Nenek dan para Dokter memperkenalkan Sera Kepada Kasih, mereka menceritakan bibit-bobot tentang kejadian yang menimpa hidup Sera, tentang masa lalu Sera dan Nathan yang hidup bahagia diselimuti oleh salju cinta, wanita itu memang tidak bisa di jadikan saingan. Sera begitu jauh di atas Kasih, tidak cocok jika di bandingkan dari fisik hingga status dan tahta, dalam keadaan tak sadar saja ia terlihat cantik, apalagi jika sudah bangun mungkin aura bidadari nya terpancar di muka bumi ini.
Wajar saja Nathan sangat mencintai Sera dan menutup mata hati untuk para wanita,
Sera begitu cantik dan mempesona, jika di tebak dari raut wajahnya ia adalah wanita yang sangat baik dan wanita yang paling setia, jika dibandingkan dengan diriku memang tidak pantas sekali, benar kata mama mertua aku hanya remukan kerupuk yang tidak pantas menjadi istri tuan muda. batin Kasih.
Kasih menarik kursi ke sisi kasur, lalu ia tempati kursi itu sambil menatap wajah Sera dalam keadaan tertidur, Kasih menangis sembari meminta maaf kepada Sera karena sudah lancang menikahi suaminya, para Dokter dan nenek merasa terharu ikut bersedih.
CAFE
Sekertaris Rehan duduk di sebuah cafe xx terletak di pinggiran kota, seorang gadis cantik duduk di sebelah kirinya, mereka terlihat serasi jika bersanding berdua. Tapi, Rehan seakan tak melihat gadis itu dan hanya fokus menatap luar jendela kaca yang ada di sebelah kanan.
"Mau apa lagi kamu?" Rehan bertanya tapi tak mau menatap gadis itu.
Gadis cantik itu meraih tangan Rehan satu persatu, lalu ia genggam dengan kedua tangannya. "Aku ingin kembali dengan mu Rehan, aku rindu padamu." gadis itu mengangkat tangan Rehan.
Rehan mengalihkan pandangan menatap sang gadis, sembari menepis tangan. "Yura, bukankah kamu sudah mengutuk dirimu untuk tidak menemuiku lagi?" Rehan menatap wajah Yura dengan tajam.
Yura kembali meraih tangan Rehan seraya memohon. " Maafkan aku Rehan, aku menyesal mengucapkan kata itu." dengan sekuat tenaga tangan Rehan di genggaman kuat olehnya.
"Tidak ada gunanya kamu menyesal." Rehan melepaskan tangan lalu menatap jendela, entah apa yang ia perhatikan, tapi yang pasti pemandangan luar lebih menarik dari pada memandangi wajah Yura.
"Aku tau itu, tapi tolong maafkan aku, kita kembali seperti dulu ya, aku janji tidak akan pernah pergi lagi. Kita akan selalu bersama sampai akhir hayat." ucapan yang sangat memuakkan bagi Rehan.
Cihh' sekarang kamu sibuk memohonkan kepadaku dengan wajah menyedihkan itu, dulu kamu ninggalin aku dengan wajah kebahagiaan, dasar wanita munafik. batin Rehan.
Sudah tidak ada yang harus di bicarakan Rehan bangkit dari duduknya, Yura masih duduk melihat Rehan yang tengah memakai jas, Yura pun ikut berdiri.
"Kamu mau kemana?" Yura bertanya sambil membantu Rehan memasang jas.
"Aku mau kembali bekerja." Rehan melepaskan tangan Yura.
Yura memeluk Rehan dari depan tanpa peduli dengan para pengunjung cafe. "Kalau kamu punya waktu tolong hubungi aku, dan sisihkan waktu untuk kita menghabiskan waktu bersama." dengan percaya diri Yura merasa sangat diperlukan.
Rehan menatap sekeliling lalu melepaskan pelukan Yura. "Aku pergi!" Rehan mengambil sebuah kantong kresek yang berisi sekotak makanan burger sesuai pesanan Tuan muda.
Rehan pun pergi meninggalkannya Yura yang masih terpaku berdiri, Yura kembali duduk tanpa rasa malu, ia menyeruput segelas pepsi yang belum berkurang semili pun, sudah setengah jam ia menahan haus saat berhadapan dengan Rehan. Demi fokus menghilangkan rasa rindu pada mantan suaminya itu.
MALAM HARI
Kasih berbaring di kasur sambil memikirkan keadaan Sera, ia mengosongkan fikirkan mencoba memasukkan memory masa lalu Nathan dan Sera ke otaknya, matanya yang merem melek tak dapat ia kontrol sebentar, ia menatap langit-langit kamar.
"Bagaimana nanti kalau suatu saat Sera kembali? Jika dia mengetahui pernikahan kami pasti dia akan membenciku, dan Nathan sudah pasti akan mencampakkan ku, seperti ucapannya pada malam pertama maka dalam sekejap aku akan menjadi manekin pajangan dirumah ini.
