Kinan pun melihat langit sore itu. Langit cerah tanpa tetesan hujan sedikit pun.
"Nggak hujan kok Om."
"Bersihin mobil kan nggak harus nunggu hujan Mbak."
"Tapi tadi pagi kan sudah Om bersihkan?"
"Tapi setelah itu mobilnya kan habis di pakai lagi Mbak, jadi pasti kotor kena debu jalanan." jelas Indra sambil membersihkan mobil.
"Ya elah Om. Debu juga nggak mungkin sampe kelihatan kalo nggak pake mikroskop." celetuk Kinan.
"Nggak apa apa Mbak. Saya sudah terbiasa seperti ini."
"Sama mobil Komandan juga gitu?" Kinan penasaran.
"Iya Mbak."
"Kinclong tiap hari dong??" gurau Kinan.
Indra hanya tersenyum.
"Lagian kalo sudah di bersihkan gini kan enak Mbak. Jadi sewaktu waktu ada jadwal dadakan, mobil sudah siap pakai." imbuh Indra.
"Iya deh." ucap Kinan tersenyum. "Oh iya Om ngomongin soal jadwal, besok aku shift sore. Jadi besok Omnya kesini siang aja setelah sholat Dzuhur."
"Baik Mbak. Untuk pagi Mbaknya apa ada acara?"
"Nggak ada sih kayaknya Om. Nanti kalo ada, aku kabari deh."
"Baik Mbak."
Indra pun melanjutkan aktifitasnya membersihkan mobil. Dan Kinan masuk ke dalam rumah.
Saat malam menjelang terlihat Kinan berbaring di pangkuan sang Nenek. Si Nenek sedang asyik menonton sinetron.
"Nduk, cah ayu (Nak, anak cantik). Tiap hari kok perjalanannya seputar tempat kerja dan rumah saja. Mbok ya keluar kemana gitu?" sindir Nenek sambil mengusap lembut rambut Kinan.
"Emangnya Nenek mau kemana? Biar Kinan antar."
"Bukan Nenek. Tapi kamu sayang."
"'Aku?? Kenapa dengan Kinan Nek?" Kinan mencoba cuek.
"Mbok ya kamu keluar kemana gitu. Jalan sama teman teman. Kalo ndak salah, bahasa gaulnya itu nongki." celetuk Nenek.
"'Ahh, males Nek. Capek. Mending di rumah saja, nemenin Nenek ini. Takut di ambil duda bercucu banyak. Hahahahaha." jawab Kinan sambil tertawa.
Nenek pun ikut tertawa dan menyentil lembut dahi Kinan.
"Kamu ini ada aja alasannya." sahut Nenek. "Kamu itu cantik, dan umurmu juga sudah cukup untuk memiliki pasangan. Lebih bagus lagi kalo dia mau nikahin kamu."
"Aduhh, Nenek ini. Kenapa bahasnya pasangan terus sih. Telinganya Kinan sampai geli denger itu terus Nek." protes Kinan.
Mendengar kekesalan cucunya itu, si Nenek tersenyum.
"Cah ayu, cah ayu. Di nasehatin kok malah ngambek." ucap Nenek sembari tersenyum.
"Bukan ngambek. Cuma males aja ngomongin itu terus. Nggak Mama, nggak Nenek. Semua bahas itu terus. Lagian Kinan masih muda Nek, masih pengen seneng seneng dulu."
"Seneng seneng tapi kok rutenya antara tempat kerja dan rumah saja."
"Itu berarti Kinan senengnya di rumah aja." Kinan berusaha ngeles.
Nenek hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala mendengar ucapan Kinan.
"Apa di tempat kerja nggak ada yang suka sama cucunya Nenek ini?? Nenek nggak yakin kalo nggak ada yang suka."
"Entahlah." jawab Kinan malas.
Tiba tiba pikiran Kinan langsung tertuju pada tawaran Dokter Adam.
Ngapain aku malah mikirin dia sih?? Haduhh... Nih kepala kok jadi eror gini sih? Buang jauh jauh, buang jauh jauh.
Pikir Kinan sambil memukul mukul kepalanya.
"Kenapa Nak?? Apa jangan jangan memang ada yang suka sama kamu ya??" sindir Nenek.
"Apaan sih Nek?" Kinan berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Udah malam, Kinan ngantuk. Kinan ke kamar dulu ya Nek." pamit Kinan.
Kinan pun langsung bergegas pergi ke kamar dan membaringkannya di ranjang yang berukuran 160 × 200 cm itu.
"Ya Allah, kenapa bisa kepikiran Dokter Killer itu sih." Kinan menutup matanya menggunakan lengan.
Saat akan memejamkan mata, tiba tiba sebuah telpon membangunkannya.
"Siapa sih malam malam gini telpon??" gerutu Kinan sambil membuka layar ponselnya.
Terlihat kontak bertulis 'Dokter Adam' muncul disana.
"Halo. Assalamuallaikum??"
"Waallaikumsalam." jawab si penelpon.
"Iya Dokter, ada apa?"
"'Nggak apa apa. Cuma mau ngobrol tentang Sinta."
"Sinta?? Dia kenapa Dokter?? Apa kejangnya kambuh lagi??" Kinan terkejut mendengar nama gadis itu di sebut.
"Tidak. Dia baik baik saja kok. Dia cuma mau ngobrol sama kamu."
"Ngobrol?? Ngobrol apa ya??" Kinan penasaran.
Namun tiba tiba ponsel Dokter Adam di ambil alih oleh Sinta.
"Halo kak." sapa Sinta.
"Hai. Gimana kabarnya? Udah baikan? Udah minum obat belum?" ekspresi Kinan berubah ceria.
"Sudah kak, ini Sinta sudah di rumah sama Papa."
"Ohh, Alhamdulillah kalo gitu. Terus kenapa sekarang belum tidur? Ini kan udah malem."
"Aku pengen nagih janji sama kakak."
"Nagih janji?? Janji apa ya?" Kinan pura pura tidak ingat.
"Ihh kakak ini. Baru tadi siang janji, masa udah lupa sih?? Pikun deh." gurau Sinta sambil menepuk dahinya.
"Hahahahaha. Iya, iya kakak ingat. Terus Sinta kapan mau jalan jalan??"
"Besok."
"Hah?? Besok??"
"Iya besok kak."
"Sinta kan baru sembuh sayang, gimana kalo minggu depan aja."
"Nggak. Aku maunya besok." jawab Sinta tegas.
"Apa Papamu sudah ngijinin?"
"Sudahlah. Bener kan Pa?" ucap Sinta yang menoleh ke arah Papanya.
"Sudah. Saya sudah mengijinkan. Besok kamu ajak Sinta jalan jalan." tiba tiba suara Dokter Adam muncul. "Besok kamu shift sore kan?? Biar saya ijinkan ke Bu Direktur."
"Ohh, iiy..iyaa Dokter." jawab Kinan ragu. "Ta..tapi Dokter......."
"Udah, nggak usah mikir apa apa. Besok pagi kamu ajak Sinta jalan jalan. Maaf besok saya nggak bisa ikut, saya ada jadwal operasi. Sebagai gantinya saya sediakan sopir untuk jemput kamu disana."
"Ohh, Ngg...nggak usah Dokter. Biar saya saja yang jemput Sinta."
"Kamu tau rumah saya?"
"Dokter share aja alamatnya, besok pagi saya kesana jemput Sinta."
"Kamu mau nyopir sendiri?? Bukannya kamu baru disini ya?"
"Nggak kok Dokter. Nanti saya akan ajak sopir."
"Ya udah kalo gitu. Nanti saya akan transfer uangnya buat kebutuhan kalian jalan jalan besok."
"Ohh... Ngg..nggak usah Dokter. Ini kan memang janji saya untuk ngajak jalan jalan Sinta, jadi pakai uang saya saja."
"Udah saya transfer 10 juta. Cukup kan??" ucap Dokter Adam sambil mengecek MBanking yang ada di ponselnya.
Tingg..!!!
Sebuah notifikasi muncul di beranda ponsel Kinan. Setelah dia cek, ternyata itu notifikasi dari MBanking.
Bener bener Sultan nih orang.
"Loh... Gimana dokter bisa tahu nomor rekening saya??" Kinan heran.
"Kamu itu pegawai rumah sakit, jadi semua info tentangmu sudah ada. Lagian gajimu juga via Bank kan, jadi mudah saja saya cari tau nomer rekeningmu." jelas Dokter Adam.
Ohh iya ya, betul juga.
"Tapi uang itu terlalu banyak Dokter. Apalagi jika hanya untuk ke taman bermain."
"Ya udah nggak apa apa, kamu bisa ngajak Sinta main ke tempat lain. Ngajak makan, atau buat belanja juga nggak apa apa. Sisanya biar kamu ambil aja. Itung itung untuk bayar jasamu karena mau menemani Sinta bermain."
Dia kira aku ini baby sitter apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments