Menikah merupakan kebahagiaan bagi semua makhluk di muka bumi ini, terutama bagi seorang wanita.
Karena itu adalah langkah awal baginya untuk menjadi seorang istri dan menantu, banyak tamu yang hadir menyaksikan betapa bahagianya menjadi pengantin sepanjang hari.
Pernikahan ini bukanlah acara besar yang merupakan sesuatu yang luar biasa,
hanya alakadarnya saja. Ini adalah pernikahan yang tidak pernah diharapkan.
Kasih telah berdiri di sebelah Nathan, dalam sekejap melalui berbagai ritual mereka akhirnya menjadi suami istri.
Kasih tampak begitu anggun mengenakan kebaya putihnya, wajahnya tampak begitu berseri menikmati pesta.
Seperti memasuki dunia mimpi, dia tidak pernah berpikir bahwa dia akhirnya bisa menikah dengan pria impiannya, meskipun pria itu tidak akan pernah menyukainya.
Nathan, yang berada di sampingnya, terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam.
"Sepertinya pengantin pria itu tidak baik-baik saja ya? Dari tadi wajahnya cemberut mulu," bisik seorang tamu wanita kepada teman sebayanya. Mereka baru saja usai memberikan ucapan selamat kepada sang mempelai.
"Kasian istrinya, suaminya tampak cuek begitu. Pas aku ucapkan selamat aja wajahnya datar dan menyeramkan, mentang-mentang tajir sombongnya minta ampun. Percuma tampan dan tajir tapi tidak punya attitude yang baik," balas yang satunya sambil bergidik ngeri melirik Nathan.
Air muka Nathan berubah semakin datar ketika tak sengaja mendengar percakapan itu,
Kasih yang menyadarinya merasa sedikit sedih. Kemudian dia menjajarkan tubuhnya ke hadapan Nathan, lalu menutup kedua telinga Nathan dengan tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Nathan dengan sinis. Dia berusaha menepis tangan wanita itu namun Kasih mencegah.
"Jangan dengarkan mereka, itu bohong. Andalah yang terbaik," ucap Kasih meyakinkan.
Untuk sesaat, Nathan membalas tatapan Kasih, dia mengerucutkan bibirnya, merasa sangat bosan melihat tampangnya.
Kenapa dia jelek sekali? Padahal sudah berdandan tetap saja membosankan.
Batin Nathan.
Nathan membiarkan Kasih menutup telinganya sejenak, beberapa wanita tadi masih bergosip tentang dia.
Rehan yang ingin menyerahkan ponselnya kepada Nathan karena seseorang
meneleponnya, tanpa sengaja mengetahui ketiga gadis itu sedang bergosip,
dia berhenti mendatangi ketiga wanita itu.
"Coba tanyakan pada orang tua kalian, apakah sopan bergosip di depan orangnya secara langsung?" tanya Rehan sinis.
Wajahnya yang terlihat masam membuat ketiga wanita itu ketakutan.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Rehan, ketiga wanita itu langsung berbisik dan memberikan kode. Kemudian tidak lama mereka meninggalkan pelaminan.
Rehan menghela nafas, ada kemungkinan berita pernikahan ini akan tersebar luas dalam sekejap. Namun bagi Rehan masalah menutup mulut manusia sangatlah mudah baginya, jadi tidak perlu khawatir dengan ketiga wanita tersebut.
Dia kemudian menoleh ke mempelai pengantin. Dia langsung membuang muka saat melihat Kasih sedang menutupi telinga Nathan.
"Ada apa, Rehan?" tanya Nathan yang menyadari kehadiran Rehan.
"Tidak begitu," jawab Rehan. Tanpa basa-basi dia berbalik meninggalkan pengantin itu dan turun dari pelaminan.
Aneh. Batin Nathan. Dia menyadari lagi bahwa Kasih masih terus menutup telinganya, mungkin karena itu Rehan tak jadi mendekatinya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Nathan ketika Kasih terus menatap wajahnya.
Kasih tersenyum singkat, dia terlihat senang.
Kemudian Nathan menjentikkan dahi Kasih karena dia tidak menjawab pertanyaan itu.
"Aduh ... sakit," keluh Kasih sambil membelai keningnya sesaat dia tersadar.
Sekali lagi Kasih mencuri-curi pandang menatap wajah Nathan, membuat Nathan semakin heran melihatnya.
Ya, Nathan memang tampan. Banyak wanita yang memandanginya seperti itu.
"Apa yang kau lihat?" tanya Nathan sekali lagi.
"Saya melihat bintang di mata Anda. And— Anda terlihat begitu tampan," jawab Kasih dengan gugup.
Nathan berdehem setelah merasa sedikit tercekik, ia mengelus tengkuknya dengan perasaan merinding.
