut dan kucium tangannya, dengan takzim.
CUP
Mas Agung balas mencium keningku. Jangan ditanya bagaimana bahagianya aku sekarang. Ah...tapi mata itu, kenapa malah menatapku lama sih? aku kan malu. Aku menundukan kepala, dengan wajah merona.
"Dek..." panggil mas Agung pelan. Terasa adem mendengarnya. Aku sedikit mendongakan kepala,tanpa menjawab,hanya tersenyum.
Tatapan kami bertemu. Deg...
Tiba-tiba mas Agung meraih daguku, dan mengecup bibirku lembut. Aku masih diam saja, karena aku malu dan gak tau mesti gimana. Dia menatapku sebentar, dan kembali mengecup bibirku. Kali ini bukan hanya kecupan, tapi l*m*t*n. Lembut dan hangat.
Aku menikmatinya,dengan jantung yang berdetak semakin cepat. Kupejamkan mataku, sensasi yang benar-benar membuatku terbuai.
Saat tangan mas Agung mulai mencari gunung kembarku, aku tersadar kalau kami masih diatas sajadah. Masa iya mau gituan.
"Mas..." bisikku pelan, yang lebih mirip suara *******. Pandanganku terasa kabur, tapi aku berusaha tetap sadar. Aku berusaha menahan tangannya.
"Aku lepas mukena dulu ya..." kataku. Mas Agung menurut, dan melepaskan tangannya dari belakang leherku. Sport jantung beneran ini.
Dalam hati, aku bingung setengah mati. Setelah lepas mukena terus aku harus bagaimana? tanyaku dalam hati.
"Mas...aku siapin sarapan pagi dulu ya...ibu pasti sudah mulai masak di dapur," kataku, berusaha menghindari adegan selanjutnya.
Tanpa berkata-kata, mas Agung meraihku lagi. Kali ini serangannya seperti gak mau dilepaskan. Aku hanya bisa pasrah. Toh itu memang haknya sebagai suami.
Tiba-tiba...
Praaaaangg
Kami sama-sama terkejut, dan spontan saling melepaskan. Sejenak kami bertatapan. Terdengar suara ibu berteriak dari arah dapur. Kami langsung berlari kearah pintu, untuk mencari tau apa yang terjadi.
Astaghfirullah...ibu kepleset di dapur, saat akan memasak air. Tubuhnya basah kuyup, kena tumpahan air dari ceret. Kami langsung berlari ke arah ibu dan menolongnya.
"Ibu kenapa kok bisa jatuh?" tanyaku, sambil memapahnya. Kami dudukkan ibu di kursi dekat meja makan. Ibu terlihat pucat, karena mungkin kedinginan.
"Itu lantai sepertinya licin, ibu belum sempat membersihkan,jadi ibu kepleset" jawab ibu, setelah duduk dengan tenang.
"Ya udah, ibu istirahat dulu,biar aku yang nerusin kerjaan di dapur" kataku kemudian. Ibu mengangguk setuju.
"Apa ada yang sakit bu?" tanya mas Agung, penuh perhatian.
"Gapapa...cuma terkilir sedikit, nanti juga baik lagi" jawab ibu.
Tak lama, bapak dan mas Andi masuk ke dalam rumah, setelah mereka pulang dari masjid.
"Ada apa ini?" tanya bapak.
"Ini tadi ibu kepleset di dapur pak" jawabku, sambil meneruskan kerjaan di dapur.
"Ooh..makanya hati-hati bu. Sudah ibu istirahat aja dikamar,itu pasti karena ibu kecapekan" kata bapak.
"Ibu disini aja pak, ibu gapapa kok. Sebentar lagi juga baikan" jawab ibu seperti biasanya, ngeyel.
Bapak hanya bisa menghela nafas.
"Ya sudah lah terserah ibu aja" kata bapak pasrah, daripada pagi-pagi harus berdebat. Mas Andi yang dari tadi diam aja, memilih masuk ke kamarnya.
Bapak mengajak mas Agung duduk-duduk di teras rumah, sambil ngobrol. Aku segera menyiapkan dua gelas teh panas untuk mereka.
------------‐---------------------------
Setelah hampir satu jam berkutat di dapur, akhirnya jadi juga masakanku. Menu sederhana...nasi goreng,telur ceplok dan kerupuk. Aku tata rapi diatas meja makan.
Ibu yang dari tadi duduk dikursi di dekatku, beranjak untuk memanggil yang lainnya sarapan. Kami segera duduk di kursi masing-masing.
Aku berinisiatif, menyendokan nasi goreng untuk suamiku. Ini adalah sarapan pagi pertama kami, setelah kami menikah. Aku melakukannya dengan baik, karena hampir setiap hari aku melihat ibu melakukannya untuk bapak. Jadi bukan hal asing bagiku.
"Terus, siapa yang ngambilin nasi buat aku?" tanya mas Andi tiba-tiba.
"Heleeh...biasanya juga ambil sendiri" jawabku seperti biasanya.
"Makanya, buruan cari istri mas, biar ada yang ngambilin makannya" celetuk mas Agung. Mas Andi cuma garuk-garuk kepala, sambil ketawa cengengesan.
Ditengah acara sarapan pagi itu,tiba-tiba mas Agung berkata, "Maaf bapak,ibu, hari ini saya berniat memboyong dek Widhi pindah ke rumah saya."
Deg
Aku kaget dengan omongan mas Agung, yang tanpa konfirmasi dulu ke aku. Begitu juga keluargaku, secara kami baru aja kemarin resmi menikah. Karena kalau adat di kampung kami,untuk memboyong pengantin perempuan, paling tidak setelah satu minggu.
"Apa tidak terlalu cepat itu nak Agung?" tanya bapak.
"Gapapa pak, karena saya kan juga punya tanggungan anak dan bengkel, yang harus saya urusi disana" jawab mas Agung tegas, tapi santai.
Saat ibu mau protes, terlihat bapak menyenggol lengan ibu. Mungkin bapak gak mau ibu ikut campur, bisa jadi akan ada debat dua hari dua malam.
Akhirnya, setelah mas Agung menjelaskan panjang lebar tentang niatnya, bapak dan ibu setuju kami pindah hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
awal RT yg baru 🤫semoga aman aja ya
2024-10-01
0