Pukul 10 pagi Ralen sudah berada di usaha catering membantu para pekerja lain mengemas makanan ke dalam kotak-kotak yang sudah disiapkan, sebenarnya tugasnya di tempat itu hanya mengantarkan pesanan saja tapi dia sebagai orang yang tahu diri memilih untuk membantu pekerja yang kebanyakan wanita-wanita berumur diatasnya itu saat mendapati mereka tampak keteteran dengan semua pesanan yang sudah datang.
Sesekali terdengar senda gurau mereka guna mengalihkan rasa lelah yang mendera terkadang Ralen lah yang menjadi hiburan bagi mereka karena wanita muda itu tidak segan menceritakan hal-hal konyol yang ia tahu.
"Dasar kamu Len nanti ibu bilangin Pak kumis biar dinikahin baru tahu rasa kamu," kelakar seorang wanita gemuk yang sedang menutup kotak makanan yang sudah terisi.
"Iish, amit-amit masa Ralen jadi istri kedua, pelakor dong namanya," sahut Ralen memunculkan ekspresi wajah lucu karena dia yang malah kena serang akibat ulahnya yang membicarakan pria berusia 40tahuan dan memiliki panggilan Pak kumis karena kumisnya yang memang sangat aduhai, lebat luar biasa bagaikan hutan rimba tempat Tarzan bergelantungan.
"Ya lagian kamu bisa-bisaan ngomongin Pak kumis Mulu, nanti lama-lama cinta gimana?" sambar wanita yang duduk di pojokan dengan kekehan yang malah terdengar menakutkan, suara kekehan yang terdengar seperti suara kuntilanak.
"Astaghfirullahaladzim!" seru Ralen dengan bola mata yang membesar sempurna.
"Hahaha."
Sedangkan para ibu-ibu itu malah dengan kompaknya mentertawakan perempuan muda yang wajahnya memperlihatkan ketakutan serta kekonyolan sekaligus.
"Semoga Allah tidak mengabulkan perkataan kalian, kalau sampai terkabul Ralen bisa serangan jantung nanti," celetuk Ralen mengetuk-ngetuk lantai yang dia duduki.
Perbuatan Ralen pun tak luput mendapatkan gelengan kepala dari para pekerja yang di dominasi ibu-ibu.
Sepertinya Ralen harus segera menyelamatkan diri, kabur dari ledekan yang padahal dirinya sendirilah yang memancing, untung saja pesanan makanan dari para karyawan dari salah satu perusahaan tak jauh dari tempat catering itu sudah selesai di kemas semua sehingga Ralen bisa segera mengantarkannya sekaligus lari dari serbuan para ibu-ibu yang sepertinya masih belum puas tertawa.
Ralen menyusun kotak makanan itu yang hanya 10 saja ke atas motornya, yah akhir-akhir ini pesanan catering memang sedang sepi hanya ada beberapa pesanan saja yang datang dan salah satunya dari sepuluh orang karyawan dari perusahaan yang sudah sangat Ralen hafal.
Ini terbilang sangat sedikit hingga Ralen mengantarkannya dengan motor, biasanya satu perusahaan bisa memesan jauh lebih banyak dari ini bahkan membuat Ralen harus memakai mobil box yang sudah disiapkan untuk mengantarkan makanan-makanan itu.
Ralen sudah berdiri di depan gedung bertingkat yang selalu saja membuatnya kagum setiap kali melihatnya.
"Pasti kerja disini gajinya gede," cetus Ralen dengan kedua tangannya yang menenteng kantong besar berisi masing-masing lima kotak makanan.
"Di sini ada lowongan nggak ya?" Ralen mulai berpikir untuk melamar pekerjaan di perusahaan besar itu.
Mata Ralen terlihat tengah memikirkan sesuatu sebelum akhirnya mulutnya kembali berceloteh sendiri, "coba tanya dulu deh, nggak apa-apa jadi CS juga yang penting nominal gajinya tiap bulan itu pasti," kata Ralen seraya mulai mengatur langkahnya untuk masuk ke gedung yang diisi oleh manusia-manusia sibuk dengan penampilan rapi serta wangi mereka yang sangat semerbak.
Sejenak Ralen berhenti lalu mengendus bau badannya sendiri, "nggak bau-bau amat sih, masih wangi juga sedikit," tutur Ralen mengingat tadi dia menyemprotkan minyak wangi yang dia beli di salah satu minimarket berlogo lebah, setidaknya harganya cukup terjangkau untuk dirinya meski wanginya tidak bertahan lama.
"Antar catering ya Len?" tanya resepsionis wanita yang sudah cukup Ralen kenal sebab resepsionis itulah yang selalu menerima pesanan catering yang Ralen antar di kantor itu, nanti baru wanita itu akan memanggil karyawan yang memesan.
Ralen mengangguk cepat dengan senyuman khas yang mengembang dari bibir merah alaminya.
"Emm."
Sang resepsionis cantik dengan wangi tubuhnya yang semerbak itu tampak memperhatikan Ralen yang belum juga beranjak, padahal biasanya wanita dengan tampilan masa bodo itu akan bergegas pergi setelah menyelesaikan tugasnya.
"Kenapa Len?" akhirnya memutuskan bertanya begitu menyadari wanita di depannya seperti tengah menyimpan sesuatu yang terlihat ragu untuk diutarakan.
"Gimana ya," Ralen terlihat bingung seraya menggaruk kepalanya.
"Apanya yang gimana?" tanya wanita itu makin penasaran.
"Apa sih Ralen?!" wanita itu sudah mulai penasaran.
Akhirnya dengan malu-malu Ralen pun mengutarakan apa yang sejak tadi ingin dia tanyakan.
"Kerjaan? emang kamu lulusan apa?" bertanya dengan wajah cantik di tambah riasan yang semakin menyempurnakannya, setidaknya wanita ini tidak hanya cantik wajah tapi juga hatinya terlihat jelas saat wanita ini dengan ramah meladeni Ralen sejak hari pertama mengantar catering sampai saat ini.
"SMA," suara Ralen yang sangat pelan hampir saja tenggelam oleh kebisingan di kantor itu karena memang bukan hanya mereka berdua saja makhluk hidup yang ada di dalamnya ada banyak makhluk hidup bernama manusia yang juga sedang bergelut dengan kesibukannya diselangi dengan pembicaraan.
"Hah?"
"SMA Mbak, aku hanya tamat SMA," ulang Ralen dengan pipi yang menggembung.
"Segitu aja ngambek, aku beneran nggak dengar," katanya dengan cengiran yang mengembang di bibir merah menyalanya.
"Ada lowongan nggak? beneran ini aku lagi butuh banget kerjaan," kata Ralen dengan sedikit tak sabar.
"Untuk sekarang belum ada, tapi kamu buat CV aja dulu nanti kalau ada lowongan aku kabarin, tapi palingan ya kalau cuma ijazah SMA paling-paling jadi CS emangnya mau?" tanya wanita yang selalu Ralen panggil Mbak Hesti.
Ralen mengangguk semangat, "nggak apa-apa yang penting gajinya pasti," sahut Ralen sudah membayangkan kalau dia bekerja di kantor itu akan mendapatkan gaji rutin setiap bulannya.
"Oke, nanti aku hubungin kalau semisal ada lowongan pokoknya kamu mesti harus sudah sangat siap nantinya," cerocos Mbak Hesti mengingatkan.
"Sip," Ralen mengangkat jempolnya tinggi-tinggi lalu setelahnya permisi dengan secercah harapan untuk dia bisa menjadi pekerja dengan gaji setiap bulannya.
\*\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Halisa Fauzan
pul keluar pul
ralen d bawah 😄 kapan ketemu ny ???
2022-09-08
0
Sunarty Narty
wah nanti Ipul eh awan setuju ngurus perusahaan ketemu deh d situ
2022-09-02
0
Decy zifara fatul
kerja di bawah tekanan saipul gunawan len ok lah hooi😍😘😘😘
2022-09-01
0