PESAING YANG MENYEBALKAN
Batang Dewi bersiap-siap untuk sarapan pagi karena hari ini adalah awal lomba dimana materi yang akan di lombakan telah ditentukan oleh panitia pada buku jurnal lomba.
Dia melihat pria amnesia yang dipanggilnya Jian itu telah duduk di kursi hotel dan menunggunya sedari tadi.
Batang Dewi tersentak kaget ketika melihat Jian telah berada menunggunya disana sambil berkata padanya.
"Kenapa kamu terlambat sekali ? Bukankah ini awal lomba dan bagaimana kamu bisa lalai seperti itu ?", kata Jian.
"Emm, aku sangat lelah sekali karena itulah aku terlambat bangun", sahut Batang Dewi.
"Hmmm, kamu selalu tidak pernah bersikap serius, padahal hari ini lomba dan merupakan hidup-matinya toko roti tempatmu bekerja", kata Jian tidak sabaran.
"Aku tahu itu", jawab Batang Dewi terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Baiklah, sebaiknya kita segera pergi ke tempat lomba yang diadakan hotel ini", kata Jian.
Mereka berdua segera pergi ke tempat lomba setelah menghabiskan sarapan mereka yang sangat lezat yaitu sarapan dengan menu makanan Uova fiorentina dengan saus Bernaise dan bayam yang dihidangkan secara khusus pada pagi hari untuk para peserta lomba pada festival truffle fair.
Pada saat lomba akan dimulai, salah satu peserta lomba tanpa sengaja oleh Batang Dewi dibuat terjatuh karena gadis muda itu berjalan tergesa-gesa.
"BYUR !"
"Akh ! Tolong ! Tolong aku ! Aku tenggelam !", teriak seorang perempuan dari arah air kolam renang.
"Hai ! Lihat ! Ada perempuan tenggelam di kolam !", suara seorang pria berseru keras.
Perempuan itu melambai-lambaikan tangannya ke atas untuk meminta pertolongan kepada orang-orang yang ada di area lomba yang terletak di belakang gedung Hotel of Toscana Resort Castelfalfi.
"Astaga !? Apa yang gadis bodoh itu lakukan barusan ? Pada saat lomba lagi !?", ucap Jian termangu menatap ke arah kolam.
Dia melihat Batang Dewi yang kesusahan bernafas dengan tangan turut melambai-lambai ke atas meminta pertolongan.
"Tidak bisakah dia berteriak kepadaku untuk meminta bantuan agar aku menolongnya !?", kata Jian kesal.
Pria amnesia itu lalu melompat terjun ke dalam kolam renang seraya berenang cepat ke arah Batang Dewi yang mulai kehabisan nafasnya di dalam air kolam.
Jian berenang melewati perempuan yang ditabrak oleh Batang Dewi tanpa sengaja sehingga perempuan itu jatuh bersama-sama dengan Batang Dewi ke dalam kolam renang yang cukup dalam.
"Hai, pria tampan tolong aku !", teriak perempuan itu sedikit genit kepada Jian ketika pria amnesia itu tengah berenang melewatinya.
Jian yang pada dasarnya sangat dingin dan selalu bersikap cuek tidak memperdulikan panggilan perempuan itu dan terus berenang ke arah Batang Dewi yang terlihat berusaha menggerakkan badannya untuk naik ke atas permukaan air kolam renang.
"Hai pria tampan ! Tolong aku ! Aku tenggelam !", teriak perempuan itu kepada Jian yang berenang jauh dari perempuan genit itu.
Seseorang tengah berenang ke arah perempuan genit yang ditabrak Batang Dewi hingga mereka berdua jatuh bersama-sama ke dalam kolam renang di area belakang hotel. Dan menolong perempuan itu agar dia tidak tenggelam.
Lain halnya pria amnesia itu, dia terlihat terus berenang cepat menuju ke posisi Batang Dewi yang kesulitan berenang dan hampir tenggelam itu, dan jaraknya cukup jauh dari tepi kolam renang.
Jian meraih tangan Batang Dewi yang berusaha menggerakkan tangan dan kedua kakinya agar tetap berada di atas air, namun usaha Batang Dewi selalu gagal untuk tidak masuk ke dalam air.
BLURP... BLURP... BLURP...
Suara air yang mulai keluar masuk dari mulut Batang Dewi yang tenggelam di dalam air kolam.
Jian langsung memeluk tubuh Batang Dewi kemudian membawanya berenang ke tepi kolam yang dekat dari jangkauannya.
Napas Batang Dewi tersengal-sengal akibat jatuh dan hampir tenggelam di dalam kolam renang.
"Apa kamu baik-baik saja ? Apa kamu butuh nafas buatan ?", tanya Jian tanpa emosi.
"Uhuk... ! Uhuk... ! Uhuk... !", Batang Dewi terbatuk-batuk akibat air yang memasuki hidungnya.
"Ada yang sakit !? Biar aku membantumu bernafas supaya kamu dapat merasa lega dan bernafas dengan baik", ucap pria amnesia itu.
"Tidak ! Tidak ! Aku tidak apa-apa, dan aku rasa aku tidak memerlukan tindakan aneh itu, dan aku ucapkan terimakasih padamu telah menolongku", sahut Batang Dewi.
Jian terdiam seraya menatap dengan pandangan sendunya ke arah Batang Dewi lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.
Setelah berganti dengan pakaian yang kering, Batang Dewi bergegas mempersiapkan dirinya untuk lomba yang akan di mulai sebentar lagi.
Batang Dewi berjalan pelan menuju ke arah meja lomba yang telah dipersiapkan oleh panitia.
"Hai ! Gadis bodoh !", bentak seorang perempuan yang tadi ditabraknya hingga jatuh ke dalam kolam renang.
Batang Dewi hanya menengadahkan wajahnya ke arah perempuan cantik serta berpenampilan modis yang tampak emosi.
"Minta maaf padaku sekarang ! Gara-gara kamu aku hampir mati tenggelam dan kehilangan kesempatanku untuk bertemu relasi bisnisku !", ucap perempuan itu dengan nada tingginya serta mengenakan apron hijau menyala.
"Aku minta maaf atas perbuatanku yang tidak sengaja tadi, aku benar-benar meminta maaf padamu...", kata Batang Dewi dengan kepala sedikit tertunduk.
"Tidak tulus ! Minta maaflah dengan keras dan sungguh-sungguh kepadaku !", bentak perempuan cantik.
"Aku sudah meminta maaf padamu karena kecerobohanku serta ketidaksengajaanku yang menyebabkan kita terjatuh ke kolam renang tadi. Dan menurutku itu sudah lebih dari cukup !", sahut Batang Dewi.
"Hah ! Cukup katamu !? Apa kamu tidak memakai mata kamu sewaktu berjalan !?", bentak perempuan cantik, tetapi tidak beretika itu.
"Apa ?", ucap Batang Dewi.
Ucapan perempuan bernampilan modis itu semakin membuat Batang Dewi meradang dan ingin sekali dia melampiaskan kemarahannya kepada perempuan itu, hanya saja amarahnya ditahan sendiri oleh Batang Dewi. Karena dia tidak ingin ada keributan ataupun pertengkaran terjadi pada saat lomba.
"Aku tidak boleh sampai terpengaruh sikap perempuan ini karena bisa saja itu cara dia untuk mengeluarkanku dalam lomba ini dan jika itu sampai terjadi maka usahaku akan sia-sia dan aku akan menghancurkan harapan Gamya dan Baldovino Elio" , ucap Batang Dewi dalam hatinya.
Hal itu mampu membuat citranya buruk dan akan menyebabkan toko roti tempatnya bekerja dapat tersandung masalah besar.
Seorang perempuan berparas manis datang tergopoh-gopoh ke arah mereka berdua, dia menarik lengan perempuan cantik yang merupakan rekan dekatnya itu sembari berbisik pelan.
"Sudah, sudah, jangan kamu teruskan Norah !", ucap perempuan berparas manis itu.
"Lepaskan aku, Patrizia !", bentak Norah emosi.
Patrizia berusaha menenangkan hati teman dekatnya itu agar tidak timbul kekacauan yang memalukan.
"Kita akan mendapat masalah besar dan dapat di diskualifikasi dari lomba ini. Apakah kamu mau ayahmu menghukummu hanya masalah yang tidak penting ?", ucap Patrizia.
Perempuan berparas manis dengan nama Patrizia itu kembali mencoba menenangkan teman sekaligus rekan kerjanya yang terlihat penuh emosi.
Norah tampaknya masih tidak terima dengan ulah Batang Dewi yang telah membuatnya malu di depan umum. Dan dia tetap ingin menyerang Batang Dewi.
"Norah ! Cukup, kataku ! Hentikan amarahmu ini ! Apakah kamu tidak merasa lebih malu jika semua orang melihatmu menyerang dia ?", bentak Patrizia.
Perempuan cantik itu hanya terdiam ketika Patrizia memarahi dirinya karena hal sepele.
Akhirnya Patrizia berhasil membawa pergi Norah dari hadapan Batang Dewi karena lomba lima menit lagi akan dimulai.
Sikap ceroboh dan serampangan Batang Dewi membuat dirinya harus menghadapi masalah besar yaitu mendapatkan pesaing yang sangat mengganggunya yang disebabkan terjatuh bersama-sama dengan Batang Dewi dan jatuh ke air kolam yang ada di tempat festival.
Panitia lomba memberitahukan materi lomba pada tahap awal yaitu membuat roti pane casareccio.
Bahan-bahan untuk lomba diletakkan di dalam kotak kayu di atas sebuah meja panjang yang terletak disepanjang jalan dekat kolam renang.
Juri lomba memberi aba-aba kepada semua peserta lomba pada festival Truffle fair untuk menyambut musim gugur di Hotel of Toscana Resort Castelfalfi, untuk bersiap-siap mengambil bahan-bahan membuat pane casareccio.
Terdengar suara tembakan senjata api ke arah udara ketika juri selesai menghitung pada hitungan ketiga.
DOR ! DOR ! DOR !
Para peserta lomba lalu berlari berhamburan setelah mendengar suara letusan senjata api. Dan semua peserta dengan cepat mengambil kotak kayu berisi bahan-bahan yang tersedia dari atas meja panjang menuju kembali ke meja mereka masing-masing dengan sangat cepatnya.
Semua peserta memulai perlombaan pada tahap awal dengan sangat serius sekali ketika mereka telah mendapatkan bahan-bahan lomba untuk membuat pane casareccio.
Batang Dewi sebelum lomba dia memulainya dengan sikap positifnya dengan berdoa.
"Semoga Tuhan selalu menolongku dalam lomba ini...", ucap Batang Dewi lirih sambil memejamkan kedua matanya.
Setelah berdoa kemudian Batang Dewi mulai mefokuskan seluruh pikirannya ke bahan-bahan untuk membuat roti pane casareccio, dan tak lama kemudian Batang Dewi mulai mengolahnya tahap demi tahap bahan-bahan tersebut seperti cara yang dia terapkan pada saat latihan di tempat kursusnya waktu di ALMA Course.
Dia mulai mencampur sebagian bahan tepung terlebih dahulu sebagai starternya dan ragi yang telah dicampur air dan bersama-sama diuleni dengan cara diremas, dan adonan dibentuk sesuai standar lomba.
Menunggu adonan mengembang karena pane casareccio membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk mengembang daripada roti lainnya dikarenakan tanpa adanya penambahan garam pada pembuatan pane casareccio.
Roti pane casareccio buatan Batang Dewi berhasil dibuat dan mengembang sempurna, memang terdengar remeh karena hanya roti yang dilombakan untuk materinya, namun, membuat pane casareccio gampang-gampang susah karena harus berkerak dengan bagian dalam roti harus lembut. Keistimewaan pane casareccio terletak pada kulitnya.
Sekitar empat jam acara lomba pada tahap awal lomba berlangsung dengan sangat serius.
Waktu berakhir pada satu jam selanjutnya ketika bel berbunyi sebagai tanda lomba pada tahap awal lomba selesai.
NGUNG... NGUNG... NGUNG...
"Lomba pada tahap awal selesai dan diperintahkan setiap peserta lomba untuk mengangkat kedua tangan kalian dari atas meja kalian !", ucap seorang juri lomba dengan suara lantang.
Semua peserta lomba mengikuti perintah juri lomba dengan patuh dan mereka mulai mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi.
Hasil roti pane casareccio dari para peserta lomba dinilai oleh juri, mereka memperhatikan roti buatan peserta dengan sangat cermat.
Juri lomba mengelilingi setiap meja peserta lomba untuk menilai roti-roti pane casareccio milik para peserta lomba.
Semua roti pane casareccio dinilai langsung di tempat dan uniknya setiap hasil lomba yaitu roti pane casareccio buatan peserta oleh juri lomba dibagikan kepada sebagian penonton yang hadir melihat lomba itu untuk dinilai oleh mereka semuanya dan masing-masing penonton harus memberikan nilai dengan menekan dua tombol yang telah disediakan pihak panitia yaitu tombol hitam untuk suka dan tombol putih untuk tidak.
Setelah penilaian tersebut, juri lomba kembali berdiskusi untuk memutuskan siapa yang lulus pada babak selanjutnya yaitu babak penyisihan. Hanya ada tiga tahapan lomba dan untuk itu juri lomba tampaknya harus bekerja keras memilih peserta lomba yang lulus pada tahap awal lomba untuk mengikuti lomba pada tahap penyisihan yang akan diadakan esok hari.
Ajang lomba yang diadakan oleh pihak penyelenggara ditayangkan secara live langsung di seluruh program televisi Italia dan acara yang diadakan di Hotel of Toscana Resort Castelfalfi ditonton oleh pengunjung yang berdatangan menyaksikan festival Truffle fair pada perayaan menyambut musim gugur serta lomba yang diikuti oleh Batang Dewi dan seluruh peserta lomba lainnya di tempat itu.
Hasil nilai juri lomba akhirnya keluar dan juri langsung mengumumkan peserta lomba yang lulus pada babak selanjutnya, tahap kedua, pada babak penyisihan.
Batang Dewi termasuk salah satunya yang lulus pada babak penyisihan. Dan rupanya peserta Norah dan Patrizia juga lulus pada tahap kedua tersebut.
Tampak jelas sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh perempuan cantik bernama Norah kepada Batang Dewi.
Sejak itu peserta lomba yang merupakan pesaing berat Batang Dewi selalu membuat dia kesal dengan ulah pesaing itu.
"Selamat ya, atas keberhasilannya", ucap Jian yang berdiri disamping Batang Dewi.
"Ehk, iya, terimakasih...", sahut Batang Dewi seraya mendongakkan kepalanya ke arah Jian dan tersenyum.
Tiba-tiba datang Norah kehadapan Batang Dewi dan Jian. Norah langsung menempel ke lengan Jian yang menyebabkan pria amnesia itu kesal.
"Hai, tampan, siapa namamu ? Bagaimana kalau kita rayakan kelulusan lomba ini ? Kamu mau kencan denganku ?", rayu Norah.
"Tidak bisakah kamu menyingkir dari pandanganku, kau tahu kalau badanmu sangat berkeringat dan bau ?", sahut Jian dingin.
"Hah ? Apa ?", ucap Norah kaget.
"Apa aku perlu mengulang ucapanku, bau ?", ucap Jian sembari mendorong tubuh Norah menjauh darinya.
Melihat muka Norah yang masam setelah mendengar ucapan dan sikap Jian. Entah mengapa, hal itu membuat Batang Dewi merasa senang dan sedikit lega. Dan Batang Dewi tidak mampu menyembunyikan tawanya dari Jian.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments