Di Paksa Menikahi Pembantu

Di Paksa Menikahi Pembantu

Awal Mula

“Cepat lari.”

“Ayo lari! Jika tidak kita akan ditangkap oleh penjahat itu!”

Malam itu dikediaman keluarga besar Wing suasana tampak meriah, seorang anak lelaki kecil begitu senang bermain dan mengacaukan rumah.

Barang-barang serta mainan-mainan berserakan di lantai, membuat para keluarga dan pelayan kewalahan mengurusnya. Berbagai benda-benda dari yang keras dan yang lembek, yang besar dan kecil ia layangkan ke udara hampir mengenai orang-orang.

“Kalian semua penipu! Kenapa ibu masih belum pulang juga?!”

“Aku ingin bertemu ibu, uwaaaa.”

Anak kecil itu duduk di atas meja tv, sambil berteriak-teriak dan nyaris saja membuat tv yang berukuran besar itu jatuh ke lantai.

“Sayang, udahan ya mainnya. Ayo ikut Nenek, kita bobok.” Nona sedari tadi begitu antusias membujuk Billy agar berhenti seperti itu, sudah cukup merepotkan semua orang tapi nyatanya dia tetap nakal.

Seorang lelaki separuh baya duduk di pojokan sofa, wajahnya babak belur, rambutnya acak-acakan, bajunya kusut terlihat kumuh. Dia duduk menekuk kedua kaki menghindari cucunya yang nakal.

Oh Tuhan, lindungilah aku.

Kata lelaki paruh baya itu, berdoa meminta perlindungan dari Tuhan. Sedari tadi begitu, berharap agar nyawanya tidak dicabut sekarang sebab masih banyak urusan yang harus ia selesaikan.

Billy melompat dari meja tv, dia berdiri di hadapan Abdi seraya tertegun melihat keadaan sang kakek. Tapi dia tidak peduli, seolah ingin membuat hal lebih curang lagi.

“Kakek, aku perintahkan agar kau segera berubah menjadi kuda.” Billy memutar-mutar pedangnya yang memiliki lampu-lampu warna-warni di dalamnya, memerintah Abdi seolah merasa tak berdosa.

Abdi mengeluh, dia segera mengikuti kemauan sang cucu. Segar berposisi seperti kuda-kuda, meski sudah letih diperbudak sedari tadi. Tanpa bersalah, Billy segera melompat dan naik ke atas punggungnya. Memberikan hentakan yang kuat agar kakek bergerak seperti kuda.

“Ayo kita jalan dan mencari ibu.” Dia berkhayal seolah menaiki kuda.

“Ada apa ini ribut-ribut?” tanya seorang pria yang begitu tampan baru memasuki rumah. Dia memakai baju kantoran, dengan dilapisi rompi khusus. Di belakangnya ada seorang sekretaris yang biasa mengikutinya.

Dia begitu terkejut menyaksikan keadaan isi rumah, barang-barang berserakan ke mana-mana. Ini semua ulah Billy, pasti anaknya itu kumat lagi seperti biasa. Sudah letih di kantor, sekarang letih pula melihat tingkah puteranya.

Semua pelayan menunduk hormat atas kepulangan Nathan, Abdi segera duduk setelah Billy melompat dari badannya. Dia segera merangkak bagai tak berdaya menghampiri Nathan yang sedang berdiri.

“Jika saja kamu pulang lebih lama lagi, mungkin kamu tidak akan melihat Ayahmu ini lagi.” Abdi memeluk kaki Nathan, sebab tubuhnya sudah lemas. Segera Nathan membopong ayahnya untuk berdiri.

Dia melirik Billy, anak kecil ini benar-benar nakal. Selalu memperdaya kakeknya.

“Billy, kenapa kamu nakal sekali, Nak?”

“Ayah, bukankah Ayah berjanji pada Billy untuk membawa ibu pulang? Ke mana ibu? Apa dia ikut pulang bersamamu?” Mata Billy berkaca-kaca, dia menarik-narik tangan ayahnya sembari merengek-rengek.