"Tenggorokanku sakit, aku malas bicara denganmu," ucap Nathan sekali lagi mengelus tengkuknya.
"Anda haus? Saya akan ambilkan air minum untuk," kata Kasih yang tampak sedikit khawatir.
"Sudah kubilang, tenggorokanku sakit. Aku malas bicara omong kosong denganmu. Ayo, diam saja."
Kasih mengangguk sambil tersenyum mendengar itu, dia menunduk dengan perasaan bahagia hari ini.
Kasih menatap cincin kawin di jari manisnya, sebuah cincin yang menandakan bahwa itu sepenuhnya milik Nathan.
Meski sudah tahu bahwa suaminya tidak rela memilikinya, dia juga ingat bahwa pernikahan ini salah paham
Kasih menyadari bahwa apa yang dia miliki tidak ada bandingannya dengan apa yang dimiliki Nathan,
menikah juga tanpa membawa apapun. Dengan mahar permata hingga empat puluh gram emas. Kasih dilamar oleh Nathan di depan semua keluarga malam itu.
...***...
Semua orang terlihat sangat menikmati pesta kecil ini,
Rehan melangkah dengan santai keluar dari area keramaian, ia bermaksud pergi mencari udara segar menuju taman yang terletak di sebelah rumah.
Rehan tidak menghiraukan sapaan dan godaan dari berbagai wanita yang mencoba ingin berkenalan dengannya.
Setibanya di taman, Rehan melihat Kasih duduk di pojok taman yang difasilitasi oleh bangku santai
Alangkah terkejutnya Kasih ketika mendapati Rehan duduk di sebelahnya, sejak kapan pria itu berada di sana? Mau apa dia? Begitu yang dipertanyakan oleh Kasih.
“Ngapain disini? Masih ada tamu yang mau memberimu ucapan selamat, Nyonya Kasih,” kata Rehan.
Dia merentangkan tangannya di punggung Kasih saat dia bersiul kecil.
"Tuan muda menyuruhku istirahat sebentar disini, rasanya lelah juga berdiri seharian di pelaminan. Tuan muda juga menyuruh mereka untuk mengawasiku." Kasih menunjuk ke beberapa penjaga yang berjaga di sisi taman dengan ekor mata mereka
Rehan mengikuti tatapan Kasih ke arah para pria itu, dia bisa menebak kalau Kasih merasa tidak nyaman diawasi seperti ini.
"Haruskah saya menyuruh mereka pergi?" tanya Rehan sambil menawarkan.
"Tidak perlu, Tuan sekretaris, biarkan saja mereka menjalankan tugasnya. Nanti tuan muda akan marah jika Anda menyuruh mereka pergi."
Rehan hanya mengangguk mengerti, dia melihat ada sedikit perbandingan pada penampilan Kasih saat ini. Bisa dibilang Rehan cukup terpana dengan penampilannya, padahal riasan di wajahnya tidak terlalu membuatnya cantik. Pasalnya, riasan Kasih tidak semencolok seperti riasan pengantin pada umumnya. Sebelumnya, Kasih meminta MUA untuk mendandaninya sesederhana mungkin.
"Apa Anda berbahagia?" tanya Rehan tanpa ingin menoleh Kasih.
Kasih menoleh ke Rehan sambil tersenyum hangat, jangan tanya seperti itu. Kasih jelas sangat senang.
Rehan berpaling ke Kasih sampai pandangan mereka bertemu satu sama lain. Lalu Rehan berkata, "Tidak perlu menjawab! Saya tahu Anda bahagia, bukan?" tebaknya
Kasih menyeringai, dia sedikit malu lalu menundukkan kepalanya.
Senyuman itu terkadang membuat Rehan merasakan ada sesuatu yang berbeda di hatinya, jika secara tidak sengaja ia melihat sekilas senyuman di bibir Kasih.
"Anda sudah menjadi istrinya tuan muda, Nathan, apa yang Anda inginkan segera didapatkan."
Kasih hanya tersenyum, menerima setiap tuduhan yang datang padanya. Tapi tidak masalah, yang penting dia menikah dengan Nathan.
Rehan tiba-tiba terkikik pada dirinya sendiri, lalu dia beranjak dari tempat duduknya.
"Jika Anda mau keluar dari semua ini, datanglah padaku. Saya tahu jalan keluarnya, datanglah ke padaku kapan saja jika Anda sudah menyerah." Usai mengatakan itu Rehan meninggalkan Kasih sendirian di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
gas mabar!!
kek nya ada yang suka nich, cie³⁴
2021-07-25
2
Devan Dhina
seng sabar yoo ndok
2021-05-29
1
Sondangcesilia Siregar
Lanjut
2021-03-04
1