Ralen menjalani hari-harinya dengan sangat luar biasa, hari demi hari wanita itu jalani dengan harapan bahwa hidup keluarganya akan membaik tidak lagi harus dipusingkan dengan tagihan-tagihan yang terus menekannya sebagai satu-satunya tulang punggung dalam keluarga.
Setiap bulannya ia harus membayar tagihan rumah kontrakan yang mereka tinggali yang terkadang sudah melewati jatuh tempo membuat otaknya serasa ingin meledak akibat himpitan kebutuhan yang benar-benar mendesak.
"Ralen."
Terdengar suara wanita dengan diiringi suara batuknya dari arah ruang tamu sederhana yang beralih fungsi menjadi kamar tidur bagi Adik serta orang tuanya, kontrakan yang hanya tiga petak saja mau tak mau hanya menyisakan satu kamar untuknya, sebenarnya Ralen sudah meminta agar Ayah dan Ibunya saja yang mengisi kamar itu tapi mereka menolak mengatakan bahwa Ralen seorang gadis yang harus memiliki kamar pribadi sendiri.
"Iya Bu," sahut Ralen beranjak dari duduknya menuju sang ibu yang memanggil di tengah kepusingan yang melanda akibat uang kontrakan yang belum terkumpul.
Sebenarnya sudah terkumpul akan tetapi harus terpakai untuk membeli obat Ayahnya yang untuk sekian kalinya merasakan kakinya sakit akibat bekas kecelakaan yang cukup parah dulu, mau tidak mau Ralen harus membawanya ke rumah sakit untuk periksa dan membeli obat yang harganya lumayan menguras uang simpanan untuk membayar kontrakan.
"Tadi Bude Parni datang," ujar sang ibu dengan wajah pucat nya akibat masih tak enak badan.
Bude Parni adalah pemilik kontrakan dan jelas Ralen tahu maksud kedatangan wanita gemuk itu, menagih uang kontrakan yang sudah jatuh tempo, memangnya apa lagi jika bukan itu?
"Maafkan Ayah nak yang tidak berguna ini."
Suara tua milik sang Ayah menyapa pendengaran Ralen, dari nada bicaranya pria itu terlihat sangat menyesal karena sebagai kepala keluarga sungguh tidak berguna, dia yang seharusnya berkewajiban untuk menafkahi serta memenuhi semua kebutuhan rumah tangga tapi akibat kecelakaan yang melumpuhkan sebagian tubuhnya menjadikan dia tidak bisa mencari uang, jangankan untuk bekerja sekedar untuk berpindah tempat saja dia membutuhkan bantuan orang lain.
Ralen menatap wajah sang Ayah yang terlihat semakin tua yang larut akan rasa bersalah karena menjadikannya sebagai tulang punggung guna menghidupi mereka berempat.
"Tidak apa-apa Ayah, ini sudah takdir kita Ayah tidak boleh merasa bersalah, sejak Ralen kecil Ayah susah payah menghidupi Ralen hingga besar lalu sekarang tidak ada yang salah jika Ralen menggantikan posisi Ayah, tubuh Ralen sangat kuat untuk bisa terus mencari uang, Ayah dan Ibu tenang saja Ralen akan segera membayar kontrakan pada Bude Parni."
Jelas Ralen memberikan ketenangan pada orang tuanya sekalipun dalam hatinya sendiri merasa kebingungan bagaimana caranya mendapatkan uang dengan cepat agar Bude Parni yang bawel itu tidak keburu murka karena ia yang sudah sering telat membayar kontrakan.
Ralen beranjak untuk masuk ke dalam kamar tapi langkahnya kembali terhenti ketika Adiknya, Ardan yang baru dari dapur berpapasan dengannya.
"SPP Ardan sudah 3bulan belum di bayar Kak," adu ABG berusia 13tahun itu.
Ralen menarik napas, bagaimana bisa ia lupa kalau Ardan pun masih menunggak SPP nya, lalu sekarang apa yang harus Ralen lakukan? bagaimana caranya mencari uang untuk membayar kontrakan sekaligus SPP sang Adik.
"Kakak usahakan ya Ar, sabar dulu," sahut Ralen memberi pengertian.
Ardan melihat wajah Kakaknya begitu kusut, jelas sebagai seorang Adik yang paham akan keadaan keuangan keluarga mereka merasa tidak tega hingga akhirnya dengan ragu berkata, "apa Ardan berhenti saja ya Kak, biar Ardan bisa bantu Kakak cari uang," katanya dengan suara pelan.
"Nggak ada! kamu harus tetap sekolah nggak usah mikirin biaya karena Kakak akan lakuin apapun demi kamu demi Ayah dan Ibu!" sentak Ralen menggeleng cepat menolak usul bodoh yang diajukan oleh sang Adik.
Bagaimana mungkin Ralen membiarkan Adiknya putus sekolah sedangkan Ralen tahu Adiknya itu bercita-cita menjadi orang sukses guna merubah kehidupan mereka, cukuplah Ralen seorang yang harus rela mengubur impiannya karena kekurangan biaya sedangkan Ardan tidak boleh! karena masih ada dirinya.
"Lebih baik kamu fokus belajar, Kakak akan segera cari uang untuk bayar SPP kamu," kata Ralen tegas seraya menepuk pundak sang Adik lalu melenggang ke dalam kamar yang tanpa pintu hanya memakai gorden saja untuk agar tidak terlihat saat ada orang yang akan ke dapur atau ke kamar mandi yang letaknya di belakang.
Ralen duduk di tepi ranjang yang terbuat dari kayu dengan model kuno di tambah dengan kasur kapuk yang memakai seprai berwarna usang, jelas ini adalah tempat tidur jadul yang dimiliki orang tuanya.
Wanita yang saat di rumah hanya memakai celana pendek dengan kaos kebesaran di tubuh kurusnya itu menekuk kedua kakinya lalu menyandarkan kepalanya di atas lutut dengan pandangan yang kosong menatap tak jelas, sesekali tarikan napasnya terdengar sangat berat.
Ini bukan pilihan hidupnya dan tentu semua orang pun jika bisa memilih tidak akan mau memilih hidup susah seperti keluarganya, ini adalah takdir yang sudah tercatat untuknya bahkan sebelum ia dilahirkan ke dunia.
Ingin rasanya menangis tapi air matanya seolah sudah mengering, karena sekuat-kuatnya Ralen, dia tetaplah seorang wanita yang akan diam-diam menangis jika sudah merasa sangat lelah dengan semua yang harus ia jalani.
"Sekarang harus gimana? utang sama Antika saja belum bisa di ganti," lirih Ralen mengingat sudah beberapa kali ia meminjam uang temannya itu untuk kebutuhan keluarganya, rasanya sangat malu selalu menyusahkan orang lain.
Pikiran wanita berusia 20tahun itu menerawang kemana-mana berusaha untuk mencari cara bagaimana mendapatkan uang dengan cepat tanpa harus menyusahkan orang terdekatnya.
"Dompet!" seru Ralen dengan suara tertahan.
Wanita itu ingat dompet milik pria songong yang tertinggal di motornya, ini sudah beberapa bulan kan? dan dia masih belum juga bertemu dengan pria songong itu.
Ralen turun dari tempat tidur usang yang selama ini menjadi tempatnya merilekskan tubuhnya yang lelah setelah seharian mencari uang, langkahnya begitu cepat kala menuju lemari kayu yang lagi-lagi terlihat sangat kuno dan mulai lapuk karena di sisi kanannya sudah mulai keropos di gigit rayap.
Membuka pintu lemari yang kacanya sudah hilang setengah lalu mengulurkan tangan mengangkat tumpukan baju miliknya dan menarik sebuah dompet dengan warna hitam, dompet yang sudah lebih dari dua bulan ia simpan itu Ralen perhatikan dengan seksama sambil kembali menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kapuk yang sudah mengeras.
Ralen menarik napasnya dengan tangan yang bergerak membuka lipatan dompet, isi di dalamnya masih utuh dan dengan posisi yang tidak berubah dari sejak ia melihat dompet itu ada di motornya tak sekalipun Ralen berani untuk mengambil meski hanya satu lembar saja, tapi sekarang dengan terpaksa ia akan memakai uang di dalam dompet itu.
"Gue cuma pinjam, gue bakal ganti," tutur Ralen seraya mengeluarkan beberapa lembar lalu menghitungnya untuk ia gunakan membayar kontrakan serta SPP Ardan.
Kata-kata pinjam masih terus Ralen gumamkan lewat bibirnya seolah mengingatkan dirinya untuk segera mengganti uang itu.
Sebelumnya ia tidak pernah melakukan hal seperti ini, meskipun hidup pas-pasan tapi orang tuanya tidak pernah mengajarkannya untuk memakai barang atau uang yang bukan miliknya, tapi sekarang ia terpaksa harus melakukan hal seperti ini untuk menyambung hidup keluarganya, bahkan jantungnya berdebar dengan sangat cepat ketika harus mengambil uang dari dompet tanpa identitas itu.
"Gue cuma pinjam, salah sendiri karena tidak meninggalkan identitas apapun di sini," gumam Ralen.
Seandainya saja ada identitas tentu sudah sejak lama ia mengembalikan dompet ini, tapi nyatanya kecerobohan sang pemilik malah membuat Ralen harus menyimpannya lama bahkan sekarang malah memakai uang di dalamnya dengan dalih meminjam.
\*\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Halisa Fauzan
kamu wanita hebat len..
semoga segala lelah mu akan berakhir indah pd waktunya..
2022-09-08
0
Ketut Wiraksini
pake aja ralen, duitnya om Ipul msh banyak 😂
2022-08-30
1
Senaya
pake aj, ntar kalo ketemu orangnya bilang aja kepepet jadi dipinjem dl, kalo ga sanggup bayar boleh dibayar dengan tubuhmu... eh maksudnya jadi asisten rumah tangganya... ntar lama2 Ipul klepek2 deh sama kamu wkwkwkkw
2022-08-29
0