My Hot Uncle bagian 3
Oleh Sept
Seminggu berlalu, kondisi Dinara kembali menurun. Apalagi setelah ia harus kehilangan kaki dan tidak bisa bertemu dengan suaminya. Sampai saat ini, kematian Alexander masih dirahasiakan dari Dinara.
Sedangkan Mikaela, gadis kecil yang malang itu masih menjalani perawatan intensive. Mikaela harus menjalani beberapa operasi utuk tulang hidung dan bagian matanya yang luka parah. Dan sampai sekarang, Mikaela juga belum dipertemukan dengan ibunya.
Oma Darsa benar-benar dilema, semuanya membuatnya merasa sulit, sangat sulit menghadapi kenyataan yang tragis ini. Hingga sampai suatu hari, Dinara menolak untuk makan. Ia juga menolak untuk minum obatnya.
"Dinara, kamu harus sembuh. Ayo minum obatnya," oma memohon agar Dinara menurut apa kata suster.
"Mana suami Dina, Ma?" tanya Dinara dengan tatapan kosong, pipinya masih basah. Air matanya tidak pernah kering.
Ditanya perihal Alexander, oma Darsa kembali mencari alasan, atau malah memilih menghindar dari pertanyaan tersebut.
"Dinara tanya sama Mama, mana mas Alex?" rintih Dinara sambil mencengkram selimut yang menutupi kakinya yang sudah hilang tersebut.
"Katakan, Ma ... mana mas Alex?"
Tangis Dinara membuat oma Darsa tidak tahan, ia ikut menangis. Sudah tidak sanggup lagi berpura-pura di depan putrinya itu.
"Dina, Sayang ... kamu yang sabar ya, Sayang."
Mendengar ucapan sang mama, Dinara sudah merasakan ada yang tidak beres. Mengapa sampai selama ini, suaminya tidak muncul. Wanita itu kembali histeris, dan oma Darsa langsung memeluknya kuat.
"Demi Mika, kamu pasti bisa."
"MAS ALEXXX!" teriak Dinara menyayatt hati.
Jeritan di kamar VIP tersebut sangat mengusik hati bagi yang mendengarnya. Rasa kehilangan yang dialami Dinara, cukup membuatnya tidak berdaya. Bagaimana bisa, liburan sekeluarga menjadi petaka yang sangat mengerikan.
Kini, meskipun oma Darsa tidak mengatakan secara gamblang bahwa Alexander telah wafat, tapi perasaan Dinara tidak bisa dibohongi lagi. Ia memang merasa suaminya sudah tidak tertolong lagi, Dina masih ingat, bagaimana seluruh badan dan kepala Alexander terhimpit, terjebak tidak bisa keluar. Dia sudah sangat putus asa, hingga berharap bahwa ini hanya mimpi.
Berharap mimpi buruk ini segera berakhir, tapi kenyataan tidak seindah harapan. Ya, suaminya telah pergi terlebih dahulu. Membuat langit Dinara seakan mendadak runtuh. Bahkan setelah kakinya harus diamputasi, Dinara rasa, ia tidak sanggup menahan beban cobaan ini. Dinara yang lemah, kini mulai menyerah. Apalagi ketika tahu kenyataan bahwa Alexander telah pergi terlebih dahulu. Separuh jiwanya telah hilang, Dinara bagai cangkang kosong tanpa nyawa.
***
Esok harinya.
Pagi yang mendung, semendung hati Dinara. Pagi ini wanita itu mulai tenang, sudah tidak seperti kemarin. Matanya masih sembab, bengkak karena kemarin menangis seharian. Kini, ia sedang bicara pada adiknya. Meskipun bukan darah yang menyatukan mereka sebagai keluarga, tapi Ferdinand sudah seperti adik kandung baginya.
"Fer," panggil Dinara lirih. Matanya kosong menatap langit yang tergambar jelas lewat jendela kamarnya yang terbuka.
"Ya, Mbak."
"Jagain Mika untuk Mbak," ucap Dinara dengan nada sendu.
Mata Ferdinand mendadak perih. Ia tidak suka moment seperti ini, lebih baik Dinara memukulnya, menjahilinya seperti saat mereka kecil, atau malah ngomel-ngomel seharian karena protes kamarnya yang selalu berantakan.
"Kita jaga bareng-bareng, Mbk!" kata Ferdinand setelah menata hati, ia berjanji tidak akan menangis di depan keluarganya. Dia laki-laki, harus kuat. Tidak boleh ikut lemah. Dan itu sulit sekali untuk dilakukan, hanya karena dia laki-laki, bukan berarti dia tidak boleh dan tidak bisa menangis di kala seperti ini. Jujur, ia juga merasakan sakit yang sama. Hanya saja berusaha pura-pura kuat di depan keluarganya.
"Fer ... kenapa dingin banget?" tanya Dinara yang merasa tubuhnya lama-lama menggigil.
Reflek, Ferdinand mengambil selimut lagi. Kemudian ia pakaian pada Dinara.
"Apa mendingan?" tanya Ferdinand.
Dinara mengangguk kemudian kembali berbicara.
"Mbak titip Mika, ya."
"Mbak!" sentak Ferdinand yang benci kata-kata titip tersebut.
"Jangan marahin Mika jika nakal ya, Fer," pinta Dinara sambil menitihkan air mata.
Tidak tahan, Ferdinand kemudian berbalik. Ia mengusap wajahnya. Menghapus matanya yang ikut basah.
"Fer ... lihat ke mari!" pinta Dinara lagi.
"Hem!"
"Jika nanti Mika marah pada kami ... marah karena kami tidak bisa menemani hari-hari Mika di masa yang akan datang ... katakan padanya. Kami sayang sekali padanya."
"Cukup, Mbak!" potong Ferdinand kemudian memeluk Dinara.
"Semalam mas Alex datang di mimpi Mbak," ucap Dinara.
Ferdinand semakin memeluk kakaknya, ia tahu pasti ini sangat berat.
"Mas Alex tersenyum, lalu mengulurkan tangan ..."
Cerita Dinara membuat Ferdinand akhirnya menangis lepas.
"Mbak ...!" panggil Ferdinand lirih, ia merasa aneh karena tubuh yang ia peluk melemas. Ferdinand semakin curiga karena lengan Dinara perlahan terkulai lemas.
"MBAKK!" teriak Ferdinand.
Ferdinand yang tidak pernah menangis itu berteriak kencang memanggil Dinara.
BERSAMBUNG
Fb Sept September
IG Sept_September2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Rabiah Windi
sedihx
2023-10-26
1
nadia
tiba tiba air mata menetes 😢
2023-06-09
0
Jajang Jeem
KA sept cerita mn sih yg ga bikin AQ baper. terus berkarya KA AQ suka smua karya na
2023-06-01
0