Di dalam gedung. Terlihat Komandan beserta istrinya menyapa seorang pria paruh baya.
"Siap, Bapak Panglima." Sapa Komandan kepada si punya acara. "Selamat atas ulang tahun pernikahannya yang ke-30."
"Terima kasih."
"Siap."
"Kok cuma datang berdua? Anak anaknya kenapa nggak di ajak?"
"Siap, anak anak ada di rumah."
"Terus kamu kesini sama siapa?"
"Siap, sama sopir kami."
"Suruh dia masuk juga, ajak makan makan ini loh banyak." Ucap si Ibu dengan lembut.
"Siap Ibu, nanti kami telpon biar dia masuk." Jawab Ibu Komandan.
"Ya udah kalo gitu saya tinggal dulu ya, mau menyapa tamu yang lain."
"Siap." Jawab Komandan.
Tak lama kemudian Indra pun masuk ke dalam gedung acara, gedung yang sangat megah nan tinggi. Ada sebuah lampu krystal di tengah tengah ruangan. Semua yang berada di dalam sana adalah kaum elit, minimal perwira. Indra sedikit minder berada disana. Untungnya ada Wahyu yang sedari tadi ngekor di belakangnya.
"Ngapain sih kamu ngikut?" Indra kesal.
"Ya mau makan juga lah."
"Emang kamu di suruh masuk sama Komandanmu."
"Ya nggak juga sih. Cuma kan kalo kamu di ijinin masuk, kenapa aku nggak boleh?? Kita kan sama sama ajudan."
Mendengar kata kata Wahyu, Indra hanya tersenyum dingin.
Selesai acara, mereka pun pulang.
.
Keesokan harinya. Karena hari minggu, tidak ada kegiatan spesial yang mereka lakukan. Hanya bersih bersih rumah dinas mereka dan main PS. Selebihnya Indra hanya tidur.
"Ayo Ndra kita main kemana gitu?" Ajak Erwan yang masih fokus bermain PS.
"Mau kemana?" Tanya Indra yang sedang tiduran di sofa.
"Ya kemana gitu, biar nggak jenuh di rumah terus."
"Ke bromo aja yukk." Ucap Aris yang baru keluar dari kamarnya.
"Kalian kesana aja, aku lagi males."
"Ya elah Ndra, nggak asyik kamu tuh." Aris kesal.
"Minggu kemarin aku baru kesana, ngantar Komandan sama rekan kerjanya. Masa sekarang mau kesana lagi?? Nggak ahh, mending tidur di rumah." Jelas Indra.
"Gimana bisa dapat cewek kalo kita di rumah terus gini??" Ucap Erwan.
"Kita?? Kamu sama Indra aja kali. Aku kan udah punya cewek." Protes Aris.
"Nggak setia kawan kamu, Ris." Ucap Erwan.
"Lagian nih ya, ngapain ke Bromo mau nyari cewek?? Yang ada disana tuh cuma belerang sama orang pacaran. Ya kali mau ngeliatin orang pacaran. Ogah!!" Sahut Indra.
Saat asyik mengobrol, tiba tiba aja seseorang datang.
"Ndra??" Panggil seorang provost.
"Siap." Indra langsung bangun dari tidurnya.
"Ini ada kiriman lagi buat kamu." Si provost menyerahkan beberapa kado untuk Indra.
"Dari siapa ya Pak??"
"Itu sudah ada namanya sendiri sendiri." Jelas provost. "Kamu itu Ndra, hampir tiap hari ada barang atau kado buat kamu. Banyak sekali cewekmu Ndra."
"Siap, bukan cewek saya Pak. Hanya teman." Jawab Indra. "Terima kasih ya Pak."
Antara pos penjagaan dan rumah dinas Komandan sangat dekat.
"Dari siapa lagi tuh, Ndra? Novi? Ayu? Ratih? Atau ada yang baru lagi??" Ejek Aris.
"Nggak tau nih dari siapa." Indra mencoba membuka kado kado itu.
"Ya terjawab sudah kenapa sampek detik ini kamu nggak punya pacar."
"Kenapa emang?" Indra ikut penasaran.
"Karena kamu nggak bisa setia cuma sama 1 cewek."
"Sok tau kamu. Mereka ini bukan pacarku, aku bahkan nggak pernah jalan sama mereka." Protes Indra. "Hanya kenal lewat hp aja. Lagian aku nggak pernah nyuruh mereka ngirim ngirim hadiah."
"Sama aja. Kalo kenal 1, ya udah 1 aja. Nggak usah ada cabangnya."
"Aku nggak nyabang. Cuma memperbanyak teman aja, karena aku kan juga pendatang disini."
"Itu kan juga sama aja. Gini ya Ndra, cewek itu nggak akan ngejar kalo kamu nggak ngasih harapan."
"Maksudnya??"
"Misal nih ada cewek yg deketin kamu. Tapi kamu malah menerimanya dengan tangan terbuka, ya jelas dong dia pasti akan berharap lebih. Beda halnya kalo kamu berusaha cuek, mereka juga akan mundur pelan pelan."
"Kecuali ceweknya agresif." Celetuk Erwan.
"Nah itu, beda lagi cara ngurus cewek yang modelan kayak gitu."
"Sok paham kamu."
"Paham lah, aku kan udah punya cewek."
"Udah ah, males mau bahas cewek. Aku mau tidur. Jangan ganggu aku."
Indra pun beranjak masuk ke dalam kamarnya. Dia tak begitu memperdulikan kata kata temannya itu. Karena dia merasa, selama hanya berteman itu adalah hal yang wajar.
Sore harinya saat dia hendak mandi. Dia melihat ada banyak makanan di meja.
"Ada acara apa nih?" tanya Indra yang sudah mengalungkan handuk di pundaknya.
"Di kasih sama ibu ibu." jawab Erwan yang sedang makan.
"Dalam rangka??"
"Dalam rangka mau di kasih ke Om Indra."
"Ohh. Makasih deh." Indra cuek.
"Kamu nggak makan??" tanya Erwan saat melihat Indra hanya melewati makanan itu saja.
"Nanti aja." jawab Indra sebelum masuk ke kamar mandi.
Kalau di lihat lihat, dari ajudan yang lain memang Indra lah yang paling tampan. Berbadan tinggi dan berkulit sawo matang. Berhidung mancung, tatapan mata sayu. Pria hitam manis yang di sukai banyak perempuan. Tak heran jika banyak perempuan yang kepincut akan ketampananannya.
.
.
Keesokan harinya saat di kantor. Indra duduk di meja ajudan, meja yang terletak tepat di depan ruang Komandan. Terlihat dia sedang berkoordinasi dengan ajudan kantor mengenai jadwal Komandan setiap harinya.
"Ndra??" suara Komandan terdengar dari dalam ruangan. Indra pun bergegas masuk.
"Siap, Komandan."
"Kamu sekarang ke bandara ya??"
"Siap. Ehh, Komandan mau pergi?" Indra terkejut, karena dia belum menyiapkan tiket.
"Nggak, bukan saya. Kamu jemput seseorang."
"Siap, ijin. Jemput siapa ya Komandan??"
"Anaknya panglima, yang malam minggu kemarin kita datang ke acaranya yang di malang itu."
"Ohh, siap."
"Beliau menelpon kalo anaknya mau datang dari luar negeri, jadi beliau meminta tolong di siapkan sopir untuk jemput anaknya."
"Siap."
"Namanya Kinan, dia penerbangan dari Jakarta. Estimasi landing sekitar jam 12. Sekarang jam setengah 12, nutut lah yaa dari sini ke bandara."
"Siap, saya usahakan Komandan."
"Nanti kamu jemput pake mobil Strada saja ya?"
"Siap, ijin nanti Komandan gimana pulangnya kalo saya bawa Strada??"
"Gampang, nanti saya telpon Aris atau Erwan biar jemput saya."
"Siap."
"Hati hati ya Ndra."
"Siap, Komandan."
Indra pun langsung beranjak. Mengambil sebuah tas slempang yang ada di meja ajudan, dan bergegas menuju mobil dinas. Dia pun menyalakan mesin dan melajukan mobilnya secepat yang dia bisa. Waktu tempuh yang seharusnya 2 jam, harus dia minimalkan hanya setengah jam saja.
Sebenarnya itu hal biasa buat seorang ajudan Komandan. Bahkan sering terjadi. Waktu tempuh yang seharusnya 5 jam, harus di persingkat jadi 1 setengah jam saja karena adanya undangan dadakan. Bisa di bilang Indra ini Sopir Antar Kota Antar Provinsi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments