Berkali-kali mas Agung menciumi telapak tanganku. Berharap aku mau memaklumi keadaan ini. Aku ingin bisa, tapi hati kecilku menolaknya. Sakit...teramat sakit. Aku menangis sesenggukan. Mas Agung memegangi bahuku.
"Sayang...lihat mas. Ini hanya sebentar aja. Mas janji akan selesaikan ini baik-baik. Kita gak boleh kalah oleh dia. Kamu harus kuat. Ada mas yang akan selalu membelamu. Pelan-pelan kita kasih pengertian ke anak-anak. Mas yakin kalau kita kuat, dia akan kalah dan pergi dari sini. Oke..." mas Agung mencoba menjelaskan padaku. Aku masih saja terisak-isak. Gak semudah itu mas, batinku. Tapi tidak bisa terucap.
"Di depan dia kita harus selalu terlihat mesra. Abaikan kehadirannya. Anggap dia gak ada. Mas yakin dia gak akan tahan melihat kita selalu mesra" mas Agung masih terus saja memberikan pengertian kepadaku.
Sampai pada akhirnya aku mengangguk. Dan mas Agung memeluk ku erat.
"Makasih sayang, makasih mau mengerti" ucapnya dan menciumiku. Dari mata, hidung, pipi, bibir, seluruh wajahku habis di ciumi olehnya.
"Udah mas iih" aku berusaha menghentikannya. Dan mas Agung pun berhenti menciumiku.
"Gitu dong ngomong, gak nangis terus. Nanti cantiknya hilang kalau nangis terus" ucap mas Agung dan mengacak rambutku.
"Mas mandi dulu ya sayang. Badan rasanya lengket semua" akupun mengangguk. Mas Agung segera menuju ke kamar mandi, dan akupun beranjak dari duduk ku untuk menyiapkan baju ganti.
Keluar dari kamar mandi, seperti biasanya,mas Agung hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Aku menatap sejenak, lalu mengambilkan baju ganti yang udah aku siapkan tadi.
Mas Agung mengambilnya dari tanganku, lalu membuangnya asal. Nah lho...mau apa dia?
Tangannya langsung meraihku, mendekatkan tubuh kami. Dia menatapku mendamba. Aku menunduk malu. Dia angkat dagu ku, lalu mencium bibirku lembut. Sangat lembut hingga aku terbuai.
Tangan lainnya mulai berkelana kemana-mana. Aku semakin terbuai. Kami saling mencumbu. Dan tanpa aku sadari, mas Agung udah melepas semua pakaianku.
Kami menikmati romantisme itu. Sampai pada titik aku menyerahkan kehormatanku. Walaupun sedikit nyeri karena gawangku di bobol oleh suamiku, tapi aku tersenyum bahagia. Aku berhasil menjaganya hanya untuk suamiku.
Kami pun akhirnya tertidur karena kelelahan. Berpelukan tanpa sehelai benang pun. Mas Agung mendekapku erat. Aku pun lelap di dadanya. Ah...sungguh malam yang indah, diantara kepedihan yang menderaku akhir-akhir ini.
Pagi menjelang. Suara adzan shubuh samar-samar terdengar, membangunkanku dari lelap tidurku. Aku membuka mataku, mengerjapkan pelan. Berusaha mengingat apa yang semalam kami lakukan. Ah iya, adegan suami istri yang mestinya kami lakukan di malam pertama beberapa hari yang lalu.
Aku menatap tubuhku yang masih polos. Kok jadi malu sendiri ya? Aku cari selimut yang ternyata ada di bawah tempat tidur. Aku tutupi tubuhku dengan selimut,sebelum aku bangunkan suamiku untuk mandi,dan sholat subuh.
"Mas...bangun mas...udah subuh" aku mengguncang lembut bahu suamiku. Dia cuma menggeliat dan meraihku lagi. Membenamkan wajahku lagi di dadanya.
"Mas...bangun dulu, udah adzan subuh lho. Nanti kelewat" bisikku di telinganya.
"Iya sayang. Sebentar lagi ya...mas masih pingin meluk kamu gini" jawabnya dengan mata masih terpejam.
"Ya udah, mas tidur lagi aja. Aku mau mandi dulu terus sholat subuh" ucapku sambil berusaha lepas dari pelukannya.
"Mas mau mandi, tapi mandi bareng ya?" ucap mas Agung sambil membuka sedikit matanya.
"Ih gak mau ah, masa mandi bareng? Malu mas" jawabku.
"Kok malu sih sayang? Kan mas juga udah liat semuanya?" ujar mas Agung.
"Iya...tapi aku malu mas. Udah ah, ntar kesiangan" aku langsung beranjak dari tempat tidur, dan berdiri. Saat mau berjalan, ups...bagian bawahku terasa nyeri. Aku terdiam di tempat.
"Kenapa sayang? Nyeri ya?" tanya mas Agung. Aku menganggukan kepala, sambil sedikit meringis menahan nyeri.
"Apa perlu mas gendong?" tawar mas Agung.
"Enggak ah" jawabku dan langsung berjalan sambil menahan rasa nyeri.
Sesampainya di kamar mandi, aku kembali merasakan nyeri di bagian bawahku saat mau buang air kecil. Ya Allah kok nyeri begini sih? tanyaku dalam hati.
Selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang aku lilitkan sebatas dada. Aku lihat suamiku kembali meringkuk di balik selimut. Aku panggil pelan.
"Mas, katanya mau mandi. Ayo bangun dong. Kita berjamaah" ucapku ditelinganya.
"Hmmm..." dengan enggan mas Agung beranjak dari tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Aku memalingkan pandanganku, takut batal karena aku udah wudhu.
Sambil menunggu suamiku selesai mandi, aku membaca Alquran dulu.
Mas Agung selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Dia terdiam di depan pintu kamar mandi. Aku meliriknya sebentar. Aku lihat dia menatapku. Ah biarin aja, batinku. Dan aku masih melanjutkan bacaanku.
Mas Agung mengambil posisi di depanku, sebagai imam sholatku. Kami sholat berjamaah dengan khusyu. Selesai sholat, aku cium punggung tangan suamiku. Dan dia balas mencium keningku. Kami sama tersenyum.
Ya Allah...semoga kebersamaan dan kebahagiaan ini jangan pernah berakhir. Pintaku padaNya di dalam hati.
Selesai sholat, aku merapikan sajadah dan mukena. Melipatnya rapi,seperti kebiasaanku di rumah orang tuaku dulu. Ingat rumah orang tua,aku jadi kangen sama mereka. Sejak pindah kesini, aku belum pernah mengunjungi mereka.
Kami duduk berdua di sisi ranjang. Mas Agung mengajak ku keluar kamar. Aku menurut. Kamipun keluar dan berjalan menuju taman samping. Bi Siti yang melihat kami, segera menyiapkan dua cangkir teh hangat dan sepiring pisang goreng. Benar-benar cekatan.
Kami asyik ngobrol, sambil aku memberi makan ikan-ikan cantik di kolam. Memang kami sengaja menciptakan suasana romantis, biar mba Vita melihatnya dan jengah.
Dan benar saja, dari sudut mataku, aku melihatnya yang hendak menuju dapur, berhenti sejenak menatap ke arah kami. Aku dekati suamiku, aku duduk di pangkuannya. Sambil berbisik lirih. "Ada mak lampir lagi ngeliatin kita"
Tanpa membuang kesempatan, mas Agung langsung menyambar bibirku. Kami berciuman dengan mesra. Dalam hatiku mengatakan "Wah, kesempatan dalam kesempitan ini." Tapi tak urung aku menikmatinya juga.
Krompyaang....
Rupanya ada yang bete melihat adegan mesra kami, dan sengaja membuat keributan, dengan menjatuhkan sesuatu. Mungkin dikiranya kami akan terkejut dan berhenti. Kami malah semakin mesra. Mas Agung malah semakin nakal aja. Dia raba bagian dadaku, walaupun tidak sampai melepas pakaianku. Kami tetep sadar kalau kami tidak sedang di kamar.
Aku masih memperhatikannya dari ujung mataku. Ku lihat dia menghentak kan kakinya ke lantai, dan balik lagi ke kamar anak-anak.
"Udah mas, mak lampirnya udah masuk kamar lagi" ucapku saat mas Agung udah melepaskan bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments