Kasih sedang berada di dapur, ia tengah mengobati luka di sikutnya dengan air hangat di meja dapur, saat luka itu di sentuh dengan kapas, rasanya sangat perih hingga Kasih sedikit merintih kesakitan. Para pelayan menawarkan diri untuk membantunya dari tadi, namun Kasih menolak karena ia juga bisa melakukan itu sendirian, disaat itu juga Nenek yang dari ruang depan datang menghampiri nya.
Nenek sudah duduk disebelah kasih sambil membantunya membalut perban. "Apa masih sakit sayang?" Nenek menatap Kasih yang menunjukkan ekspresi aneh.
Kasih menghembuskan sikutnya sedikit menatap nenek. "Udah agak mendingan kok nek." Kasih mengipasi luka itu dengan tangannya.
"Owhh syukurlah, nanti kamu ikut Nenek ya."
" Kemana Nek?"
Mendengar pertanyaan itu Nenek melepaskan tangan Kasih yang sudah ia balut kan dengan perban, sekalian Nenek membersihkan tangannya.
"Ke rumah sakit, kamu belum pernah bertemu Sera kan?" Nenek menatap lagi wajah Kasih.
Mendengar itu Kasih hanya menggeleng kepala, ia memang belum pernah melihat Sera selama ia bekerja disana, bahkan melihat wajah Sera dari sebuah foto saja tidak pernah. Tuan Abdi mencabut semua foto Sera yang tergantung di tembok dengan foto Kasih, di kamar foto Sera juga di simpan oleh Nathan tapi tak tau di mana, pernah Kasih mencoba mencarinya tapi tak pernah ketemu.
Nenek langsung beranjak dari duduk.
"Yasudah, kamu bersiaplah nanti kita pergi." usai mengatakan itu Nenek pun melangkah pergi.
Kasih yang masih berada disitu menatap kepergian Nenek, ia hanya mengangguk menerima ajakan Nenek, Kasih menyimpan kembali semua peralatan obat, ia tak mau meninggalkan barang kotor begitu saja setelah di pakai. Usai itu ia kembali ke kamar ingin bersiap-siap untuk ajakan Nenek.
***
Karena tidak sempat makan di rumah, Nona memilih makan di sebuah restoran cepat saji disalah satu sudut kota, sebuah meja kosong di pinggir jendela dipilihnya. Ia memilih menu breakfast platter dengan shake Chocolate, pesanan itu sudah tiba di mejanya.
Saat karyawati mengangkat segelas coklat panas, tak sengaja Nona menyenggol tangan wanita itu hingga gelas yang di pegang tumpah.
"Astaga... kamu bisa kerja gak?!" Nona langsung membentak sang karyawati saat coklat panas itu tumpah ke bajunya, tepat di area perut.
Karyawati itu merasa ketakutan dengan panik ia mencoba membersihkan baju Nona. "Maafkan saya nyonya, saya tidak sengaja." karyawati itu mengulurkan tangan menuju baju Nona.
Nona berdiri lalu menepis tangan karyawati dengan paksa. "Maaf... maaf, kalau kerja itu yang becus, lihat ini baju saya kotor." Nona melotot menatap wanita yang sudah ketakutan di hadapannya.
"Ma... maaf buk, sini saya bersihkan." Karyawati itu lagi lagi berusaha membersihkan baju Nona, namun tetap di tolak.
"Ihhh, tangan kamu itu gak pantes membersihkan baju saya, kamu tau tidak? Harga baju saya lebih mahal dari gaji kamu selama satu tahun disini." Nona menolak tangan karyawati saat ingin menyentuh baju mahalnya.
Wanita itu sedikit demi sedikit meneteskan air mata, serasa terhina oleh ucapan Nona. Kejadian itu menarik mata pelanggan yang lainnya, semua orang memperhatikan mereka ada yang sempat merekam dan ada yang menggosip.
"Bukankah dia Nona? istrinya Tuan Abdi Wijayanto Kusuma Wing."
"Dia sombong sekali."
"lihatlah kasihan karyawati itu."
"Dia keluarga yang dipandang terhormat tapi perilakunya sama sekali tidak terhormat."
"Iya benar sekali."
Begitulah bisikan dari para pengunjung yang menyaksikan, semua orang yang di ibukota maupun luar kota mengenal betul keluarga Wing. Orang kaya yang selama ini di kenal sopan, murah hati, terpandang sejagat raya, tidak disangka memiliki sifat angkuh seperti Nona. Seorang pria berbadan gemuk tidak terlalu tinggi memakai jas ala orang kantoran berjalan ke lokasi.
"Permisi, saya manager di restoran ini. Ada yang bisa saya bantu?" pria itu berbicara sangat lembut menatap Nona serta karyawati yang menangis.
"Lihat ini! Baju saya kotor gara-gara dia, pesanan saya jadi berantakan." Nona membalas dengan nada tinggi.
Manager itu melihat baju Nona serta makanan tadi berserakan. " Maafkan kami karena sudah membuat ketidaknyamanan untuk anda, Kami." belum sempat manager selesai berbicara, Nona langsung memotong ucapan pria itu. "Latih karyawati kamu yang tidak berguna ini agar bisa kerja dengan becus."
Nona mengambil tas dari atas meja, ia membuang muka dari dua hadapan orang itu lalu melenggang pergi, para pengunjung lain merasa kasihan terhadap karyawati dan merasa benci terhadap sifat Nona.
"Maafkan saya pak." karyawati itu menangis memohon minta maaf.
Manager merasa kasihan juga lalu memegang bahu wanita itu. "Sudahlah, tidak apa-apa, pembeli adalah ratu dan penjual adalah pelayan yang selalu salah, lanjut kan pekerjaan mu jangan dipikirkan oke." manager yang sangat baik.
Sebelum menghilang manager membantu karyawati nya membereskan semua makanan dan minuman yang tumpah di meja, sebelum melanjutkan pekerjaan selanjutnya.
Nona berdiri di sebelah mobilnya yang terparkir didepan restoran, ia menendang ban mobilnya penuh kegeraman. Hari ini ia benar-benar di penuhi oleh api emosional, tidak di rumah di luar juga semua orang membuatnya marah.
"Ini semua ulah pembantu sialan itu, kenapa sih dia bikin aku kesal, bagaimana coba caranya aku menyingkirkan gadis kampungan itu." Nona menggerutu mengamuk sendiri hingga orang yang lewat berbisik tawa melihat tingkahnya.
***
Drett drett drett. (suara getaran ponsel)
Rehan sedang menemani Nathan rapat diruang eksekutif, ponselnya terus bergetar, Nathan yang berdiri di depan layar LED sedang sibuk melakukan PARKING LOT. Saat ponsel itu sedikit berdering, Rehan hanya mengabaikannya dan fokus memimpin rapat.
Nathan menghentikan penjelasan lalu menoleh kearah Rehan yang berdiri di sisi meja. " Rehan matikan ponsel mu!" usai mengatakan itu Nathan kembali menatap layar lanjut menjelaskan.
Rehan hanya mengangguk lalu meraih saku jasnya untuk mengheningkan suara ponsel, sekilas ia menatap layar ponsel yang menyala sebuah pesan melewati via WhatsApp terkirim, ia menatap Nathan sebentar pria itu masih sibuk Rehan pun membaca isi pesan itu.
Dia kembali. batin Rehan..
Rehan agak sedikit terkejut melihat chat itu tapi ia tak mau membalas, ponselnya pun segera ia matikan. Lebih penting rapat dari pada sebuah chat, Rehan pun kembali menyimak penjelasan Nathan sambil mencatat beberapa point yang didapat dari persentasi.
DI RUMAH
Nenek tampak terlihat rapi, sedangkan Kasih seperti biasa dengan penampilan nya yang udik itu sebagai ciri khas, Nenek walaupun sudah tua, dia tetap menjaga penampilannya. Dia selalu menutupi keriputan dengan perawatan seminggu sekali pergi ke salon, namanya juga horang kaya semuanya bisa di lakukan asal ada duit ada hasilnya juga.
Mereka berdiri di teras rumah sambil menunggu supir untuk memanaskan mobil. Setelah mobil sudah kelewat panas nenek dan kasih segera masuk dan si supir pun melajukan mobil kearah tujuan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Sondangcesilia Siregar
Nenek aja berpenampilan modis knp s kasih gk d rubah sm s nenek thor
2021-03-04
0
Chairani Fatimah
lanjut yaaaaaa
2020-11-14
1
Sahroni Ridwan
sebenarnya aku udah baca tapi karena ganti judul takut ingat2 lupa sih dengan ceritanya jadi aku baca lagi dari awal adeh................😀😀😀😀😀😀😀
2020-11-07
2