Ralen menghentikan motornya dengan guratan emosi yang masih tercetak jelas di wajahnya, tak menyangka bahwa tadi dia berurusan dengan makhluk berjenis laki-laki dan sangat menyebalkan.
"Dasar cowok songong! jangan sampai gue ketemu dia lagi ih amit-amit amit-amit," cerocos Ralen menepikan motornya lalu turun dari kendaraannya itu.
Di tepi jalan yang lebih sepi wanita dengan tampilan cuek itu memeriksa kembali motor kesayangannya yang ia jadikan tunggangan sehari-hari untuk mencari uang.
Ia yang tahun ini berusia 20 tahun seharusnya duduk di bangku kuliah seperti yang sangat ia impikan dulu, namun apa yang menjadi mimpinya harus ia kesampingkan karena setelah lulus SMA ia harus menjadi tulang punggung setelah Ayahnya mengalami kecelakaan hingga tak lagi bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga serta biaya adiknya yang masih duduk di bangku SMP.
Terkadang merasa iri dengan teman-temannya yang bisa hidup senang dan bebas pergi ke sana-sini tanpa harus repot memikirkan apakah besok ia akan mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Ralen harus menahan keinginannya untuk kuliah, mengalah demi orang tua serta Adik laki-lakinya yang baru saja masuk SMP.
Setelah memeriksa motornya Ralen pun mengambil handphone dari dalam kantong jaket yang dia pakai, menghubungi satu nomor di dalam handphone android berharga murah itu.
"Lo masih lama kan?" Ralen langsung saja bertanya begitu panggilannya di jawab.
"Lumayan sih, kenapa memangnya?"
Tanya balik wanita yang Ralen hubungi.
"Gue ke bengkel dulu ya, motor gue lecet sama pecah ini spakbor depannya," jelas Ralen menyentuh spakbor motornya yang ternyata lumayan parah rusaknya.
"Ya udah gue matiin ya, gue masih harus rapiin barang yang baru datang soalnya," sahut wanita yang biasa di panggil Riska.
Antika namanya, dia adalah teman dekat Ralen, mereka dulu satu kelas dari SD sampai SMP sedangkan saat SMA sekolah mereka berbeda tapi masih tetap bertemu sebab rumah mereka yang tetanggaan.
Antika bekerja di sebuah minimarket di sebuah mall yang padahal Ralen juga sempat menitipkan surat lamaran di tempat sang teman tapi keberuntungan belum mau berpihak padanya, sampai saat ini ia belum juga mendapatkan panggilan dari tempat Antika bekerja.
Ah mengingat itu rasanya Ralen ingin menangis, terasa sangat sulit mencari pekerjaan di kota besar ini dengan berbekal ijazah SMA saja, rasanya sudah banyak surat lamaran yang Ralen titipkan di berbagai macam tempat yang katanya tengah membutuhkan karyawan tapi nyatanya ia masih saja kalah saing dengan para pencari kerja lainnya yang mungkin pendidikannya lebih tinggi diatasnya.
Dan sambil mengisi waktu serta mencari pekerjaan dengan gaji yang lumayan Ralen pun memilih untuk bekerja di sebuah usaha catering makanan yang kadang mendapat pesanan dari berbagai macam acara mulai untuk acara pengajian, pesta pernikahan, arisan sampai untuk catering kantor-kantor, lebih sering mendapat pesanan dari kantor dan tugas Ralen hanya mengantarkan makanan yang sudah di pesan itu, hampir setiap hari ada saja pesanan dari kantor untuk para karyawan atau untuk bos-bos besar yang sedang rapat.
Tidak mengapa, Ralen menjalaninya dengan senang hati asal ada gaji di akhir bulan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sebenarnya ibu Ralen pun sempat menjadi buruh cuci di rumah tetangganya tapi sudah Ralen larang ketika ibunya mulai sering sakit-sakitan karena kelelahan.
Meski lelah dan kadang ingin mengeluh namun Ralen selalu berusaha melupakan semua isi hatinya itu, baginya tidak guna meratapi takdir yang sudah tuhan gariskan untuknya, tidak ada cara lain selain menghadapinya.
Ralen melajukan motornya mencari bengkel untuk memperbaiki motornya dan langsung masuk ke dalam satu bengkel yang ia lihat segera mengatakan kondisi motornya pada seorang montir yang menghampirinya.
Menunggu lama sampai akhirnya Ralen membayar motor yang sudah selesai di perbaiki dengan mengganti spakbor yang pecah tadi, wanita itu segera membayar jumlah yang ada di struk pembayaran dengan uang yang ia dapatkan dari pria yang sudah menyerempet motornya.
"Iiissh kurang 50," keluh Ralen menghitung uang yang tadi ia ambil dari si pria songong, sejenak langsung menyesal kenapa malah mengembalikan sebagian uang tadi.
"Berkurang 50ribu duit bensin gue," sungut Ralen sambil merogoh saku celananya untuk menambah kekurangan.
Selesai sudah dengan urusan bengkel Ralen pun kembali menaiki motonya dan melajukan nya di jalanan yang semakin lama malah jadi padat.
"Tumben macet banget," ucap Ralen merasa tak biasanya sebab ia yang biasanya mondar-mandir di jalanan ketika harus mengantar pesanan catering ke pelanggan.
Setelah salip sana sini akhirnya Ralen berhasil keluar dari kerumunan kendaraan dengan didominasi roda empat, bergerak kepinggir lalu mematikan mesin motornya ketika sudah mendapatkan tempat yang pas untuk menunggu Antika yang akan keluar dari mall di seberang jalan depan sana.
Oh apakah Ralen lupa kalau ia berada di pusat kota dengan gedung-gedung tinggi menjulang yang pastinya di huni oleh orang-orang pekerja keras dan akan serentak keluar jika urusan mereka sudah selesai membuat jalanan menjadi jauh lebih ramai lagi.
"Hah, eh apa-apaan nih!?" di saat sedang melamun memikirkan dunia yang padahal bukan kewajibannya Ralen merasakan ada yang menduduki motornya.
"Antar gue ke bandara gue bayar berapapun yang Lo minta."
Pinta pria yang Ralen belum melihat wajahnya.
"Eh gue bukan ojek, gue lagi nunggu temen gue!" menoleh ke belakang lalu matanya membulat lebar melihat wajah yang berada dekat dengannya, "Elo!?" seru Ralen terkejut.
"Ck, cepetan gue udah terlambat!" malah tetap memaksa yang rupanya sudah tahu siapa pemilik motor yang dia naiki sekarang tadi dia sangat mengingat plat nomor yang motornya dia serempet hingga jatuh di pinggir jalan.
Wanita yang mengajaknya ribut dengan suara cempreng bahkan wajah judesnya pun masih Ipul ingat dengan jelas, jadi jangan salahkan jika dia yang sudah sangat terjepit ini memanfaatkan tumpangan dari si pemilik motor.
"Ogah! turun nggak Lo!" Ralen menolak marah dan memaksa Ipul setelah tahu siapa pria yang sudah duduk di jok belakang.
"Mau antar gue atau gue teriakin maling?!"
Luar biasa! Ipul sudah berani mengancam orang lain yang tidak dia kenal bahkan yang lebih parahnya itu adalah seorang wanita, astaga teganya.
"Lo tuh.."
"Dengan penampilan Lo dan gue yang berbeda jauh menurut Lo siapa yang akan di percaya kali ini?" kata Ipul dengan senyum sinis nya.
Ralen meniti penampilannya yang hanya memakai celana jeans robek serta kaos dan jaket masih dengan pakaian yang tadi saat bertemu dengan Ipul, sedangkan Ipul memakai pakaian sangat rapi dan wangi parfumnya pun sudah mencirikan bahwa pria itu bukan orang biasa, jangan di bandingkan! jelas orang-orang akan lebih percaya pada orang kaya dibelakangnya ini.
Ipul menyingkirkan jari Ralen yang tadi menunjuk tepat di depan wajahnya.
"Pakai helm!" kata Ralen yang akhirnya memilih untuk selamat ketimbang harus masuk kantor polisi dengan tuduhan palsu.
"Hari sial!" sungutnya.
"Gue aja yang bawa," kata Ipul lalu turun dari motor.
"Cepat pindah, gue udah telat," celetuk Ipul meminta Ralen menggeser ke belakang.
Dengan terpaksa Ralen menurut membiarkan pria songong mengambil alih motor maticnya.
Ipul pun menyalakan mesin motor dan melajukan nya.
"Woi Raleeen." suara teriakan dari teman Ralen yang tadi minta di jemput olehnya, wanita itu bersungut-sungut saat motor Ralen malah semakin menjauh dan tak terlihat.
"Sialan Ralen, malah kabur sama Om-om," gerutunya karena sekilas tadi dia melihat bahwa yang membawa motor temannya seorang pria.
Kemacetan masih terus menjalar sepanjang jalan seakan tidak ingin memberi kesempatan orang-orang untuk bisa segera sampai di rumah dan beristirahat setelah seharian lelah bergulat dengan kesibukan mereka masing-masing.
Sedangkan dua orang yang tidak saling mengenal namun sudah dua kali dalam sehari ini dipertemukan masih berada di atas kendaraan yang membawa mereka ketujuan sang pengendara, tidak ada pembicaraan hanya tangan sang penumpang yang tampak berpegangan pada baju sang pengendara yang tidak dia kenal.
Laju motor yang kencang membuat takut akan terjatuh, meskipun dia sudah sering membawa motor tapi tidak dipungkiri nyalinya akan diuji ketika duduk di boncengan.
Sang pengendara merasakan tangan yang memegang bajunya hanya melirik laku kembali fokus pada jalanan yang perlahan semakin lengang, harapannya untuk sampai tepat waktu pun akan segera terlaksana sebentar lagi.
Sesungguhnya Ralen merasa sangat kesal tapi laju motor yang kencang membuat ia harus memilih untuk menyelamatkan nyawanya ketimbang harus meluapkan emosi yang bertumpuk.
Mereka sempat mampir ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar motornya yang memang tinggal sedikit lalu kembali menuju bandara tempat yang menjadi tujuan si pria yang dari penampilannya terlihat kaya tapi bisa-bisanya melakukan pembegalan pada seorang wanita dan memaksanya mengantar ketujuan nya.
Begitu sampai Ipul langsung turun dan menyerahkan helm pada Ralen, dia sudah hampir terlambat membuatnya langsung bergegas tanpa mengucapkan terimakasih sedikitpun pada si wanita.
"Boro-boro bayar, bilang makasih aja nggak!" sungut Ralen yang dongkol.
Mulutnya masih terus menggerutu sampai akhirnya matanya menangkap benda warna hitam di dashboard motornya, perlahan Ralen menepikan motornya.
"Dompet?" kata Ralen mendapati dompet milik pria songong yang tadi memang sempat diletakkan di dashboard setelah mengisi bensin.
Tangannya pun bergerak untuk membuka lipatan dompet dan melihat isinya, "Wow," dalam sekejap matanya berbinar melihat lembaran-lembaran berwarna merah yang cukup banyak, pikiran demi pikiran mulai menggoda tapi kemudian menepis setan-setan yang ingin mendominasi, hingga akhirnya iapun membuka lipatan demi lipatan guna mendapatkan identitas pria songong yang ia tak tahu namanya.
Niatnya ingin mengembalikan dompet itu jika memang ada identitas di dalam dompet, tapi nyatanya tidak ada apa-apa selain uang rupiah serta beberapa lembar uang asing.
"Orang kaya macam apa yang pergi kemana-mana tidak membawa identitas, ckckck," Ralen berdecakan seraya menggelengkan kepala.
Setelah berpikir lama akhirnya Ralen mengantongi dompet itu memutuskan untuk membawanya sambil memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan benda itu pada pemiliknya.
Sekalipun orang itu sangat menyebalkan kenyataannya Ralen masih berbaik hati ingin mengembalikannya, tidak berniat curang untuk memiliki barang yang bukan miliknya.
\*\*\*\*\*\*
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Triple R
lumayan ambil aja lah kalo ketemu lagi bilang dwitnya aku pake gt
2022-10-21
0
Masfaah Emah
mungkin Ipul sengaja ninggalin dompet nya d motor Ralen sebagai bayarannya untuk nganterin k bandara cuman Ipul ga bilang gengsi x karena dia udah marah -marah k Ralen nya 🤣🤣🤣
2022-09-14
2
Halisa Fauzan
wowww
sembunyiin aj len biar si ipul tau rasa 😅
orang kaya mah ra popo
2022-09-08
0