Nathan tersenyum, lantas dia berjongkok agar jangkauannya seimbang dengan Billy.

Sedari bayi Billy tidak melihat ibunya, kata ayah ibu sedang pergi ke Negeri Sakura, namun sepertinya itu kebohongan, hingga lima tahun lamanya ibu tidak kunjung pulang. Dan kali ini Nathan ikar janji, setiap hari dia berjanji akan membawa ibu pulang ke rumah untuk mempertemukan keduanya.

“Maaf, tadi Ayah ada urusan sebentar,” kata Nathan seraya mengelus rambut puteranya.

“Ayah ingkar janji lagi 'kan? Di mana ibu? Aku ingin bersama ibu.” Anak itu terlihat muram, dia menundukkan kepala malas melihat sang ayah yang menyebalkan.

“Ayo kita tidur, Ayah akan menceritakan kisah dongeng padamu.”

Lekas Nathan berdiri kemudian menggendong tubuh Billy, ia akan membawa putera sematawayangnya itu ke kamar. Dengan menidurkannya mungkin ia tak akan rewel lagi.

Selepas menidurkan puteranya, Nathan memilih melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja. Biasanya pukul segini dia sering menghabiskan waktu dengan merenung dan bekerja.

Dia sudah menikah dengan Sera, namun takdir begitu tega memisahkan mereka. Pada beberapa tahun lalu mereka mengalami kecelakaan mobil sepulang dari Yogyakarta, hingga sampai saat ini Sera mengalami koma berkepanjangan. Sehingga sejak Billy bayi mereka tidak bertemu, tidak ada yang memberitahukan tentang Sera kepada Billy.

Berkali-kali Abdi menyuruh Nathan untuk menikah lagi, sebab Billy yang masih kecil tentu sangat menginginkan kehadiran sosok seorang ibu. Begini saja Billy sering rewel dari bayi, dia ingin ibu. Dekat dengan ibu, dan memeluk ibu.

Nathan tampak fokus dengan laptopnya, ada banyak pekerjaan yang belum tuntas. Akan ia selesaikan malam ini, pada saat itu Abdi datang. Dia membawa satu nampan yang berisikan segelas teh, sejenak dia berdiri di ambang pintu memperhatikan putera kebanggannya itu.

Dia menyeka air mata yang menetes di pipi, tidak ingin Nathan melihat itu. Maka Nathan akan menganggapnya lemah jika ia ketahuan sedang menangis.

“Kau tahu, Nathan?”

“Ya?” Nathan tersentak, dia hanya menjawab singkat. Pandangannya menangkap Abdi yang sedang berjalan membawa nampan. Dan meletakkan itu ke atas meja.

“Nyonya Mita, nyonya Mita itu tadi menelpon.”

“Ehm ... nyonya Mita yang mana ya?” tanya Nathan yang tengah sibuk mengutak-atik tombol laptopnya, dia tidak tahu pula siapa itu Mita yang dimaksud Abdi.

“Nyonya Mita, sahabat kecil Ayah yang ada di Bandung. Dia mengirim lamaran,” kata Abdi seraya melangkah menghampiri ke meja kerja Nathan.

“Oh ya? Untuk siapa?”

“Untukku.”

“Terima saja.”

“Apa? Dasar tidak waras.”

Mendengar celotehan ayah membuat Nathan terkekeh, Abdi meletakkan teh itu ke atas meja kerja Nathan. Tidak tahu kenapa tumbenan sekali Abdi mau membuatkan teh untuk Nathan.

“Dia punya keponakan, katanya gadis itu baik dan cantik. Tapi aku langsung menolaknya, tindakanku benar, kan?” tanya Abdi sambil membanggakan diri.

“Ya,” jawab Nathan singkat, dia begitu fokus ke layar laptop.

“Benar?” tanya Abdi sekali lagi.

“Ya.”

“Jadi tindakkan yang aku lakukan benar?”

Nathan menghela nafas, dia segera menutup laptopnya. Pandangannya menatap lekat ke ayah, Abdi sangat bawel hingga membuatnya tidak fokus dengan kerjaan.

“Ya benar, Ayah.”

“Ya, mungkin yang aku lakukan juga benar. Aku tidak pernah salah.” Abdi mengangguk-angguk kepala sembari melangkah cepat ke arah sofa, Nathan dengan tatapan elangnya mengikuti langkah ayahnya.

“Lagipula apa urusannya gadis itu cantik ataupun tidak? Gadis-gadis sekarang memang cantik-cantik, tapi ... siapa yang mau menikah di sini?”

Nathan terkekeh, dia segera bangkit dari kursi hitamnya ingin menghampiri ayah yang sudah duduk sambil berceloteh.

“Di sini 'kan tidak ada anak laki-laki yang mau menikah, nyonya Mita memang gila! Suka menelponku membicarakan tentang lamaran, menggangu Ayah saja. Kenapa bukan dia saja yang menikah? Menyebalkan!”

Nathan memilih duduk di sebelah ayahnya, lelaki itu terus berceloteh. Nathan berulang kali mencoba untuk memeluknya namun beliau menghindar, Nathan tertawa seraya merangkul pundak ayahnya.

Nathan paham inti dari maksud perkataan Abdi, memancingnya untuk membahas soal gadis. Sudah berulang kali Abdi memberikan lamaran dari banyaknya gadis-gadis di kota, tapi Nathan hanya menolak. Padahal dia berharap agar Nathan menikah lagi.

Nathan membujuk Abdi agar tidak merajuk lagi, akhirnya Abdi meletakkan kepalanya ke bahu Nathan. Disandarkannya badannya ke lelaki itu, dengan air muka yang sudah merah padam ingin menangis.

“Sebenarnya kenapa?” tanya Nathan sambil terkekeh-kekeh.

“Ayah tidak tahu, Nathan. Ayah merasa keluarga ini tidak lengkap.”

“Kenapa tidak? Ada aku, Ayah, ibu, yang lainnya dan Billy. Aku tidak merasa bahwa keluarga ini tidak lengkap.”

“Kau tahu? Kalau Ayah berkumpul bersama teman-teman, mereka memamerkan menantu mereka. Ayah merasa iri.”

Nathan berdecak mendengarnya, dia melepaskan rangkulannya dari Abdi. Nathan enggan menatap Abdi kembali, kemudian duduk manis melanjutkan perbincangan konyol ini.

“Jadi itu masalahnya? Ayah ingin punya menantu supaya bisa dipamerkan?” Dia cekikikan meminta jawaban dari sang ayah.

Abdi menunduk muram, tentu dia juga ingin memamerkan menantu kepada sahabatnya. Sebab dulu saat ada Sera dia belum sempat melakukan itu, tak banyak yang tahu bahwa ia memiliki menantu model kelas atas seperti Sera.

“Bukan begitu, Ayah hanya memikirkan kebahagianmu,” ucapnya seraya menoleh Nathan.

“Aku bahagia, Yah. Aku sangat bahagia.”

“Kamu tidak mau menikah lagi, Nak?”

Nathan tertawa pecah kali ini, dia memalingkan pandangan dari Abdi. Kemudian dia beranjak dari sofa, lalu mengambil bola kasti yang ada di lantai, mungkin itu punya Billy. Bola itu ia lambungkan ke atas dan ia pantulkan ke dinding. Sambil mondar-mandir.

“Kita ini hidup hanya sekali, mati sekali, menikahpun sekali. Mungkin aku tidak akan menikah lagi, aku harap Ayah mengerti.” Dia berbalik badan menoleh Abdi.

Abdi segera bangkit mendengar kata-kata Nathan, anak itu tampaknya terlalu setia dengan Sera hingga tidak pernah berpikir untuk mendekati wanita manapun.

“Kamu mungkin bisa mengurus dirimu sendiri, Nak. Tapi Billy ....”

Nathan kembali diam, dia memantulkan bola kasti ke dinding. Matanya berubah merah, ingin meneteskan air mata kesedihan.

“Kenapa? Billy kenapa?”

“Apa kamu tidak merasa bahwa Billy membutuhkan seorang ibu?”

Nathan menoleh Abdi lagi, dia berdehem sambil menggelengkan kepala. Setahunya memang saat ini Billy tidak baik-baik saja, setiap malam dia menangis, ataupun kadang bertingkah nakal seperti tadi. Merepotkan semua orang, hanya menunggu seorang ibu.

“Setahuku dia baik-baik saja,” ujarnya menepis anggapan Abdi.

Nathan terdiam sejenak, air mata lolos begitu saja membasahi pipinya. Dia memantulkan bola kasti di antara ke dua tangannya. Ke kiri dan ke kanan.

“Karena Billy memiliki sesuatu yang tidak aku miliki, cinta dari ibunya.”

Abdi melangkah mendekati Nathan, dia menepuk pundak puteranya itu. Sebenarnya dia memiliki seorang wanita yang pantas menjadi ibu bagi Billy.

“Nak, menikahlah dengan Kasih. Dia wanita yang sangat baik, Billy begitu dekat dengannya. Aku mohon, jangan egois, ini demi kebaikan kita semua. Menikahlah dengan Kasih dan jadikan dia ibu untuk anakmu.”

Nathan tertegun dengan saran Abdi, Kasih? Ya, gadis itu pelayan di rumah mereka, tapi dia mana mungkin mau menikahi gadis itu, kalaupun mau. Mungkin dia akan mencari wanita yang lebih sepadan dengan kedudukan keluarga mereka.

*****

Terpopuler

Comments

windanor

windanor

Aku balik lagi buat baca novel ini kedua kalinya. Ingin bernostalgia dengan novel yg publish thn 2020😍😍😍

2022-12-14

1

Camila Aziz Salmin

Camila Aziz Salmin

mirip kuch kuch hota hai

2022-02-19

0

hitamanis

hitamanis

kok kata katanya kya film india
shahrul khan sama angeli ya..

2021-12-23

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Wanita Rendahan
3 Persetujuan Perjodohan Pernikahan
4 Pernikahan (1)
5 Pernikahan (2)
6 Ke mana Malam Pertamaku?
7 Hari Pertama Pernikahan
8 Hari Pertama Pernikahan
9 Tidak Becus
10 Tuan Sekertaris Rehan
11 Proposal
12 Kecelakaan Kasih
13 Meninggalkan Rumah Sakit
14 Panik
15 Kemarahan Nona
16 Pertemuan
17 Pertemuan
18 Rencana Licik Nathan
19 Cari Pekerjaan
20 Ancaman Rehan
21 Kejutan Dari Telepon
22 Hari Pertama Bekerja
23 Hari Pertama Bekerja
24 Tuan Petir
25 Keinginan Sari Meminta Foto
26 Perjodohan Yura Dan Dilan
27 Ledekan Arnold
28 KDRT
29 Pemberian Hari Libur
30 Ancol
31 Gertakan Kasih
32 Pertukaran Posisi
33 Jalan-jalan dengan Billy
34 Jalan-jalan dengan Billy
35 Jalan-jalan dengan Billy
36 Rapat
37 Beli Ponsel
38 Pemberian Ponsel Baru
39 Hotel
40 Meminta Nomor Ponsel
41 Maaf
42 Pecat Dia
43 Di Jemput Tuan Sekertaris
44 Penolakan Honeymoon Yang Ditawarkan
45 Rapat Ulang
46 Tawaran
47 Persetujuan Tawaran
48 Interview
49 Interview
50 Kedekatan Kasih dan Dilan
51 Fantasi Kotor 21+
52 Syuting Iklan
53 Syuting Iklan
54 Ceraikan Aku
55 Sebuah Pemberian Pelajaran
56 Batalkan Perceraian
57 Bersiaplah
58 Tawaran Main film
59 Haredang
60 Haredang
61 CAPTAIN AMERIKA VS THANOS
62 MENGEJAR MOBIL DILAN
63 TABRAK MEREKA
64 Syuting Pertama
65 BAU KERINGAT
66 Sebuah Rencana
67 Penyamaran Nathan Dan Rehan
68 Penyamaran Nathan Dan Rehan (2)
69 Penyamaran Nathan dan Rehan (3)
70 Kesal
71 Foto
72 Perlakuan
73 Berakhirnya hubungan Yura dan Dilan
74 Si Kadal yang menyebalkan
75 Ciuman Pertama
76 Anda memperkosa saya Tuan?
77 Aku Akan Memperkosa Mu
78 Memata-matai
79 Scene kiss
80 Akhir Syuting
81 Two months later
82 Gairah
83 Hadiah kecil
84 Penolakan hak Suami
85 Daftar Fashion show
86 Izinkan saya pergi
87 Casting audisi
88 Pemberitahuan
89 Si cupu yang menjadi ratu
90 Sang juara
91 Sambutan keluarga
92 Keanehan
93 Keanehan
94 Keanehan
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Awal Mula
2
Wanita Rendahan
3
Persetujuan Perjodohan Pernikahan
4
Pernikahan (1)
5
Pernikahan (2)
6
Ke mana Malam Pertamaku?
7
Hari Pertama Pernikahan
8
Hari Pertama Pernikahan
9
Tidak Becus
10
Tuan Sekertaris Rehan
11
Proposal
12
Kecelakaan Kasih
13
Meninggalkan Rumah Sakit
14
Panik
15
Kemarahan Nona
16
Pertemuan
17
Pertemuan
18
Rencana Licik Nathan
19
Cari Pekerjaan
20
Ancaman Rehan
21
Kejutan Dari Telepon
22
Hari Pertama Bekerja
23
Hari Pertama Bekerja
24
Tuan Petir
25
Keinginan Sari Meminta Foto
26
Perjodohan Yura Dan Dilan
27
Ledekan Arnold
28
KDRT
29
Pemberian Hari Libur
30
Ancol
31
Gertakan Kasih
32
Pertukaran Posisi
33
Jalan-jalan dengan Billy
34
Jalan-jalan dengan Billy
35
Jalan-jalan dengan Billy
36
Rapat
37
Beli Ponsel
38
Pemberian Ponsel Baru
39
Hotel
40
Meminta Nomor Ponsel
41
Maaf
42
Pecat Dia
43
Di Jemput Tuan Sekertaris
44
Penolakan Honeymoon Yang Ditawarkan
45
Rapat Ulang
46
Tawaran
47
Persetujuan Tawaran
48
Interview
49
Interview
50
Kedekatan Kasih dan Dilan
51
Fantasi Kotor 21+
52
Syuting Iklan
53
Syuting Iklan
54
Ceraikan Aku
55
Sebuah Pemberian Pelajaran
56
Batalkan Perceraian
57
Bersiaplah
58
Tawaran Main film
59
Haredang
60
Haredang
61
CAPTAIN AMERIKA VS THANOS
62
MENGEJAR MOBIL DILAN
63
TABRAK MEREKA
64
Syuting Pertama
65
BAU KERINGAT
66
Sebuah Rencana
67
Penyamaran Nathan Dan Rehan
68
Penyamaran Nathan Dan Rehan (2)
69
Penyamaran Nathan dan Rehan (3)
70
Kesal
71
Foto
72
Perlakuan
73
Berakhirnya hubungan Yura dan Dilan
74
Si Kadal yang menyebalkan
75
Ciuman Pertama
76
Anda memperkosa saya Tuan?
77
Aku Akan Memperkosa Mu
78
Memata-matai
79
Scene kiss
80
Akhir Syuting
81
Two months later
82
Gairah
83
Hadiah kecil
84
Penolakan hak Suami
85
Daftar Fashion show
86
Izinkan saya pergi
87
Casting audisi
88
Pemberitahuan
89
Si cupu yang menjadi ratu
90
Sang juara
91
Sambutan keluarga
92
Keanehan
93
Keanehan
94
Keanehan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!