Keesokan sorenya.
"Kinan, ayo berangkat sayang." panggil Mama.
"Iya sebentar Ma." jawab Kinan.
Tak lama berselang Kinan pun muncul dengan mengenakan maxi dress berwarna maroon, dan hijab berwarna krem. Terlihat sangat cantik nan anggun.
"Cantik sekali anaknya Mama." puji Mama.
Kinan hanya tersenyum. Mereka pun berangkat bersama naik mobil pribadi.
"Papa nggak ikut Ma??" tanya Kinan.
"Papa udah nunggu disana duluan."
"Hmm." jawab Kinan cuek.
Selama perjalanan, Kinan lebih banyak diam. Sebenarnya dia paling tidak suka menghadiri acara acara seperti itu, bukan karena tidak menghargai undangan.
Tapi karena disana pasti banyak ibu ibu sosialita dan pejabat yang sedang pamer kekuasaan atau setidaknya mereka pasti pamer barang barang branded yang baru dia beli.
Ya meski pun Mama Kinan tidak seperti ibu ibu pejabat yang lain, hanya saja Kinan risih kalau berada di tengah tengah mereka.
Satu setengah jam pun berlalu, mereka tiba di sebuah Ballroom yang cukup megah.
"Kinan." Papa yang berada di Lobi gedung langsung memeluk Kinan.
"Papa." ucap Kinan.
"Cantik sekali anak Papa ini." puji Papa.
"Papa udah nunggu dari tadi??"
"Nggak, Papa barusan aja sampai. Ayo kita masuk." Papa mengajak Kinan dan Mama masuk.
Ballroom yang sangat indah, di hiasi bunga dan segala pernak pernik pernikahan berwarna putih.
"Selamat ya Pak Antok atas pernikahan anaknya." ucap Papa kepada seorang lelaki yang usianya tidak jauh darinya.
"Makasih ya Pak Rizal." jawabnya balik.
"Ini Kinan ya??" tanya Bu Antok.
"Iya, ini Kinan." jawab Mama sembari tersenyum.
"Lama nggak ketemu, makin cantik aja ya." pujinya.
"Makasih Tante." jawab Kinan sopan. "Tante juga cantik kok."
"Bisa aja kamu ini. Oh iya, kamu masih kenal Niko nggak??"
"Niko?? Niko siapa ya Tante??" Kinan berusaha mengingat.
"Itu loh kakak kelasmu dulu, yang biasanya nganterin kamu pulang." jelas Bu Antok.
Namun Kinan masih belum mengingatnya.
"Itu loh, anak cowok yang dulu pernah hampir tenggelam. Terus kamu yang nolongin." imbuh Papa.
"Ohh, cowok yang dulu sering ngikutin aku itu??" ucap Kinan.
"Nah iya benar yang itu." ucap Bu Antok. "Itu anak bungsunya Tante loh."
Kinan hanya tersenyum.
"Dia bilang pengen ketemu kamu, mana ya tuh anak??" bu Antok mencoba mengedarkan pandangannya. "Kok malah nggak ada sih??"
"Mungkin dia lagi sama temen temennya Bu." sahut Mama.
"Oh iya, sekarang Niko tugas dimana?? Denger denger dia lulusan Akmil ya??" tanya Papa.
"Iya betul, dia sekarang bertugas di Batalyon ***** berpangkat Letnan Satu (Lettu)."
"Wihh, udah siap nikah dong berarti." sindir Papa.
"Ya siap sih siap, tapi anaknya kayak masih belum ada niat untuk nikah."
"Loh kenapa?? Lulusan Akmil loh, pasti banyak cewek yang mau lah."
"Dianya yang nggak mau. Entahlah dia mau nyari yang kayak gimana."
"Ooh, mungkin dia masih pengen seneng seneng dulu. Namanya juga anak muda." jelas Papa.
Saat sedang berbincang bincang, ada seseorang yang menghampiri Mama.
"Bu Rizal."
"Ehh, Bu Hardi." ucap Mama.
"Lama nggak pernah ikut kita kumpul kumpul."
"Maaf saya memang lagi sibuk akhir akhir ini." jawab Mama.
"Ini Kinan ya, yang katanya baru pulang dari luar negeri itu kan??"
"Iya ini Kinan."
"Cantik ya, kayak Bu Rizal." puji Bu Hardi.
"Bisa aja." jawab Mama malu. "Kinan, kenalin ini Bu Hardi. Dia istrinya Bapak Kasdam."
"Selamat malam Tante." Ucap Kinan dengan senyum palsu.
"Udah punya pacar belum??" tanya Bu Hardi tanpa basa basi.
"Hemm...belum Tante." jawab Kinan ragu.
"Lohh kebetulan. Anak Tante lulusan Akmil loh, sekarang dia menjabat sebagai Pasi Intel. Tante kenalin sama anak Tante ya??"
Kinan hanya bisa pura pura tersenyum. Saat suasananya sudah semakin membuat Kinan jenuh.
"Ma, aku ke kamar mandi dulu ya." pamit Kinan.
"Mau Mama temanin??"
"Nggak usah Ma, aku sendiri aja."
Kinan pun bergegas pergi meninggalkan kerumunan ibu ibu pejabat itu, namun arah yang dia tuju bukan kamar mandi melainkan area parkiran.
"Akhirnya bisa keluar juga dari sarangnya mereka." celetuk Kinan. "Bisa sesak nafas aku kelamaan disana."
"Mending aku tunggu di mobil aja."
Saat akan menuju ke mobil, tiba tiba saja.
"Mbak Kinan??" suara seseorang memanggilnya. Kinan pun berbalik.
"Om??"
Ternyata Indra juga ada disana. Terlihat Indra mengenakan kemeja dengan warna yang senada dress yang Kinan pakai.
"Kirain saya salah lihat, ternyata memang benar Mbak."
"Iya nih, lagi nemenin Papa sama Mama. Om sendiri lagi ngantar Komandan??"
"Iya Mbak."
"Oh ya udah kalo gitu. Aku duluan ya Om??"
"Loh Mbaknya nggak masuk??"
"Nggak deh, males."
"Kenapa mbak??"
"Males aja kumpul sama ibu ibu sosialita." ucap Kinan.
Saat akan beranjak, tiba tiba seseorang menghadang langkah Kinan.
"Kamu Kinan kan??" sapa seorang cowok.
"Kamu siapa ya??"
"Kenalin, namaku Vero."
"Vero?? Vero siapa ya?? Maaf aku nggak kenal."
"Ya memang nggak kenal, makanya kita kenalan dulu." paksa si cowok.
"Namaku Vero, aku anaknya Pak Hardi."
"Ooh kamu toh anaknya Pak Hardi, yang katanya Pasi Intel itu??" ejek Kinan.
"Iya betul."
"Emangnya ada apa??"
"Ya nggak ada apa apa, cuma pengen ngajak kamu kenalan aja."
"Sekarang udah kenal kan." ucap Kinan cuek.
"Aku boleh minta nomer hpmu??"
"Buat apa??"
"Ya buat nanti suatu saat aku mau ngajak kamu jalan."
Kinan pun malas berdebat, dia akhirnya memberikan nomer hpnya agar cepat beres.
Sepeninggal Vero. Ternyata sedari tadi Indra memperhatikan Kinan di depan matanya.
"Mbak terkenal ya?"
"Maksudnya??" Kinan berbalik.
"Ya banyak yang suka sama Mbak."
"Sok tau."
"Bukan sok tau Mbak, tapi memang kenyataan." jawab Indra sopan.
"Udah, nggak usah bikin gosip deh." protes Kinan.
"Memang iya kok Mbak. Selama saya disini dari tadi, semua orang ngomongin Mbak."
"Ngomongin gimana??" Kinan penasaran.
"Ngomong kalo Mbaknya cantik gitu."
"Hahahahahahahhah." Kinan tertawa. "Ada ada aja Om ini. Yang namanya cewek pasti cantik lah, kalo cowok ya ganteng." jelas Kinan sambil berlalu.
"Mbaknya mau kemana??"
"Mau ke Alfam*art di depan situ, mau beli minuman."
"Mau saya belikan?? Saya kan masih punya hutang sama Mbak."
"Hutang??"
"Iya Mbak, hutang makanan kemarin."
"Ohh yang itu. Nggak usah deh Om, aku beli sendiri aja."
Kinan pun beranjak pergi, namun saat hendak melangkahkan kakinya. Dari kejauhan terlihat ada seorang cowok yang hendak mendekatinya. Dia pun berbalik dan menghampiri Indra.
"Ayoo temani aku ke Alfam*rt." ajak Kinan yang bersembunyi di balik tubuh tegap Indra.
"Ada apa Mbak?" Indra heran.
"Udah nggak usah tanya. Jalan aja dulu." pinta Kinan.
Indra pun mengantar Kinan ke Alfam*rt.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Win
lanjut Thor.....
2022-10-20
1