Hari pertama dirumah suamiku,aku isi dengan melihat-lihat seluk beluk rumah, biar hafal ruangan-ruangannya. Kan gak lucu kalau aku nyasar di rumah.
Disini ada dua orang pembantu. Bi Siti yang bertugas memasak dan ngurusin dua anak mas Agung, dan bi Wati bagian bebenah juga bersih-bersih rumah.
Itu berarti aku gak perlu capek-capek ngurusin rumah, itu kata suamiku. Tapi ibu ku berpesan walaupun ada pembantu jangan terus diem aja. Pokoknya lumayan banyak deh wejangan dari ibuku. Kalo ditulis dibuku gak cukup satu halaman.
Esok paginya kami udah berkumpul di meja makan, sarapan pagi udah di sediakan bi Siti. Aku duduk disebelah mas Agung, dan anak-anak di seberang kami. Mereka udah terbiasa makan dan mengambilnya sendiri. Benar-benar dilatih mandiri sejak kecil. Maklum sebagai single parent mas Agung pasti gak akan mampu buat sekedar nyuapin anak-anak.
Tiba-tiba aku mendengar pintu depan diketuk, keliatannya ada tamu. Sepagi ini? Baru aja jam 6.30. Aku beranjak dari duduk ku.
"Biar aku liat dulu mas..." kataku karena gak mau mengganggu mas Agung yang lagi sarapan. Mas Agung mengangguk sambil tersenyum "Iya sayang..." kata mas Agung.
Aku berjalan ke depan dan membuka pintu. Aku liat ada seorang perempuan yang kira-kira berumur tigapuluhan tahun berkacak pinggang. Aku mengernyitkan kening.
"Maaf mau cari siapa ya?" tanyaku berusaha ramah. Eh dia malah menatapku tajam.
"Pembantu baru ya?" dia malah balik nanya. Busyet dah aku di kira pembantu. Spontan aku berusaha melihat kembali penampilanku. Apa aku mirip pembantu sampai- sampai ada tamu yang bilang begitu.
"Saya istri dari tuan rumah disini. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku agak ketus karena sedikit tersinggung dengan pertanyaannya tadi.
Ealah dia malah memandangiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ini orang bener-bener melecehkan aku. Jiwa songongku meronta. Pingin rasanya aku colok tuh mata. Tapi aku masih bisa menahan diri karena aku mesti menghargai tamu.
"Oh...ini istri barunya mas Agung? Ck...ck...ck...segini aja?" katanya sambil menatapku merendahkan.
"Maaf situ siapa ya? Kalau mau bertamu, omongannya yang sopan dong?" tanyaku masih menahan emosi.
"Minggir!" katanya sambil berusaha masuk melewatiku yang masih berdiri di tengah pintu. Aku bergeming. Gak semudah itu masuk rumah orang woy, batinku.
Tiba-tiba maa Agung udah berada di belakangku. "Ada apa ini?" tanya nya.
"Ini mas, ada tamu yang kurang sopan ngomongnya tau-tau mau nyelonong masuk" kataku masih pada mode setengah marah tapi juga bingung.
"Oh kamu Vita. Ada apa pagi-pagi udah bikin keributan disini?" tanya mas Agung kelihatan kurang suka dengan orang ini.
"Aku mau nganter anak-anak ke sekolah. Mereka udah siap kan mas?" tanyanya agak di manis-manisin,gak ketus kayak tadi.
"Gak bisa. Hari ini aku dan Widhi istriku yang mau nganter kesekolah," jawab maa Agung. "Dan kamunya ya, bisa gak kalau bertamu kesini yang sopan," sambung mas Agung. Aku masih berdiri anteng mencoba mencerna.
"Tamu? Aku mamanya anak-anak mas anggap tamu?" jawabnya. Oh...ini toh mantan istrinya mas Agung?, galak amat, batinku.
"Vita...kamu memang mamanya anak-anak,tapi kamu bukan lagi nyonya rumah disini. Kamu kan yang memilih pergi dari sini?" mas Agung mencoba menjelaskan.
"Tapi aku masih punya hak ketemu anak-anak kan mas?" tanya nya agak meninggi.
"Tentu saja, tapi kamu harus bisa bersikap sopan disini, terutama dengan Widhi istriku," ucap.mas Agung sambil menarik pinggangku dan memeluk.
"Dan maaf Vit, lain kali aja kamu nganterin anak-anak ke sekolahnya. Hari ini biar aku dan istriku yang nganter"
ucap mas Agung sambil mengajakku masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan orang yg di panggil Vita itu.
"Mas...aku mau ketemu anak-anak!" teriaknya dan sambil berjalan menyusul kami. Spontan mas Agung menghentikan langkahnya di ikuti aku karena aku masih dalam rengkuhannya.
"Ok...silakan duduk dulu" ucap mas Agung santai sambil matanya menunjuk ke arah kursi tamu.
"Ck...!" terdengar decakan sebal dari Vita.
Kami kembali berjalan ke arah meja makan. Anak-anak masih menikmati sarapannya. Kelihatannya mereka tidak terganggu oleh insiden tadi di depan, atau pada pura-pura gak denger?. Entahlah.
"Risa...Rega...didepan ada mama kalian pingin ketemu. Habiskan sarapan kalian terus temui ya?" ucap mas Agung lembut kepada anak-anaknya. Mereka pun mengangguk patuh. Dalam hati aku membatin pasti mereka tau kejadian tadi, tapi pura-pura gak tau.
"Nanti biar ibu yang bawa keluar tas kalian ya? Terus kita berangkat ke sekolah" kataku menawarkan diri. Kembali mereka mengangguk.
Selesai sarapan anak-anak berjalan malas ke arah depan. Aku memperhatikan keliatannya mereka enggan ketemu mamanya, ada apa? Tanyaku dalam hati. Ah sudahlah aku gak mau menebak-nebak, nanti biar aku tanya aja ke mas Agung kalau waktunya tepat.
Aku berjalan ke kamar anak-anak untuk mengambilkan tas mereka seperti janjiku tadi. Sementara mas Agung menemani anak-anak menemui mantan istrinya.
Setelah aku ambil tas sekolah mereka aku langsung menuju ke ruang tamu. Aku melihat mamanya anak-anak menangis tersedu-sedu sambil memeluk mereka. Anak-anak seperti tidak meresponnya. Mereka hanya diam membisu.
"Udahlah Vit, gak usah pakai drama. Ini udah siang, nanti anak-anak terlambat ke sekolah" ucap mas Agung sambil menarik anak-anak menjauh dari mamanya.
"Mas...aku masih kangen mereka" pintanya mengiba. Aku sempet merasa kasian, tapi apalah dayaku. Gak mungkin juga kan aku ikut campur, aku kan orang baru dikehidupan mereka.
"Kapan-kapan kamu bisa temui mereka lagi, sekarang anak-anak mau ke sekolah. Ayo anak-anak kita berangkat ( tangan mas Agung menggandeng tangan anak-anak), ayo sayang" sambil matanya menuju ke arahku. Aku mengangguk patuh.
"Maaf mba, kita berangkat dulu ya?" aku mencoba bersikap ramah pada mamanya anak-anak. Malah di jawab dengan pelototan dan kemudian dia melengos. Dih...ni orang gak bisa di baikin, batinku.
Kami berjalan berempat menuju mobil mas Agung. Mas Agung membukakan pintu belakang untuk anak-anak, dan setelahnya membukakan pintu untuk ku.
Mobil mulai berjalan perlahan. Sepanjang perjalanan tidak ada seorangpun yang bicara. Sepertinya kami sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Anak-anak pulang jam berapa mas?" tanyaku mencoba memecah kebisuan.
"Risa pulang jam 12 siang dan Rega jam 10. Tenang aja nanti udah ada mobil jemputan yang akan mengantar mereka sampai dirumah" jawab mas Agung.
"Oh begitu..." jawabku lega. Yang artinya aku gak perlu kuatir soal menjemput anak-anak. Mobilpun terus melaju menuju ke sekolah anak-anak yang kebetulan satu lokasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
biasa nya pura2 kanget biasa drama Korea. wida jgn ksh hati aja
2024-10-01
0
Iwan Cipta Saputra
kereeen
2023-05-27
0