"Ehh, Dokter Adam." Si mbaknya salah tingkah. "Ini dokter, pegawai baru. Dia baru masuk hari ini, jadi saya di suruh untuk menemani dia orientasi ruangan."
"Ohh, dokter yang katanya lulusan luar negeri itu ya??" Tanya si dokter sinis. Dia bicara, namun mata dan tangannya tetap fokus pada setiap lembar les pasien.
"Iya dokter."
"Ingat ya, kalo kerja itu jangan di anggap seperti bermain. Karena pekerjaan kita disini itu menyangkut nyawa orang, bukan main boneka bonekaan." Sindir si dokter pedas, dengan mata yang masih fokus menulis di setiap lembar status pasien.
Mendengar kata kata pedas sang dokter, semua staf yang ada di sana jadi terdiam.
("Sepertinya nih dokter killer deh.") Pikir Kinan.
Karena masih anak baru, Kinan hanya membalas kata kata si dokter dengan tersenyum.
"Kami permisi dulu ya dokter, saya masih harus menemani Kinan berkeliling." Pamit si mbak.
Dokter killer itu hanya mengangguk tanpa mengucap sepatah kata pun.
Ketika sudah merasa jauh dari si dokter, si mbaknya pun mulai bercerita.
"Ehh Kinan." Ucap si mbak berbisik.
"Iya mbak."
"Kata kata dokter Adam tadi jangan kamu masukkan ke hati ya?" Pinta si mbak.
"Iya mbak." Jawab Kinan sembari tersenyum.
"Aku kasih tahu ya, kamu jangan sampai berurusan sama dokter Adam. Jangan tertipu sama wajahnya yang tampan."
"Emang kenapa mbak?" Kinan penasaran.
"Kamu tadi tahu sendiri kan gimana dia? Dia itu berbahaya banget. Kata katanya selalu pedas, apalagi sama anak baru seperti kamu."
"Kenapa bisa gitu mbak?"
"Entahlah. Semenjak dia datang kesini, dia memang udah kayak gitu."
"Hemm. Emang dia dokter apa mbak?"
"Dokter Obgyn."
"Untung aja bukan dokter anak ya mbak, bisa stres semua tuh anak kalo punya dokter kayak gitu." Canda Kinan.
"Hahahah." Si mbaknya tertawa. "Ehh tapi jangan salah. Dia juga pernah dapat teguran dari ibu yang mau bersalin, gara gara sikapnya dia yang terlalu judes."
"Masa sih?" Kinan heran.
"Iya beneran. Padahal dia tuh pernah punya istri, masa nggak tau sih perasaan pasien yang mau melahirkan." Imbuh si mbak.
"Pernah punya istri???" Tanya Kinan penasaran. "Dia sudah menikah??"
"Iya sudah lah pastinya. Masa cowok secakep dia nggak punya istri sih?? Tapi ya gitu, mereka udah cerai."
"Ohh, duda." Kinan memberi kesimpulan.
"Iya, duren. Duda keren." Gurau si mbak. "Kenapa?? Mau jadiin dia sugar daddy??"
"Ya nggak lah. Meski pun keren tapi dia killer kayak gitu, mending ogah deh." Ucap Kinan.
Si mbaknya pun ikut tersenyum.
.
Setelah selesai berkeliling rumah sakit, Kinan pun di perkenalkan ke ruang IGD. Dan si mbaknya pun kembali ke ruang manajemen.
Instalasi Gawat Darurat. Ruangan yang nantinya akan Kinan tempati. Ruangan yang memacu dirinya untuk bertindak cepat atas segala sesuatu yang terjadi. Ruangan yang menurutnya sangat baik untuk menerapkan segala ilmu yang telah ia terima di Singapura.
"Hai dokter Kinan." Sapa seorang wanita saat Kinan sedang melihat lihat peralatan medis yang ada disana.
"Hai juga." Jawab Kinan.
"Kenalin, namaku Ratna. Saya perawat disini." Si wanita menjabat tangan Kinan.
"Ohh, hai. Namaku Kinan, saya dokter baru disini."
"Iya, saya tahu." Ucap lembut si perawat. Kinan mengernyitkan dahi.
"Semua orang disini sudah pada tahu kalo mau kedatangan dokter baru, namanya Kinan."
"Iya, kami bahkan tahu kalo dokter Kinan lulusan dari luar negeri kan??" Sahut wanita yang lain.
Kinan hanya tersenyum.
"Kok bisa tahu?" Tanya Kinan sambil mengecek alat alat medis yang ada di ruang IGD.
"Ya pasti tahu lah. Semua orang di rumah sakit ini penasaran sama dokter."
"Dokter ini jadi orang yang paling di cari sekarang. Most wanted."
"Hahahahaa." Kinan tertawa. "Kayak penjahat aja sampai di sebut most wanted."
Mereka pun tertawa.
"Kenalin, aku Ana. Aku bidan yang bertugas di ruang MNE (Maternal Neonatal Emergency \= salah satu ruang di IGD yang khusus untuk menangani kasus hamil, bersalin dan bayi)."
"Kinan." Ucap Kinan sambil menjabat tangan Ana.
Mereka pun mengobrol sembari melihat lihat ruang IGD.
"Disini juga ada tiga shift kan?"
"Iya dokter, disini berlaku tiga shift."
"Biasanya ada berapa orang yang jaga di setiap shift?"
"Perawat empat, bidan tiga sama dokter jaga satu."
"Ngatasi dengan personil sedikit itu?"
"Ngatasi sih dokter. Cuma kalo ada KLL (kecelakaan masal) atau kejadian yang banyak menimbulkan korban baru deh nggak ngatasi."
"Terus??"
"Ya kita minta bantuan dari perawat di ruang lain." Jawab Ratna.
"Ohh gitu." Kinan baru paham. "Terus untuk pasien yang baru datang harus masuk TRIASE dulu kan ya?"
"Iya dokter."
"Dikasih pita juga kan?" Kinan penasaran.
"Iya dokter. Dari TRIASE itu kita bisa menentukan pasien itu masuk pita merah, kuning, hijau atau hitam."
"Hemmm." Kinan mulai berfikir.
"Ihh kok ngomong soal pita hitam sih? Amit amit deh." Protes Ana.
"Lah terus gimana dong? Toh kita juga nggak selalu nerima pasien yang bernyawa, bahkan terkadang kita nerima pasien dalam keadaan nggak bernyawa juga." Jelas Ratna.
"Tapi takut deh kalo ada yang meninggal gitu. Suasana IGD jadi serem." Sahut Ana.
"Kamunya aja yang penakut. Pintu terbuka sendiri aja udah teriak, padahal cuma angin." Jelas Ratna.
Melihat mereka saling bergurau itu membuat Kinan tersenyum.
("Sepertinya aku bakal betah disini.") Batin Kinan.
.
.
Hari demi hari pun Kinan lewati dengan suka cita di rumah sakit itu, banyak hal baru yang dia pelajari disana. Banyak tindakan medis yang berbeda antara di Singapura dan disini.
Hingga suatu hari Kinan di panggil ke ruang Direktur.
"Assalamu'allaikum Bu. Permisi." Ucap Kinan sembari membuka pintu ruang Direktur.
"Wa'allaikumsalam. Kinan, silahkan masuk." Ucap bu Direktur.
Kinan pun masuk. Terlihat seorang pria sudah duduk di hadapan direktur. Dia duduk di samping pria itu.
"Ada apa ya dokter?" Kinan penasaran.
"Gini. Kita mau ada acara Sosialisasi tentang Kanker Serviks sekalian ada pemeriksaan Pap Smear."
"Karena di rumah sakit ini kita tidak punya Dokter Obgyn perempuan, jadi saya menugaskan Dokter Kinan untuk membantu Dokter Adam dalam acara tersebut."
Mendengar kata kata itu sejenak Kinan terkejut. Pikirannya mulai berfikir yang tidak tidak. Dia pun menengok sebentar ke arah Dokter Adam. Dokter Adam seakan cuek dengan apa yang barusan dia dengar.
("Jadi asisten dokter killer ini. Gawat.") Batin Kinan.
"Bagaimana Kinan? Kamu bisa kan?"
"Hemm, iy..iya Bu. Bisa" jawab Kinan terpaksa.
Kinan pun pura pura tersenyum, padahal di dalam hatinya banyak sekali keraguan.
("Salah dikit aja, bisa mampus sama nih dokter.")
Saat keluar dari ruang Direktur.
"Hei bocah." Panggil Dokter Adam.
Kinan pun menoleh.
"Iya dokter. Dokter manggil saya?" Kinan mengernyitkan dahi.
"Siapa lagi yang bocah disini?" Dokter Adam ketus.
"Saya ingatkan ya, jangan pernah membuat kesalahan. Saya paling tidak suka sama bocah yang sok pintar dan merasa dirinya paling baik."
Mendengar kata kata itu Kinan merasa sangat kesal. Terlihat dari raut wajahnya kalau dia sedang menahan emosi.
Saat Dokter Adam sudah jauh dari Kinan.
"Uhhhhhhh.... nyebelin banget sih tuh dokter. Nggak pernah ngobrol, nggak pernah saling natap tapi sok menilai orang lain. Uhhh??!!!!!!" Kinan kesal seraya mengepalkan tangannya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Win
lanjut Thor....
2022-10-25
0