Terlihat pria asing yang mengalami Amnesia itu duduk menyandarkan tubuhnya ke sofa di ruangan tengah.
Melamun sembari menatap keluar jendela yang berada disamping sofa dengan tatapan teduhnya.
Wajahnya sangat tampan sekali, dan kira-kira usianya masih sangat muda, mungkin sekitar dua puluhan tahun atau 21 tahun, delapan tahun lebih muda usianya dari Batang Dewi.
Pria yang memiliki tinggi badan kira-kira 180 cm itu berwajah sangat unik dan lumayan menarik.
Terlihat rahangnya yang seksi serta guratan-guratan maskulin seorang pria berpenampilan macho sangat jelas tergambar di wajah pria amnesia yang dipanggil dengan nama Jian itu.
Dia juga pendiam dan tidak menunjukkan emosi dalam hatinya meski dia menderita saat ini karena ingatannya yang hilang.
Tanpa identitas maupun berkas lainnya yang tertinggal pada dirinya, hanya sepasang setelan jas lengkap yang melekat pada diri Jian ketika dia ditemukan tergeletak penuh luka serta tidak sadarkan diri di depan Toko Roti Italia 1912.
Cahaya matahari di pagi hari menerpa wajah Jian yang tampan, terasa hangat mengalir ke tubuh Jian sehingga membuat tubuhnya yang gagah itu tampak semakin bersinar.
Pada saat yang bersamaan angin sepoi-sepoi meniup ke arah Jian serta menerbangkan rambut Jian yang hitam ketika dia memandang ke arah luar jendela rumah.
Tidak ada suarapun yang keluar dari bibir Jian atau perkataan darinya, dan pria itu benar-benar pendiam.
"Kamu sudah bangun Jian ?", sapa Batang Dewi kepada pria asing yang duduk bersandar di sofa.
"Hmmm...", sahut Jian yang hanya bergumam.
Pria asing itu tidak memperdulikan kehadiran Batang Dewi yang masuk ke dalam ruangan tengah sedikitpun dan tetap menatap ke arah luar jendela dengan tatapan mata yang teramat teduhnya.
Batang Dewi melirik sekilas ke Jian yang duduk melamun sambil bersandar itu.
"Jian, minumlah segelas susu hangat ini dahulu agar tubuhmu menjadi kuat", ujar gadis polos itu lalu meletakkan segelas susu hangat di atas meja yang berada tepat di samping sofa dimana Jian duduk.
"Hmmm...", sahut Jian dengan bergumam menanggapi ucapan Batang Dewi.
"Minumlah cepat susu itu, Jian, nanti keburu dingin sehingga rasanya tidak enak lagi jika kamu meminumnya nanti", ujar Batang Dewi.
Gadis polos berpenampilan sederhana itu berdiri menunggu reaksi dari Jian yang masih duduk melamun tanpa melihat ke arahnya.
"Iya... Aku akan meminumnya tapi nanti saja...", sahut Jian membuka suaranya dengan sikap acuh.
"Kenapa kamu tidak meminumnya ? Apa ada yang masih kamu rasakan sakit di tubuhmu, Jian ?", tanya Batang Dewi.
"Mmmm... Tidak...", jawab Jian singkat.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi untuk menyiapkan sarapan", ujar Batang Dewi.
Tidak ada jawaban yang keluar dari Jian dan pria asing itu masih tetap memandang lurus ke arah luar jendela ruangan.
Batang Dewi membalikkan badannya menuju ke dapur dan sebelum dia melangkah pergi dari ruangan tersebut, gadis polos nan lugu itu menatap Jian sekali lagi dan berkata pada pria itu.
"Sarapan apa yang kamu inginkan pagi ini, Jian ? Aku akan membuatkannya untukmu, katakan saja padaku", ujar Batang Dewi.
"Tidak... Aku hanya ingin sendiri..., dan itu terserah padamu...", kata Jian tanpa memalingkan mukanya dari pemandangan yang ada di luar jendela.
Batang Dewi berdiri tertegun saat melihat ke arah pria asing yang mengalami amnesia itu, hanya mengacuhkan dirinya bahkan seakan menganggapnya tidak ada disana.
Tidak memperdulikan kehadirannya di ruangan tersebut.
Sakit...
Itu yang dirasakan oleh Batang Dewi ketika orang yang ditolongnya sama sekali tidak melihat keberadaannya di tempat itu.
Seakan-akan tenggelam dalam lamunannya dan mengacuhkan dirinya.
Sakit sekali hati Batang Dewi saat Jian tidak memandangnya meski dia tahu jika Jian tengah amnesia dan masih lemah kondisinya tetapi gadis itu merasakan perasaan yang lain pada pria asing itu.
Entah, perasaan apakah itu, hanya saja Batang Dewi merasa hatinya berdebar kencang saat Jian berada di dekatnya.
Batang Dewi sadari jika selama ini dia tidak pernah dekat dengan seorang pria manapun, baik itu saat dia masih menjadi seorang ratu terkenal pada zamannya hingga kini, saat dia menjadi gadis biasa polos dan lugu pada era zaman modern, tidak seorangpun pria yang hadir dan dekat terlihat menemani Batang Dewi. Hingga pada saat dia bertemu Jian, hatinya menjadi berbeda sekali.
Ada rasa lain saat melihat pria asing amnesia itu berada di rumahnya dan bersama hidup dengannya.
Hal yang baru dia alami sepanjang hidup Batang Dewi.
"Baiklah..., aku akan menyiapkan sarapan pagi ini dan beristirahatlah, dan aku akan mengantarkan sarapan untukmu setelah semuanya siap...", ujar Batang Dewi.
Tetap tidak ada reaksi ataupun jawaban yang keluar dari Jian dan pria asing itu bergeming di sofa serta masih duduk melamun memperhatikan ke arah luar jendela.
Batang Dewi lalu terdiam ketika Jian mengacuhkan dirinya di ruangan itu memandang pria tersebut sesaat lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan menuju ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan buat mereka.
Dapur rumah Batang Dewi...
Batang Dewi terlihat di dapur rumah barunya dan dia mulai sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk memasak.
Dia memiliki kesibukan baru sekarang yaitu menyiapkan sarapan tetapi yang dia masak hanyalah telur mata sapi saja.
Telur yang diambilnya dari lemari es yang telah tersedia disana, dia keluarkan semuanya ke atas meja dapur serta sekotak susu dan mayones juga tidak luput dia ambil dari dalam lemari pendingin itu.
"Sedang apa di dapur, Batang Dewi ?", sapa Rajawali.
"Apakah kamu tahu cara memasak untuk sarapan ?", tanya Batang Dewi pada Rajawali sistem yang muncul disampingnya tiba-tiba.
"Dalam keterangan pada sistem tertera penjelasan mengenai cara membuat sarapan pagi hari yaitu siapkan bahan-bahannya terlebih dahulu seperti 4 lembar roti tawar putih, 3 butir telur ayam, 2 sdm wortel yang sudah diserut halus, 2 sdm kol yang sudah diserut halus, 1 sdm daun bawang yang diiris tipis..., dan...",
Tiba-tiba Batang Dewi menyela ucapan Rajawali sistem.
"Tunggu ! Tunggu, tunggu sebentar ! Aku tidak mengenal semua bahan aneh itu dan tunjukkan kepadaku mana saja dari macam-macam bahan itu, Rajawali !", ujar Batang Dewi yang bertanya pada hewan sistem itu.
"Baiklah, aku akan mengambilkan bahan-bahan untuk membuat sarapan dari lemari pendingin itu", ucap Rajawali sistem lalu terbang ke arah lemari es yang masih terbuka pintunya.
"Hmmm... Baiklah..., aku rasa itu idea yang sangat bagus maka lakukanlah untuk menyiapkan bahan-bahan itu dan aku akan menghafalnya !", ujar Batang Dewi.
Rajawali itu lalu mengambil bahan-bahan untuk membuat sarapan pagi dan mengeluarkan satu per satu dari lemari pendingin kemudian menaruhnya ke atas meja dapur sembari terbang kian kemari.
"Nah, sekarang semua bahan sudah tersedia di atas meja dapur dan kini tinggal kamu yang mempersiapkannya untuk dimasak sebagai bahan sarapan, Batang Dewi !", ucap Rajawali sambil mengepakkan kedua sayapnya.
"Ba-banyak sekali bahan-bahannya !? Dan aku tidak tahu caranya memasak", ujar Batang Dewi polos.
"Baik, baik, baik, aku akan menjelaskannya kepadamu dan membantumu menyiapkan bahan-bahan untuk memasak sarapan dengan menu roti panggang sayuran", ucap Rajawali.
"Bagaimana jika kamu saja yang memasaknya ?", kata Batang Dewi yang masih terkejut saat melihat banyaknya bahan untuk memasak sarapan.
"Apa yang kamu katakan itu ? Bagaimana bisa aku yang memasaknya !? Jika aku yang membuat sarapan maka kamu tidak akan dapat menggunakan sistem untuk menolongmu melewati kehidupan baru ini, Batang Dewi !", ucap Rajawali.
"Yah, setidaknya aku tidak kerepotan untuk menyiapkan sarapan pagi ini, dan kamu tahu jika aku sangat bodoh dalam memasak ?", sahut Batang Dewi dengan ekspresi datar.
"Bereikarnasi ke dalam kehidupan baru bukan berarti mengubahmu menjadi pintar dan cerdas tetapi masih sama seperti saat kamu menjadi seorang ratu dari kerajaan besar, telat dalam berpikir, Batang Dewi", sahut Rajawali.
"Haish !? Bagaimana bisa kamu berkata demikan padaku !? Bukankah aku ini tuanmu mulai dari aku masih menjabat sebagai ratu hingga sekarang ?", kata Batang Dewi seraya mengerutkan keningnya.
"Itulah nasibku menjadi Rajawali...", ucap Rajawali sistem.
Akhirnya sistem yang berupa Rajawali itu menerangkan satu demi satu bahan untuk membuat roti panggang sayuran, mulai dari mempersiapkan bahannya, mengupasnya hingga mengiris sayuran-sayuran yang diperlukan untuk memasak sarapan pagi.
Batang Dewi hanya melihatnya dan mengikuti petunjuk Rajawali sistem dengan patuh serta dia mulai membuat roti panggang sayuran itu.
"Kocok lepas telur sampai berbuih, masukkan sayuran yang sudah diserut halus, garam, minyak wijen, dan merica bubuk. Aduk sampai rata dalam mangkuk itu, Batang Dewi !", ucap Rajawali dengan nada tegas.
"Iya..., iya..., sabarlah...", sahut Batang Dewi yang sedikit kewalahan saat mempersiapkan bahan untuk memasak.
"Perhatikan dengan baik, Batang Dewi !", ucap Rajawali.
"Iya...", jawab Batang Dewi panik.
"Panaskan wajan anti lengket, tuangkan adonan telur ke dalam wajan dengan api yang kecil. Lalu bentuk adonan menjadi segi empat seperti bentuk roti", ucap Rajawali sistem.
"Bagaimana caranya adonan itu di bentuk menjadi segi empat ? Dan apa yang harus aku lakukan ?", sahut Batang Dewi kebingungan.
"Buatlah adonan itu seperti bentuk kotak bersisi empat agar waktu di letakkan di atas roti akan sama ukurannya dengan roti segi empat", ucap Rajawali sistem.
"Aduh !? Bentuk adonanku tidak mirip segi empat sama sekali dan nyaris tidak beraturan bentuknya !?", keluh Batang Dewi dengan polosnya.
"Sudahlah ! Jangan kamu perhatikan bentuk adonannya lagi tetapi fokuslah memasaknya di atas wajan itu, kamu mengerti, Batang Dewi", ucap Rajawali sistem.
"Iya, iya, baiklah, aku akan memasaknya dan membentuk adonan itu menjadi segi empat, segi delapan dan semacamnya", kata Batang Dewi.
"Lalu panggang kedua sisi adonan sampai matang dan selanjutnya panggang roti sebentar, olesi dengan mentega serta susu kental manis", ucap Rajawali sistem.
"Astaga, tidak bisakah kamu menerangkannya dengan pelan ?", kata Batang Dewi.
"Yah, baiklah, aku akan mencobanya dengan menjelaskan pelan-pelan", sahut Rajawali sistem.
Batang Dewi mempersiapkan semuanya dengan lengkap sesuai petunjuk yang dikatakan oleh Rajawali sistem. Mulai dari mempersiapkan adonan sampai matang hingga roti yang dia panggang dengan mengoleskan mentega serta susu kental manis ke atas roti yang telah di panggang.
"Langkah selanjutnya apalagi yang harus aku lakukan untuk membuat roti panggang sayuran itu ?", tanya Batang Dewi.
"Lapisi roti dengan adonan telur, smoked beef, keju lapis, saus mayones, saus sambal, dan saus tomat lalu panggang roti sampai matang", jawab Rajawali sistem.
"Baik, baiklah...", ucap Batang Dewi dengan cepat.
"Jika sudah siap semuanya hidangkan roti panggang sayuran itu selagi hangat, kamu mengerti", kata Rajawali sistem.
"Sudah ! Aku sudah selesai memasak sarapan untuk pagi ini, dan sekarang aku tinggal menghidangkannya", ujar Batang Dewi dengan hati lega.
"Cukup cepat juga, kamu menyiapkan sarapan dan itu adalah awal yang sangat bagus sekali, Batang Dewi", ucap Rajawali sistem senang ketika melihat kemampuan memasak Batang Dewi mengalami perkembangan yang cukup baik.
"Nah, sekarang aku akan mengantarkannya kepada Jian", kata Batang Dewi seraya tersenyum puas.
"Kamu memasak untuk pria amnesia yang tampak linglung dan bodoh itu ?", tanya Rajawali sistem.
"Yah, aku memang sengaja membuatkan sarapan untuknya dan jangan katakan jika dia bodoh", sahut Batang Dewi.
"Tidak bodoh, tidak linglung melainkan sakit dan hilang ingatan !? Apa tidak sama saja jika pria itu tolol dan lemah ?", ucap Rajawali sistem.
"Haish... Jangan bicara sembarangan, dia terlihat sangat prihatin sekali dan tidak baik kamu berkata buruk tentang Jian !", sahut Batang Dewi.
Batang Dewi lalu pergi dengan membawa sarapan pagi untuk Jian dari ruangan dapur menuju ke ruang tengah dimana Jian berada sekarang.
"Haih... !? Apa yang ada di otak gadis bodoh itu sekarang !?", ucap Rajawali sistem mengeluh.
Masih terlihat Jian duduk melamun di sofa dengan menatap ke arah luar jendela seraya terbaring bersandar disana.
Batang Dewi mendekati Jian dan membawakan sarapan roti panggang sayuran untuk pria asing amnesia itu yang dipanggilnya dengan nama Jian.
"Ini sarapan untukmu, makanlah roti panggang sayuran ini sebelum meminum obat agar tubuhmu cepat pulih, Jian !", kata Batang Dewi sambil meletakkan piring berisi roti panggang sayuran dan minuman.
Jian lalu menolehkan kepalanya ke arah Batang Dewi yang duduk disamping meja seraya menatapnya kaget serta sendu.
"Kamu mirip sekali dengannya... Bisakah aku menganggapmu sebagai pengganti dia...", ucap Jian.
"Siapa ?", tanya Batang Dewi terkejut.
"Mantan tunanganku...", sahut Jian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments