Mobil city car berlogo Hon*a milik Kinan yang berwarna putih itu di bersihkan oleh seseorang. Kinan pun penasaran dan perlahan mendekat. Dia mengendap untuk mencari tahu siapa orang yang ada di garasi mobil.
Terlihat seorang lelaki yang memakai seragam loreng sedang membersihkan mobilnya.
"Om Indra?!!" Kinan terkejut.
"Mbak Kinan." sapa Indra yang sedang membersihkan mobil dengan kanebo.
"Kok bisa ada disini?" Kinan heran.
"Saya di suruh untuk jadi sopir pribadinya Mbak Kinan untuk sementara."
"Siapa yang suruh?" Kinan penasaran.
"Papamu yang nyuruh." jawab Nenek yang tiba tiba muncul dari belakang Kinan.
"Kapan Papa bilang? Kok nggak ngomong aku dulu?"
"Semalam Papamu sudah berusaha mengabari, tapi karena kamu sudah tidur makanya dia telpon Nenek."
"Ohh." jawab Kinan singkat. "Terus ngapain harus Om Indra?"
"Karena menurut Papamu, sepertinya Indra juga bisa jaga kamu. Dan kalian juga sudah saling kenal." jelas Nenek.
"Nggak kenal kenal banget kok Nek, cuma sekedar tahu aja."
"Tapi dia udah baik mau nganter kamu pulang semalam kan? Itu tandanya dia orang baik."
"Cuka kebetulan aja ketemu di jalan."
"Kalo bukan orang baik, mana ada yang mau nganter seseorang yang nggak begitu dia kenal??" jelas Nenek. "Lagian kita juga belum tahu kapan Pak Rachmat bisa kembali bekerja."
Kinan sejenak terdiam.
"Terus gimana tugas jadi ajudannya Komandan Om?" tanya Kinan beralih ke Indra.
"Sudah ada ajudan lain yang handle Mbak."
"Ohh." jawab Kinan singkat. "Ya udah kalo gitu kita berangkat sekarang aja." ajak Kinan seraya membuka pintu mobil.
"Baik Mbak."
Indra pun bergegas membereskan pakaiannya dan masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi.
"Om Indra serius mau nganter aku pake seragam loreng?"
"Hemm, emang kenapa Mbak?" tanya Indra bingung.
"Ya nggak apa apa juga sih. Cuma kan kita bukan mau dinas kemiliteran, jadi lain waktu pake baju santai aja ya Om. Biar nggak terlalu mencolok." pinta Kinan.
"Maaf Mbak, tadi saya memang beneran nggak tau kalo mau sopiri Mbak Kinan. Kirain beneran mau sopiri tamu VIP."
"Komandan yang bilang??" Kinan penasaran.
"Iya Mbak. Komandan bilang saya suruh layani tamu VIP, saya kira ya tamu tamu Jenderal seperti Bapak. Makanya saya pakai seragam loreng."
"Ya udah nggak apa apa Om."
"Apa saya harus ganti baju dulu Mbak?"
"Nggak usah, kelamaan. Kita langsung berangkat aja Om."
"Baik Mbak."
Indra pun langsung melajukan mobilnya di tengah tengah keramaian kota. Membelah jalanan yang begitu ramai di pagi hari.
Sejak menaiki mobil, Kinan terdiam. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Indra pun memberanikan diri menoleh, terlihat Kinan sedang khusyuk membaca Alquran mini yang selalu dia bawa kemana mana.
Senyum kecil mengembang dari bibir Indra.
("Wanita soleha ya?") batin Indra.
Sekitar setengah jam pun berlalu, Kinan menutup Alquran itu dan menyimpannya kembali ke dalam tas.
"Oh iya Om berapa hari di tugasin jadi sopir pribadiku?"
"Kurang tau juga Mbak. Katanya sih sampai sopirnya Mbak sehat."
"Ohh." singkat Kinan.
"Saya denger Pak Rachmat sakit ya Mbak?"
"Iya Om. Dia memang punya penyakit jantung. Kemarin waktu mau jemput saya, tiba tiba sakit jantungnya kambuh. Untung aja saat itu dia lagi istirahat di pom bensin, jadi nggak sampai terjadi apa apa di jalan."
"Mungkin kecapekan kali ya Mbak."
"Bisa jadi Om." Kinan membenarkan. "Kasihan juga dia harus tiap hari antar jemput aku dari Malang Pasuruan."
"Kenapa Mbak nggak nyoba nyari sopir yang lain aja??"
"Sudah sih, cuma Papa nggak mau ganti Pak Rachmat. Karena mungkin dia udah bertahun tahun jadi sopir keluarga, jadi Papa percaya banget sama dia." jelas Kinan.
"Ohh gitu."
"Lagian Pak Rachmat juga sudah nggak muda lagi Om, terkadang malah dia lupa jalan."
Indra hanya menjadi pendengar yang baik.
"Ya semoga aja Pak Rachmat lekas sembuh. Aku nggak enak juga ngerepotin Om terus."
"Nggak ngerepotin kok Mbak. Ini kan emang udah tugas saya." Indra tersenyum.
"Ngomong ngomong, susah nggak Om jadi ajudannya Komandan?"
"Ya susah susah gampang sih Mbak. Kita harus stand by 24 jam ngikutin Komandan pergi, takut sewaktu waktu ada panggilan mendadak. Harus nyiapin seluruh perlengkapan kedinasan, bahkan kita harus atur jadwal Komandan. Kita jadi sopir berarti nyawa Komandan ada di tangan saya, itu yang paling berat Mbak." jelas Indra. Baru kali ini Indra bisa cerita panjang lebar.
"Omnya kok mau?"
"Ya gimana lagi, memang sudah perintah. Tentara apalagi masih Tamtama ya harus siap terus Mbak."
"Om suka jadi Tentara?"
"Ya suka nggak suka Mbak. Ini kan sudah jadi keputusan saya mengabdi pada negara."
"Pantesan aja belum punya istri, orang Omnya jagain negara terus." gurau Kinan.
Indra pun ikut tertawa.
Sesampainya di depan Rumah Sakit.
"Makasih ya Om." ucap Kinan saat akan turun dari mobil.
"Mbak mau di tungguin apa gimana?"
"Nggak usah di tungguin Om, pulang aja. Nanti kalo udah mendekati jam pulang, Om baru jemput."
"Mbak nanti pulang jam berapa?"
"Sore sih Om. Sekitar jam tiga atau jam empat sore." jawab Kinan. "Oh iya minta nomernya dong Om. Jadi nanti enak kalo aku mau ngabarin." Kinan menyodorkan hpnya ke Indra.
"Baik Mbak." Indra pun mengetik nomer ponselnya di hp Kinan. "Ini nomer saya Mbak."
"Oke aku save ya."
Kinan pun beranjak pergi meninggalkan Indra. Dan tiba tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Dokter Kinan." sapa seseorang. Kinan pun berbalik.
"Hei." jawab Kinan.
"Ciee...cie...yang abis di anter yayang."
"Yayang?? Yayang apaan?" Kinan bingung.
"Ahh, pura pura nggak tahu nih Dokter." sindir Ana.
Tapi Kinan masih tetap bingung dengan ucapan Ana.
"Itu yang tadi nganter Dokter. Lelaki seragam loreng itu." lirik Ana.
"Ooh. Itu cuma teman."
"Teman apa demen??" canda Ana.
"Apaan sih?" Kinan tersenyum.
"Ada gosip baru nih. Bisa jadi viral nih gosip."
"Nggak usah mulai gosip deh."
"Bisa bisa hari ini jadi hari patah hati se Rumah Sakit."
"Hahahahahah. Ada ada aja kamu ini." Kinan pun tersenyum. "Udah yukk ah masuk, udah banyak pasien yang nunggu."
"Ihh Dokter, pagi pagi nggak usah ngomongin pasien dulu napa??"
"Terus mau ngomongin apa??"
"Ngomongin cowok loreng tadi itu."
"Hadehh." si Dokter Kinan langsung tepok jidat dan beranjak pergi. Ana pun mengikutinya sambil terus mengoceh.
"Udah lama ya jadiannya Dokter? Dia tugas dimana? Punya teman loreng juga kan? Kenalin aku sama temannya dong." Ana terus saja ngoceh. Namun tak di gubris oleh Kinan.
Ana memang tipe yang sangat terobsesi sama lelaki yang berseragam loreng. Menurutnya, lelaki berseragam itu punya daya tarik tersendiri untuk memikat hati kaum hawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Win
lanjut thoorrr
2022-10-28
0