Kinan pun berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Tapi kalo pacar banyak kan??"
"Nggak punya juga Mbak." jawab Indra polos.
"Tumben??" Kinan terkejut.
"Apanya yang tumben Mbak??" tanya Indra penasaran.
"Ya tumben aja ada abdi negara yang jomblo. Biasanya tuh punya banyak cadangan." gurau Kinan.
"Tapi kan nggak semua Mbak ." Indra membela.
"Tapi gampang kan buat abdi negara cari pacar." sindir Kinan.
"Nggak tau juga ya Mbak, saya nggak pernah coba cari pacar. Selama ini saya hanya berteman saja."
"Temannya lebih banyak cewen kan??"
"Iya sih." Indra tersenyum kecil. Kinan pun ikut tersenyum.
"Kenapa nggak nyoba cari pacar??"
"Ya lagi nggak pengen cari pacar aja mbak."
"Emang nggak ada keinginan untuk nikah gitu??"
"Ya ada sih Mbak, tapi mungkin nggak sekarang. Karena umur juga masih muda."
"Emang Omnya kelahiran tahun berapa??"
"Tahun 97."
"Loh, sama dong kayak aku. Bulan apa Om??"
"Bulan April Mbak."
"Lohh, lebih tua Omnya dong. Kalo aku bulan Desember." Kinan terkejut.
"Kalo gitu Omnya jangan panggil aku Mbak. Panggil aja Kinan."
"Saya nggak enak Mbak, kayak nggak sopan." jawab Indra malu.
"Justru lebih nggak sopan lagi kalo Omnya panggil aku Mbak, karena secara dari umur aja lebih tua Omnya." jelas Kinan, namun Indra hanya terdiam. Dia bingung harus menjawab apa.
"Ya udah, ya udah. Terserah Omnya aja deh mau panggil aku apa." ucap Kinan sembari tersenyum.
Kinan pun menyandarkan tubuhnya dan melihat keluar jendela.
Sesampainya di sebuah masjid yang begitu megah, Kinan pun turun dari mobil dan di ikuti Indra.
("Padahal dia lama tinggal di negeri orang, namun ibadahnya tetap aja terjaga.") batin Indra saat memandangi Kinan.
Beberapa lama berselang, Kinan masuk ke dalam mobil dalam keadaan sudah mengenakan hijab kembali.
"Kita langsung pulang nih Mbak?"
"Perkiraan berapa jam lagi sih kita sampai ke rumah nenek??" tanya Kinan.
"Sekitar 2 jam lagi Mbak."
Kinan melihat jam di tangan kanannya.
"Ya udah kita langsung pulang aja, masih keburu sholat Maghrib di rumah nenek." ucap Kinan.
Indra pun melajukan mobilnya. Dan Kinan buru buru membuka tas slempang kecilnya, dia mengeluarkan sesuatu. Ternyata dia membawa Al Qu'ran kecil di tasnya. Dia pun membaca beberapa lembar ayat Al qur'an. Meski Kinan membacanya dengan suara yang lirih, namun Indra merasa suara alunan ayat suci Al Qur'an yang dia bacakan sangat merdu.
Indra semakin tersenyum melihat sikap Kinan.
("Sungguh cewek yang cantik. Beruntung sekali cowok yang dapetin dia.") batin Indra.
Setelah selesai membaca beberapa lembar ayat Al qur'an.
"Aku mau tidur dulu ya Om, nanti kalo udah mau sampai tolong bangunin ya." pinta Kinan.
"Iya Mbak."
Kinan menutup matanya dan tertidur. Sesekali Indra mencuri pandang pada Kinan. Wanita yang sempurna bagi Indra. Cantik, cerdas, sopan, lembut dan juga seorang yang taat beribadah. Tidak ada yang kurang darinya. Pasti sudah banyak pria di luar sana yang antri untuk menjadi pendampingnya.
Beberapa jam pun berlalu, hingga dia tiba di sebuah perumahan elit di pinggiran Kota. Rumah yang berwarna krem dan di penuhi tanaman hias yang cantik.
"Assalamu'allaikum Nek." Kinan memeluk Nenek yang sedari tadi sudah menunggunya di teras.
"Wa'allaikumsalam anak cantik." Nenek memeluk dan mencium Kinan. "Nenek kangen banget."