Duhhh... Kasih ayolah jalani saja dulu, pernikahan mu kan baru seumur jagung, kalau masalah Sera fikirkan nanti saja toh penyesalan memang selalu berada di akhir cerita."
Kasih sudah seperti cacing kepanasan menggelupur di atas sofa, sambil menjambak dua kepangan rambutnya dengan kuat. Masalah yang harusnya tak perlu ia fikirkan tiba-tiba menyerang nya.
Ceklek. (suara pintu terbuka)
Mendengar suara itu Kasih buru-buru mengangkat tubuh ingin duduk, siapapun yang datang ia tak boleh menyambut tamu dalam keadaan terbaring, saat sudah diketahui siapa yang masuk. Kasih refleks berdiri menyambut suaminya pulang. Nathan yang terlihat lelah berjalan menuju sofa tempat dimana keberadaan Kasih, tanpa ingin memberikan salam atau setidaknya sebuah sapa, ia pun langsung menjatuhkan diri ke sofa dalam keadaan duduk bersandar.
Melihat suaminya sudah duduk Kasih langsung bertekuk dihadapan Nathan, ia ingin melepaskan sepatunya, setiap hari Nathan memang selalu pulang larut malam, banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Saat belum menikah dengan Kasih ia sering lembur, kadang tak pulang, kadang juga ia lebih memilih tidur di rumah sakit menemani Sera, tapi sekarang semenjak menikah dengan Kasih, beberapa hari ini ia lebih sering pulang tepat waktu, dalam kurun waktu tertentu sekitar 12-01 malam, bukan berarti ia tak ingin lama-lama meninggalkan Kasih, tapi lebih tepatnya ia ingin mengintimidasi Kasih sampai mati setiap hari.
Kasih menaruh sepatu Nathan di raknya, lalu kembali berdiri di depan Nathan, ia juga menawarkan beberapa minuman hangat. Namun Nathan menolak, mungkin ia sudah banyak minum di luar, Nathan menepuk sofa disebelahnya menyuruh Kasih duduk, Kasih pun menuruti permintaan Nathan.
"Kenapa belum tidur?" Nathan mengelus kunciran rambut kasih yang berbentuk lipan.
"Belum mengantuk, Tuan, lagipula saya kan harus menunggu anda tidur dulu baru saya boleh tidur." Kasih merasa merinding saat tangan Nathan membelai rambutnya.
"Baguslah, bagaimana lukamu?" Nathan menghentikan tangannya dan memeriksa bagian perban ditubuh kasih.
Duh-duh, suami ku memang perhatian sekali, walaupun galak tapi ia masih memiliki rasa Manusiawi. batin Kasih.
Kasih menahan senyum diwajah agar tak ketahuan oleh Nathan, ia membenarkan kacamata nya yang suka melorot meleset kebawah hidungnya.
"Saya sudah tidak apa-apa kok Tuan." Kasih menunduk saat menjawab.
Nathan mengangguk lalu merentangkan tangan ke dua sisi dinding sofa. "Tadi pergi kemana bersama nenek?"
Kasih yang terus tersenyum tak dapat mendengar jawaban Nathan, lalu ia tanya kembali. "Apa Tuan?" Kasih mendekati wajahnya agar dapat mendengar.
Nathan mendorong jidat kasih kebelakang menggunakan jari telunjuk dan tengah. "Tadi pergi kemana bersama Nenek, udik." agak sedikit keras Nathan mengeluarkan suaranya.
Sebentar, Kasih menatap wajah Nathan sebelum menjawab.
Bilang gak ya? Kalau aku bilang dia pasti marah, tapi kalau tidak di bilang dia juga akan marah. batin Kasih.
"Tadi saya pergi kerumah sakit bertemu dengan Sera." Kasih menggigit bibir bawahnya semakin menunduk takut dimarahin Nathan.
"Oh... jadi kamu udah bertemu dengan Sera? Gimana menurut mu, istri ku itu cantik kan?" tanpa berfikir ia berhadapan dengan siapa, Nathan mempertanyakan hal yang membuat sakit hati kepada istrinya.
Dia memang cantik beribu-ribu cantik dari pada aku, tapi tolong jangan meminta aku untuk menjawab pertanyaan itu. batin Kasih.
Dengan rasa ikhlas hati Kasih mengangguk untuk menjawab, Nathan terus membanding-bandingkan dirinya dengan Sera, namun ia balas dengan sebuah anggukan kepala. Istri mana yang akan mau di bandingkan oleh suami dengan siapapun itu, mana kala ia hanya seorang istri bayangan yang tak memiliki apapun untuk dijadikan sebuah perisai pelindung.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Devan Dhina
rubah dong penampilanmu
2021-05-29
0
Sondangcesilia Siregar
Kasih itu polos apa bodoh sihh,knp mau dtindas aja thor
2021-03-04
0
Mamanya Cika Aliyani
oo jadi rehan duda ya??,😂😂
sabar kasih
2021-02-15
1