RIP

My Hot Uncle bagian 2

Oleh Sept

"Mika ... Mi-ka ... sa-yang."

Suara lirih itu keluar dari bibir Dinara, ibunda Mikaela. Wajahnya penuh darah, ia bahkan tidak bisa merasakan sakit di tubuhnya. Seperti terlalu sakit, hingga mati rasa. Hanya air mata yang keluar dari sudut matanya.

Dinara merintih memanggil buah hatinya yang terlempar keluar mobil. Sedangkan ia sendiri terjepit antara dua kursi depan dan belakang. Kaki dan tubuhnya terjepit, ia benar-benar tidak bisa bergerak. Dinara yang masih sadar, kemudian menatap ke depan. Ia menatap suaminya. Air matanya semakin tumpah ketika melihat suaminya dalam kondisi yang sangat tragis. Ingin menjerit, tapi suaranya hilang.

Tubuh Dinara bergetar hebat, dalam waktu sekejap keadaan menjadi sangat buruk. Ia mencoba mengerakkan tangannya, meraih Alexander yang tidak sadarkan diri dengah kepala yang terjepit bagian depan mobil.

Sebuah kecelakaan tragis akhirnya harus merenggut kebahagian keluarga Alexander dalam sekejap. Semuanya menjadi gelap, hari-hari bahagia mereka seketika menjadi suram.

***

Rumah Sakit Wilhelmina, Belanda.

"Mengapa Tuhan tidak mengambil nyawaku saja?" gumam oma Darsa sambil memeluk menantunya yang sangat mencintai putrinya.

Wanita berusia 50 tahun itu berharap nyawanya bisa ditukar dengan nyawa Alexander.

"Alex ... kamu sudah berjanji untuk mencintai putriku sampai mati ... lalu apa ini? Mika bahkan masih kecil untuk kamu tinggalkan ... Tuhan, mengapa tidak aku saja, kenapa bukan aku saja Tuhan?"

Nenek dari Mikaela itu tidak kuasa menahan kesedihan, harusnya ia menyambut kedatangan anak serta menantu dan cucunya dengan rasa bahagia. Lalu apa ini? Kenapa semua menjadi begini? Mengapa Tuhan begitu kejam? Mikaela sang cucu harus kehilangan sosok ayah pada kecelakaan tragis yang menimpa mereka semua.

"Harusnya aku tidak berharap kalian datang," tangis oma Darsa.

Wanita dengan rambutnya yang memutih semuanya itu kemudian menangis histeris. Sampai suster menegangkan beliau.

Dokter sudah melakukan semaksimal mungkin, nyawa Alexander memang sudah tidak bisa tertolong. Pria itu meninggalkan di tepat karena mengalami benturan kuat di kepala, dan kerusakan organ tubuh fatal yang lainnya. Sedangkan Dinara, wanita itu masih di UGD.

Dinara kehilangan banyak darah, tulang pada kakinya juga mengalami masalah serius. Kedua tulang kaki Dinara sepertinya patah. Sungguh, jika Dinara sembuh dan bangun, mungkin dia akan lumpuh. Sedangkan sang sopir, tidak jauh berbeda dengan Alexander. Hantaman yang kuat dari mobil damkar, membuat sopir oma Darsa tersebut meninggal saat menuju rumah sakit.

Lalu bagaimana dengan putri mereka Mikaela?

Ruang Operasi.

Mikaela mengalami luka serius karena terlempar keluar mobil. Beruntung tidak ada kendaraan yang menabrak anak kecil tersebut, padahal tubuh Mikaela terlempar di tengah jalan dan kondisi banyak kendaraan yang lalu lalang. Seperti ada yang melindungi Mikaela saat anak itu telah tertidur. Karena tubuh Mikaela tidak begitu lecet, hanya saja hidung dan mata Mikaela mengalami luka yang serius. Hingga Mikaela harus manjalani operasi.

Sekarang oma Darsa sangat bingung, di tengah kesedihan yang ia rasakan, ia sampai tidak tahu harus bagaimana. Alexander terbujur kaku di sebuah ruangan, sedangkan putrinya masih menjalani tindakan medis, begitu juga dengan sang cucu semata wayangnya, yang kini dalam ruang operasi, sungguh oma Darsa hanya bisa terduduk lemas meratapi kesedihan yang bertubi-tubi.

Tap tap tap

Seorang pemuda berlari menyusuri lorong rumah sakit, ia hampir menabrak pasien yang berjalan, ia seakan tidak peduli, kabar kecelakaan sang kakak, cukup membuatnya shock. Pria yang sedang menempuh pendidik s2 di Inggris itu sangat terkejut ketika mendapat kabar Dinara yang mengalami kecelakaan.

"Ma."

Oma Darsa ingin berdiri saat melihat sosok pria yang berlari ke arahnya. Akan tetapi kakinya terlalu lemah, hingga tubuhnya hanya bisa bergetar menahan tangis.

"Bagaimana mas Alex, mbak Dinara dan Mika?"

Oma Darsa langsung memeluk tubuh pria tersebut, ia mengeluarkan semua tangisnya. Terisak dalam pelukan sang anak.

"Kenapa harus Alex yang diambil, Fer? Why ... harusnya Mama."

David Ferdinand, pria berumur 23 tahun itu tidak bisa berkata-kata, ia hanya mengusap punggung oma Darsa yang masih belum siap kehilangan ayah dari Mikaela tersebut.

"Sabar, Ma ... Mama pasti kuat." Meskipun ikut sakit karena kehilangan yang mendadak, Ferdi berusaha kuat di depan oma Darsa.

"Bagaimana nanti ... bagaimana jika Dinara bertanya suaminya ... BAGAIMANA, Fer?" Oma Darsa kembali histeris. Ia tidak tahu harus bagaimana jika putrinya siuman dan menanyakan tentang Alexander.

"Ma, tenang Ma ... Mama harus kuat. Demi mbak Dinara, demi Mika."

Bukannya tenang, tangis pilu dan penuh ratapan itu malah semakin menjadi.

"Mika yang malang ... ya Tuhan ... cucu Oma. Bagaimana dengannya nanti ... bagaimana ini?" Oma Darsa terus terusan meratapi nasib cucunya yang menjadi yatim. Mikaela yang malang, harus kehilangan ayahnya saat ia masih sangat muda.

Ferdi sendiri memalingkan muka, perlahan ada yang menetes dari matanya. Meskipun tidak terikat oleh darah, meskipun hanya anak adopsi, Ferdinand sangat-sangat merasakan rasa sakit yang sama.

***

Jenazah Alexander sudah dimasukkan ke dalam peti. Hari ini akan diterbangkan langsung ke Jakarta. Ada ribuan duka yang mendalam yang telah dirasakan keluarga besar. Dan sampai detik ini, baik Dinara maupun Mikaela, tidak ada yang diberi tahu, bahwa Alexander telah tiada.

Mikaela sudah menjalani operasi, tinggal menunggu pemulihan. Sedangkan ibunya, keadaan Dinara semakin menurun. Bahkan tubuhnya menolak infus yang masuk. Kakinya juga sudah membiru, mau tidak mau, dokter harus melakukan tindakan khusus.

"Apa? Apa yang dokter katakan?" ucap oma Darsa tidak percaya.

Dokter terbaik di rumah sakit itu menyarankan agar kaki Dinara diamputasi, jelas oma menolak keras.

"Dia sudah kehilangan suaminya, mengapa kalian ingin mengambil kakinya juga?" tanya oma sambil bercucur air mata, hatinya terasa sesak. Lebih baik ia yang dipanggil, dari pada semuanya menjadi menyedihkan seperti ini.

"Anakku yang malang," rintih oma Darsa kemudian memegangi jas putih milik dokter.

"Tolong bantu anak saya ... jangan ambil kebahagiannya ... tolong anak saya."

Tidak tahan, Ferdinand mendekati ibunya. Ia peluk oma Darsa yang sangat terguncang karena kaki Dinara harus segera di amputasi. Jika tidak, maka akan membusuk dan merusak jaringan lain yang lebih banyak. Dan lama-lama akan sangat berbahaya bagi kondis Dinara.

Suasana semakin kacau, saat Mikaela mulai  merajuk dan ingin keluar dari rumah sakit. Anak itu beberapa kali melepaskan jarum infus dari tangannya, menjerit, menangis mencari mami dan papinya.

"Papi ... papi ... mamiii," tangisnya terdengar sendu.

Oma ingin mendekat dan menghibur, tapi saat melihat sorot mata Mikaela, tubuhnya malah lemas. Ia tidak bisa menguatkan anak kecil itu, selagi dirinya juga merasa sangat rapuh. Semakin melihat Mikaela, oma semakin terpuruk. Hingga Ferdinand diminta oma untuk menjaga cucunya.

Di depan ruang VIP, ruang rawat inap Mikaela. Anak itu baru tenang saat diberikan obat. Kini, Ferdinand duduk bersama oma. Keduanya terlihat letih, gurat kesedihan juga belum hilang dari kemarin.

"Mama tidak tahu, akan berapa lama lagi Mama hidup di dunia ini. Mama pikir akan menghabiskan masa tua Mama dengan menggenang hal-hal baik saja. Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Beberapa hari terakhir, Mama seperti cangkang kosong. Melihat bagaimana nanti Dinara tahu kakinya dipotong, Mama tidak bisa membayangkan, melihat Mikaela tahu bahwa ayahnya sudah pergi di dunia ini, Mama tidak kuat melihatnya. Mungkin ... ya mungkin umur Mama tidak banyak pagi. Mama harap, kamu akan menjaga keponakanmu Mikaela, jagalah dia, jaga dia sepenuh hatimu, seperti Mama selama ini mencintai dan menyayangimu."

"Ma." Ferdinand merasakan sesuatu yang tidak enak. Ia tidak suka kehilangan, menjadi yatim piatu cukup membuatnya menyedihkan. Jika sang mama berbicara seperti itu, ia seolah sudah tidak punya pegangan hidup lagi.

Sementara itu, oma Darsa mengusap wajahnya dengan penuh kesedihan. Wanita tua itu kembali meratapi nasib anak dan cucunya, ia merasa kesedihan ini terlalu berat untuk dia tanggung.

***

Pemakaman Alexander di Jakarta sudah dilakukan, tanpa dihadiri oleh Dinara dan Mikaela. Ya, Alexander berpulang sendirian. Tanpa istri dan anak tercinta.

Di tempat yang lain, rumah sakit di Belanda. Dinara memukuli perban tebal yang kini membalut lututnya. Ia menjerit, histeris karena kakinya telah hilang.

"Ma ... mana suami Dinara ... Mana Mikaela ... mana kaki Dina, Ma!" Dinara menjerit histeris, ia meronta ingin turun dari ranjang, hingga membuat Ferdinand langsung memeluk kakaknya itu.

"Di mana mas Alex, Fer ... di mana?" isak Dinara penuh derai air mata.

Bersambung

Fb Sept September

IG Sept_September2020

Terpopuler

Comments

Anggun Dwi Insani

Anggun Dwi Insani

ini baru chap awal ya tapi kok udah banjir air mata sihhh😭

2024-12-22

0

komalia komalia

komalia komalia

nyesek banget

2024-02-21

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kok bikin nyesek thor di bab awal2 udah nyesek gini 😭😭😭😭😭

2023-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!