"Iya Nek, Kinan juga kangen banget." Kinan pun beralih memeluk sosok yang ada di samping Nenek.
"Ma."
"Lama banget sih sayang? Mama udah nunggu dari tadi loh." Mama menggerutu.
"Maaf, Ma. Tadi jalannya agak macet jadi telat deh sampai sini."
Saat melihat Indra yang menurunkan barang barang Kinan.
"Sini Om, taruh di dalam saja barang barangnya." ucap Mama.
"Siap Bu." jawab Indra. Dia pun memasukkan barang barang Kinan.
"Nenek sudah nyiapin banyak makanan kesukaanmu." ucap Nenek yang merangkul si cucu masuk ke dalam rumah.
"Masa sih?"
"Iya bener." jawab Mama. "Malahan tuh ya, mulai kemarin Nenek sibuk bikin kue kacang kesukaanmu."
"Hemm...so sweet." Kinan mencium pipi Nenek. "Makasih ya Nek."
"Iya sayang." ucap Nenek bahagia.
"Kamu sih kelamaan di luar negeri, jadi Nenek kangen berat kan?? Sampai sampai kemarin dia bilang Kinan harus tinggal sama dia." jelas Mama.
"Hahahaha. Iya iya Nek, aku bakal tinggal sama Nenek kok. Tenang saja. Kinan akan nemenin Nenek." Kinan memeluk Nenek manja.
Setelah memasukkan barang barang Kinan.
"Ijin Ibu. Barang barangnya sudah saya masukkan. Mohon ijin petunjuk." lapor Indra pada Nyonya Jenderal.
"Terima kasih ya Om. Ini ada titipan dari Bapak." Mama memberikan sebuah amplop pada Indra.
"Siap Ibu, tidak perlu."
"Nggak apa apa, terima aja Om. Toh ini titipan dari Bapak, kalo nggak di terima nanti Bapak malah marah lagi."
"Siap Ibu, terima kasih." ucap Indra sopan. "Ijin Ibu, saya permisi dulu."
Ibu jenderal itu pun mengangguk tanda mengiyakan.
Selepas kepergian Indra, Kinan makan bersama dengan Mama dan Neneknya.
"Kamu sudah ada rencana buat besok??"
"Nggak ada Ma, emangnya kenapa??"
"Gimana kalo besok kamu ikut Mama aja."
"Kemana??"
"Besok ada acara pesta pernikahan anaknya Pangdam *****"
"Haduhh, nggak deh Ma. Aku kan nggak suka datang ke acara acara yang rame kayak gitu."
"Yang namanya pesta pasti ramai lah Nak, acara pemakaman aja biasanya ramai." sindir Mama. "Lagian nih ya, besok itu pasti banyak cowok cowok lulusan Akmil yang datang, ya kali aja ada yang cocok sama kamu."
"Mama ini mau ngajak aku ke acara nikahan, apa mau jodohin aku sih??" protes Kinan.
"Ya kan minimal ada yang dekat sama kamu, biar kamu nggak kesepian."
"Aku nggak kesepian kok Ma, ada Nenek yang akan selalu nemenin Kinan. Iya kan Nek??" Kinan memegang tangan Neneknya.
"Nggak ada salahnya kamu ikut ke acara acara gitu sama Mamamu." bujuk Nenek.
"Ihh, ternyata Nenek sama aja kayak Mama." Kinan kesal.
"Lagian kan cuma datang nemenin Mama aja."
"Beneran cuma nemenin aja kan?? Nggak ada acara jodoh jodohan??"
"Ya Mama nggak bisa janji. Kayaknya kalo liat kecantikan anaknya Mama ini pasti banyak cowok yang bakal kepincut deh." ejek Mama.
"Ihhh,,, apaan sih Ma."
Mama pun tersenyum melihat kekesalan putri kesayangannya itu.
"Jadi besok pagi kita cari gaun aja dulu ya??" ajak Mama.
"Nggak usah Ma, pakai yang ada aja."
"Jangan lah sayang, selama kamu di luar negeri kamu kan jarang shopping."
"Pakai baju yang ada, atau aku nggak usah ikut." ancam Kinan.
Si Nyonya Jenderal itu terlihat menghela napas, dan akhirnya setuju dengan keputusan anaknya. Kinan yang melihat itu pun tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments