Kesepian

My Hot Uncle bagian 5

Oleh Sept

Kantor polisi

Apes bagi Mikaela, malam itu sudah jatuh tertimpa tangga pula. Harusnya ia party sampai pagi bersama teman-temannya, tapi ternyata gadis nakal itu harus berakhir di sebuah kantor polisi.

Mika sengaja tidak menbawa kartu identitas, sebenarnya agar tidak ada yang mengerti dia siapa. Akan tetapi terjadi razia di club tersebut, alhasil ia pun terjaring. Ditambah bau minuman menyengat di mulutnya, Mika pun langsung dibawa oleh mobil polisi bersama teman-temannya.

Ada 30 orang lebih yang digiring ke kantor polisi, dan salah satunya adalah Mikaela, untuk saat ini tidak ada yang tahu siapa gadis tersebut. Jika ada yang mengenali, bisa-bisa wartawan langsung berbondong-bondong meliput pewaris tunggal dari Hartanto Group tersebut.

Kini Mikaela sedang ditanya oleh beberapa petugas, sempat disentak dengan keras karena Mikaela tidak mau mengatakan dengan detail siapa dirinya, dan tidak mau menghubungi keluarganya.

"Saya tidak punya ayah! Tidak punya ibu! Nenek saya sudah meninggal! Jadi percuma, Bapak paksa saya, saya gak akan bisa jawab!" cetus Mikaela judes. Ia seolah tidak takut dengan petugas yang menatapnya dengan garang.

"Anak ini!" desis petugas sambil mencengkram kepalanya sendiri. Ia tidak habis pikir, keras kepala sekali anak yang mereka tangkap tersebut. Alasan yang sama memang sering dikatakan untuk menghindari polisi menghubungi keluarga mereka.

Tap tap tap

Seorang pria muncul sambil membawa tas. Pria itu kemudian menyentuh pundak Mika. Seperti kode, dia mengangguk pada Mika, gadis itu kemudian berdiri dan duduk di belakang. Membiarkan pria yang berdiri tadi duduk menggantikan dirinya.

Dia adalah sekretarisnya Ferdinand, Mikaela sempat mengirim pesan singkat, dengan catatan harus tidak bilang pada pamannya. Jika tidak, Mikaela pasti mendapat ceramah dan siraman rohani yang tidak berkesudahan.

***

Di dalam mobil, di depan kantor polisi.

"Nona."

"Ya."

"Emm."

"Apa Pak Billi?" tanya Mikaela yang mengunakan tisu basah untuk mengusap wajahnya. Ia membersihkan sisa make up yang ia kenakan.

"Masalah pak Ferdinand."

"Oh ... pokoknya Bapak gak boleh kasih tahu om. Kalau sampai om tahu, maka ..."

"Maka apa?" potong Ferdinand yang ternyata sejak tadi duduk di kursi belakang.

'Mampuss gue!' batin Mikaela kemudian melirik ke sebelah. Ia menatap tajam pak Billi. Mengapa pria itu tidak bisa dipercayai.

'Sialll!' Mikaela semakin mengumpat karena ulahnya kali ini terendus oleh sang paman. Apalagi saat Ferdinand memintanya pindah tempat duduk.

"Pindah ke belakang!" titah Ferdinand kemudian membuka pintu di sebelahnya. Suasana pun menjadi sangat tegang.

"Kenapa bilang sama om!" desis Mikaela pelan sambil mencubit lengan pak Billi. Ia jengkel pada pak Billi yang sangat ember tersebut. Dan kini, dengan berat hati, Mikaela pun duduk di sebelah Ferdinand.

"Jalan, Bill!" perintah Ferdinand ketika pintu sudah tertutup sempurna.

"Baik, Pak."

Wush ...

Mobil keluaran terbaru itu pun melaju meninggalkan kantor polisi. Sementara itu di dalam mobil, Ferdinand memasang muka masam. Membuat Mikaela tidak berani menatapnya.

"Mau jadi apa kamu, Ka?" tanya Ferdinand tiba-tiba.

"Ya mau jadi orang," celetuk Mikaela tanpa menatap omnya.

"Berani menjawab kamu sekarang? Kamu tahu apa kesalahan kamu? Mulai hari ini, semua ATM, Credit card, mobil, kendaraan lain, Om tarik!"

"Om!" Mikaela langsung menatap pria yang duduk di sampingnya. "Mana bisa begitu!" protes Mikaela sambil menarik lengan jas Ferdinand.

"Ini hukuman! Sampai ujian masuk perguruan tinggi, semua Om sita! Pulang pergi ke sekolah diantar sopir pribadi. Jangan harap bisa kabur dari sekolah, jika tidak, Om bisa melakukan lebih dari apa yang kamu bayangkan."

"Om!!! Om kok jahat banget sama Mika!" protes gadis itu.

"Terserah!"

"Om!"

Mika memasang muka bebek, tapi Ferdinand tidak peduli. Pria itu malah menarik tas Mika kemudian memberikan pada Billi yang duduk di balik kemudi. Hingga Mikaela malah marah.

"Ambil saja, ambil ... Mika gak butuh. Mika gak butuh semuanya, Mika gak butuh ini itu ... Mika hanya mau mami sama papi!" nada bicara Mikaela mulai merendah, ia juga memalingkan wajah, mengusap pipinya yang basah.

Sebenarnya ia hanya mencari kebahagian di luar sana. Di rumah besar itu, ia merasa hampa. Omnya sibuk dengan urusan perusahaan. Rumah ramai, tapi Art semuanya. Dia butuh teman, dan kebetulan dia salah pergaulan. Mikaela yang kesepian, mencari hiburan di keramaian.

Mika pikir dalam keramaian itu akan membuat hatinya yang kosong bisa terisi. Nyatanya ia salah, karena setelah kembali ke rumah, yang tersisa hanya kesedihan yang nyata. Ia tidak pernah berkeluh kesah pada Ferdinand. Karena pria itu sibuk. Jadilah Mikaela tumbuh penuh materi tapi kekurangan kasih sayang. Hingga sekarang menjadi seperti ini.

Kini dia tidak mau menatap Ferdinand, ia memilih melihat pemandangan lewat jendela di sebelahnya. Dan Ferdinand tidak bisa berkata-kata, jika Mikaela sudah membahas mami dan papinya, hatinya juga ikut teriris.

'Maafin Ferdi, mbak,' batin Ferdinand sembari melirik Mika yang duduk membelakangi dirinya. Ferdi merasa ia sudah gagal menjaga keponakannya itu. Bagaimana pun juga, ia pun merasa kehilangan. Dan semakin melihat wajah Mikaela, sebenarnya hatinya semakin diliputi kesedihan yang dalam.

Tidak ingin membuat Mikaela semakin mengingat masa lalu, Ferdinand memilih diam. Hingga tidak terasa, mereka sampai di sebuah rumah yang newah dan sangat megah. Ya, setelah melewati jalan yang panjang, mereka kini tiba di kediaman Hartanto. Rumah besar peninggalan Alexander Marques Hartanto. Sebuah rumah yang penuh kenangan dan cinta. Rumah yang besar tapi sangat hampa bagi yang penghuninya.

Begitu masuk halaman, baru saja mobil berhenti, Mikaela langsung keluar dan lari masuk ke dalam rumah. Gadis itu berlari cepat menuju kamarnya. Sampai di dalam kamar yang benuansa pink hitam itu, Mikaela menutup pintu dengan kasar, hingga terdengar oleh Ferdinand.

Ferdi hanya menghela napas panjang, kemudian meminta Billi pulang, dan mengucap terima kasih karena kerjanya hari ini. Jika tidak karena Billi yang sangat cekatan, mungkin wajah Mikaela akan terpampang di media sosial. Tiba-tiba Ferdinand mengusap pelipisnya. Pusing, harus dengan cara apa agar Mika tidak liar seperti sekarang.

Karena merasa sangat lelah, lelah hati, pikiran dan badan, Ferdinand akhirnya tidur di kamarnya. Ia sampai tidak mengganti pakaian, langsung tidur begitu saja.

***

Pagi hari, baru beberapa saat tertidur, suara kepanikan para Art membuat Ferdinand terbangun.

"Tuan ... Tuan ..."

Ferdinand pun keluar kamar, menemui artnya.

"Ada apa lagi?"

Seolah Ferdinand tahu, ini pasti ulah keponakannya lagi.

"Nona muda, Tuan ... Nona muda," ucap bibi panik.

"Apa dia kabur lagi?" tebak Ferdinand masih setengah mengantuk.

Bibi menggeleng keras, "Bukan ... Tuan, bukan."

Dahi Ferdinand mengkerut, ia kemudian langsung berjalan ke kamar Mikaela.

"Mikaaaaa!"

Ferdinand melotot lalu menarik selimut dan melilitkan di tubuh Mikaela. Pria itu mendesis kesal, karena di dalam kamar itu terdapat bau minuman yang begitu menyengat.

"Om ... gerah! Kenapa Mika dibungkus?" celoteh Mikaela yang sepertinya mabukk berat.

BERSAMBUNG

FB Sept September

IG Sept_September2020

Terpopuler

Comments

Dewi Zahra

Dewi Zahra

kenapa mikea

2023-05-21

0

Sri indrawati

Sri indrawati

🤣🤣🤣

2023-05-18

0

Dhina ♑

Dhina ♑

Astaga 😱😱😱
dibungkus? emangnya lemper 🤔🤔 dibungkus apa, gimana??

2022-12-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!