BAB 5

Setelah mengucapkan terimakasih Mentari segera turun dari mobil Salsa. Mentari melambaikan tangan dan dibalas dengan suara klakson yang dipencet oleh mang Jojo. Mentaripun berbalik membuka pintu gerbang untuk segera masuk. Saat menutup kembali pintu gerbang Mentari sungguh terkejut melihat pintu rumahnya dibuka dari dalam.

" Ibu.. " Mentari begitu terkejut saat mendapati ibunya yang membuka pintu.

" Baru pulang sayang? " Ibu berjalan menghampiri Mentari yang masih berdiri didepan gerbang.

" Iya bu, Mentari capek banget " seru Mentari sembari menggandeng lengan sang ibu lalu masuk kedalam rumah. " Ibu tumben pulangnya cepat, ini baru jam tujuh loh "

" Pekerjaan ibu sudah selesai, tuan sama nyonya makan malam diluar kalau nona muda hari ini ada kegiatan di kampusnya jadi makannya diluar juga " jelas bu Sofi kepada putri sematawayangnya itu.

Mentaripun mengangguk mengerti.

" Kamu mau ibu masakin apa sayang? " tanya Bu Sofi penuh kasih sayang.

" Apa aja deh bu asalkan yang masak ibu " Mentari tersenyum menatap sang ibu yang begitu ia sayangi melebihi rasa sayang kepada dirinya sendiri.

" Ya udah ibu mau masak cah kangkung dan bikin tempe mendoan, kamu mandi aja duluh. pasti capekan seharian dikampus " Bu Sofi mengambil beberapa bahan makanan yang dibutuhkan dari dalam lemari pendingin lalu meletakan pada sebuah piring plastik.

" Ia bu Mentari mandi duluh yah "

Saat berada didekat bu Sofi Mentari menjadi gadis yang sangat manja. Rasa nyaman saat berada didekat bu Sofi membuat Mentari selalu ingin berada didekat ibunya meskipun Mentari tahu akan sangat sulit memiliki banyak waktu bersama ibunya.

Cah kangkung, tempe mendoan dan sambal kecap sudah tersaji di meja makan. Bu Sofi segera memanggil Mentari untuk segera menyantap makanan yang sudah ia hidangkan. Aroma khas terasi dari cah kangkung yang dibuat bu Sofi benar benar menggunggah selera. Cacing cacing diperut Mentari semakin tidak sabar minta diberi makan. Maklum saja hari ini Mentari cuma sarapan nasi putih dan telur ceplok, saat siang ia hanya makan roti itupun tidak dihabiskan karena ulah Arjuna dan tadi saat sedang asik menyantap makan lezat dari restaurant mewah Mentari malah di ganggu oleh Alisa yang membuat selera makan Mentari hilang. alhasil Mentari masih merasa lapar.

Segera Mentari duduk dihadapan ibunya lalu mengambil piring dan sendok dan mulai menyendokan nasi lalu sayur dan tempe tidak lupa juga dengan sambal kecap. Bu Sofi dan Mentari makan dengan lahapnya. Saat makan Bu Sofi dan Mentari benar benar menikmati nikmat yang diberikan Tuhan, mereka makan dengan lahap sampai selesai tanpa ada yang berbicara. Momen seperti inilah yang selalu dirindukan Mentari saat makan bersama dengan bu Sofi.

Selesai makan Mentari segera mengangkat piring kotor lalu diletakannya pada tempat cuci piring tak lupa ia juga membersihkan meja makan. Bu Sofi begitu terharu melihat putri sematawayangnya yang begitu mandiri. Sungguh ia bangga kepada Mentari yang sudah bisa mengurus dirinya sendiri sejak bu Sofi harus sering meninggalkannya karena bekerja.

" Mentari.. " panggil bu Sofi yang sedang duduk menonton TV diruang keluarga yang tdk begitu luas hanya terdapat sebuah karpet tipis berwarna coklat mudah.

" Ia bu " Mentari segera menyusun piring piring yang baru saja ia cuci lalu pergi dan duduk disamping bu Sofi.

" Ini buat jajan hari senin " sambil tersenyum bu Sofi mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu lalu menyerahkannya kepada Mentari.

" ibu.. " sejenak Mentari menatap wajah ibunya yang memberikan ketenangan pada hatinya " Mentari masih punya uang jajan buat hari senin bu, lagian ibu juga belum gajiankan? " dengan halus Mentari menolak uang yang diberikan oleh bu Sofi kepadanya.

" Nggak apa apa sayang, hari ini ibu dan para pelayan yang lain dikasih bonus sama tuan dan nyonya. lagian ibu yakin uang jajan kamu nggak cukup lagi buat hari senin, kan ibu yang ngasih jadi ibu tahu. " Bu sofi mengelus lembut kepala putri cantiknya itu.

Mendengar perkataan bu Sofi tanpa sadar Mentari menitikan air matanya. dengan manjanya Mentari memeluk bu Sofi, air matanya semakin deras mengalir membasahi pipinya yang putih bersih. Bu Sofi terkejut atas perlakuan Mentari, dengan kasih sayang bu Sofi membalas pelukan putrinya itu.

" Bu, maafkan Mentari yang selalu menyusahkan ibu. maaf Mentari belum bisa membahagiakan ibu. Mentari sungguh tidak berguna bu "

" sayang, kenapa kamu berkata seperti itu? dengar ibu nak, tugas kamu sekarang adalah belajar dan kuliah yang baik, kamu tidak perlu memikirkan apapun. cukup selesaikan kuliahmu dengan baik dan tepat pada waktunya dengan begitu kamu sudah membalas semua jeripayah ibu " ucap bu Sofi sembari menyeka air mata yang mengalir pada kedua pipi Mentari.

Mentari mengangguk tanda mengerti dengan apa yang bu Sofi katakan. Sekali lagi Mentari memeluk bu Sofi. Sungguh memeluk tubuh wanita paruh baya itu memberikan rasa nyaman dan ketenangan batin untuk Mentari.

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, bu Sofi sudah berada di kamarnya begitupun dengan Mentari. hari ini sungguh melelahkan untuk Mentari begitu juga dengan bu Sofi. Bu Sofi segera mematikan lampu kamarnya setelah selesai berdoa lalu naik ke atas ranjang berukuran sedang untuk segera mengistirahatkan tubuhnya. Meskipun besok adalah hari minggu tetapi bu Sofi tetap harus masuk bekerja, bedanya saat hari minggu bu Sofi akan pergi bekerja pukul sembilan pagi dan pulang lebih awal pukul delapan malam.

dert dert dert...

Mentari yang hendak menutup matanya dikejutkan dengan dering ponselnya. diraihnya ponsel dari atas meja belajar kemudian dibuka pesan yang tak lain dari Dimas.

" Mentari, besok loe ada acara nggak? " begitulah isi chat yang Mentari baca.

" Nggak ada sih kak, emang kenapa kak? "

" Besok jalan yuk Tar? " setelah membaca isi chat Dimas, Mentari tidak langsung membalasnya. Mentari benar benar tidak ingin lagi berurusan dengan Dimas dan teman temannya. Mentari tidak ingin orang orang menganggap dirinya mendekati Dimas karena ingin memoroti uang Dimas. Tapi disisi lain Mentari memang mengagumi sosok Dimas yang begitu mempesona.

dert.. dert.. dert..

belum sempat membalas pesan Dimas sebelumnya masuk lagi sebuah pesan baru dari Dimas

" Mentari please mau yah? " kali ini isi chat tersebut seperti sebuah permohonan.

dengan berat hati Mentaripun menerima ajakan Dimas.

" Baiklah kak saya mau "

" Besok gue jemput loe jam sepuluh yah Tar "

" Oke kak, udah duluh yah kak saya mau istirahat "

" Selamat tidur Mentari, mimpi indah "

Tanpa sadar senyuman terukir jelas di bibir Mentari setelah membaca isi chat tersebut. Tapi segera Mentari menyadarkan dirinya, ia tidak boleh menyukai Dimas agar dirinya tidak terkena masalah.

sudah pukul sembilan pagi. Selesai sarapan bersama, bu Sofi pamit kepada Mentari untuk segera pergi bekerja karena sopir sudah menunggu bu Sofi di teras depan. sebelum bu Sofi melangkahkan kakinya keluar Mentari segera menahan bu Sofi hendak meminta ijin karena sebentar ia akan pergi bersama Dimas.

" Bu, Mentari mau minta ijin sama ibu " Dengan gugup Mentari mencoba meminta ijin kepada bu Sofi.

" Ijin apa nak? " bu Sofi bingung melihat Putrinya yg bersikap canggung, tidak biasanya Mentari bersikap seperti itu.

" Mentari mau jalan sama teman, boleh bu? "

" Yah tentu boleh dong sayang, inikan hari minggu kamu boleh bersenang senang biar otakmu nggak stres tapi ingat yah jangan sampai malam " Bu Sofi mengelus halus kepala putrinya. " Ibu jalan duluh yah " Bu Sofi segera berjalan keluar dari rumah dan meninggalkan Mentari sendirian di ruang makan.

Karena sekarang sudah jam setengah sepuluh Mentari segera mandi dan bersiap siap. selesai mandi Mentari segera berganti pakaian dan memakai sedikit makeup pada wajahnya agar tidak terlihat pucat. selesai berganti pakaian dan berdandan sekali lagi Mentari memastikan penampilannya didepan cermin. sudah merasa puas dengan penampilannya Mentaripun keluar dari kamar.

pip pip..

Suara klakson mobil menandakan Dimas sudah berada diluar. Mentari segera keluar dan mengunci pintu rumahnya. Dari dalam mobil Dimas bisa melihat Mentari yang berjalan menuju ke arahnya, kali ini Dimas benar benar terpesona melihat kecantikan Mentari. Matanya tidak berkedip sedikitpun sampai akhirnya terdengar suara pintu mobil ditutup. Sontak Dimas terkejut dan segera menyapa Mentari yang sudah berada disampingnya.

" Maaf ya gue telat dikit " ujar Dimas sembari sesekali melirik ke arah Mentari.

" Nggak apa apa kok kak, saya juga baru selesai siap siap "

" Oh ya Tar, loe mau kemana duluh? "

" Terserah kaka aja, kan kakak yang ngajak " Mentari tersenyum canggung.

" Kita nonton duluh yuk, abis nonton kita makan " ajak Dimas antusias dan langsung disambut dengan anggukan oleh Mentari.

Mobilpun melaju menuju mall terbesar dikota tersebut. Sekarang Mentari dan Dimas sudah lebih santai mengobrol dibandingkan saat pertamakali Dimas mengantar Mentari pulang. Sesampainya di mall Dimas segera memarkirkan mobil diparkiran lalu masuk bersama Mentari.

Selesai menonton tepat pukul satu siang Dimas dan Mentari sudah merasa lapar. Dimaspun mengajak Mentari untuk segera mengisi perut mereka disebuah caffe yang menjadi tempat nongkrong andalan ia dan dua sahabatnya Arjuna dan Kevin. sesampainya di caffe tidak sengaja Dimas menggenggam tangan Mentari dan mengajaknya untuk masuk. Mentari sungguh terkejut dan mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman Dimas. Tanpa sadar kedatangan mereka diperhatikan oleh Arjuna dan Kevin yang daritadi nongkrong di caffe tersebut. Arjuna yang melihat Dimas menggenggam tangan Mentari tiba tiba saja merasakan panas yang luar biasa dalam hatinya, ekspresi muka Arjuna seketika langsung berubah dan memerah.

" Dimas " Kevin berusaha memanggil Dimas dan melambaikan tangannya

sontak langkah kaki Dimas dan Mentari terhenti saat mendapati Kevinlah yang memanggil.

" kita gabung yuk sama Arjuna dan Kevin " Dimas mengajak Mentari untuk menghampiri Arjuna dan Kevin. dengan ragu ragu Mentari melangkahkan kakinya mengikuti Dimas.

Setelah sampai dimeja yang diduduki Arjuna dan Kevin, Dimas segera menarik sebuah kursi lalu mempersilahkan Mentari untuk duduk. Dimas memperlakukan Mentari dengan begitu manis membuat Mentari semakin mengagumi Dimas. Mentaripun duduk sambil terus menundukan kepalanya. Mentari tidak berani mengangkat mukanya karena Arjuna duduk tepat dihadapannya.

" Pantesan aja loe gue wa daritadi gak di read ternyata lagi pacarannya " Ujar Kevin mulai menggoda Dimas. Mentari yang mendengar ucapan Kevin langsung mengangkat mukanya dan menggeleng gelengkan kepalanya.

" Tadi hpnya gue silent jadi ga tahu ada wa dari loe " jelas Dimas tidak membantah ucapan Kevin.

" enak banget sih yang pacaran sampai sampai gak mau diganggu " timpal Kevin lagi.

kali ini Mentari membantah ucapan Kevin.

" Saya sama kak Dimas nggak pacaran kak, kita cuma temenan aja kak " seru Mentari denga halus.

mendengar ucapan Mentari ada rasa legah dalam hati Arjuna.

" Darimana aja loe berdua? " selidik Arjuna.

Belum sempat menjawab pertanyaan dari Arjuna, salah seorang pelayan datang menghampiri Dimas dan Mentari untuk menanyakan apa yang akan dipesan oleh keduanya.

" Mau pesan apa kak Dimas? " ujar pelayan tersebut dengan ramah, tentu saja pelayan tersebut sudah mengenal ketiga cowok tampan yang ada dihadapannya itu.

" Gue pesen spaghetti carbonara 1 minumnya ice Lemon tea aja " jawab Dimas sembari tersenyum ke arah pelayan tersebut.

" Ceweknya kak Dimas mau pesan apa? "

Mendengar ucapan pelayan tersebut membuat Mentari dan Arjuna sontak terkejut. tapi berbeda dengan Dimas yang malah senang dengan ucapan pelayan tersebut.

" Cuma temen bukan ceweknya " Arjuna membantah ucapan pelayan tersebut dengan gaya cueknya. sedangkan Kevin dan Dimas segera beralih menatap Arjuna dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

" Kenapa ngelihatin gue kaya gitu? emang benarkan Mentari bukan cewek loe. " seru Arjuna lagi yang membuat Dimas dan Kevin semakin bingung.

" Pesanan saya disamain aja kak sama punyanya kak Dimas " ucapan Mentari baru saja mengalihkan pandangan Dimas dan Kevin dari Arjuna.

setelah pesanan datang, Dimas dan Mentari segera melahap makanan yang ada dihadapannya. Mentari sedikit canggung melahap makannya berbeda dengan Dimas yang sangat lahap menikmati makanannya sambil sesekali mengobrol bersama Arjuna dan Kevin.

Tatapan Arjuna tidak pernah lepas dari Mentari. Mentari yang merasa tidak nyaman akhirnya menghentikan makannya dan lebih memilih meminum minuman yang dipesannya.

" kenapa nggak dihabisin Tar? " Dimas bertanya penuh perhatian.

" Udah kenyang kak " jawab Mentari berbohong. " Sial! kenapa sih harus ketemu sama cowok sombong ini disini, padahal spaghettinya enak banget " gumam Mentari dalam hatinya dengan penuh kekesalan.

Saat asik mengobrol tiba tiba saja Handphone Dimas yang ada di atas meja berdering.

dert.. dert.. dert..

Dimas segera meraih handphonenya dan melihat nama yang tertera dilayar handphonenya " Mom "

" Hallo ma "

" Mas kamu dimana sekarang? " suara bu Anna terdengar panik.

" Dimas lagi diluar ma sama teman, mama kenapa kok panik gitu? " balas Dimas yang mulai khawatir.

" papa kamu Mas, papa masuk rumah sakit sekarang di rawat di rumah Sakit Kasih Ibu Mas " jelas bu Anna dengan suara yang menahan tangis.

" Papa sakit apa ma? " kali ini Dimas benar benar khawatir dan tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang pucat setelah mendengar papanya masuk rumah sakit.

Mentari yang berada disebelah Dimaspun dapat merasakan apa yang Dimas rasakan saat ini.

" Udah Mas kamu kesini aja duluh sampai disini baru mama kasihtahu. sekarang mama sendirian masih nungguin kakak kamu sedang dalam perjalanan " Tanpa menunggu persetujuan dari Dimas bu Anna langsung mematikan panggilannya.

" Mentari, gue balik duluhan gak apa apa yah entar loe pulangnya sama Kevin bisakan? "

" eh iya kak, gak apa apa kak "

" Vin titip Mentari yah tolong anterin "

Kevin mengangguk menyetujui ucapan Dimas. Arjuna yang mendengar Dimas menitipkan Mentari pada Kevin merasa tak terima. kenapa tidak dititipkan padanya kenapa harus Kevin? Arjuna bertanya tanya dalam hatinya.

" Kak hati hati yah, semoga papa kakak baik baik saja. " seru Mentari sebelum Dimas beranjak dari tempatnya duduk. Dimaspun mengelus halus puncak kepala Mentari lalu tersenyum dan pergi meninggalkan mereka bertiga.

" Mentari, maaf ni yah tapi gue nggak bisa anterin loe pulang soalnya tadi gue kesini nebeng sama Arjuna. Kalau loe mau kita berdua nebeng aja sama Arjuna " Kevin cengengesan memberi penjelasan pada Mentari.

" apa?! nebeng sama kak Arjuna?! " Mentari merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja Kevin ucapkan.

" Ia nebeng sama gue, kenapa? nggak mau?! " Sambung Arjuna ketus.

" Bu bukan gitu kak, tapi biar saya naik ojek saja kak pulangnya. saya nggak mau ngerepotin kakak. " seru Mentari gugup.

" Gue nggak ngerasa direpotin kok. udah yuk balik. " ajak Arjuna pada Mentari sembari berjalan keluar.

Kevin yang merasa tidak di ajak segera menahan langkah Arjuna.

" loe nggak ngajak gue balik juga? " Kevin bertanya pada Arjuna dengan tampang sok imutnya.

" Gue males harus bolak balik nganternya, loe naik taxi aja " ujar Arjuna sembari mengeluarkan uang lima ratus ribu dari dalam dompetnya lalu menyerahkannya pada Kevin.

Melihat uang yang Arjuna keluarkan Kevin tidak bersuara lagi dan mengangguk mengiyakan ucapan Arjuna.

Arjuna yang berhasil membuat Kevin menurut padanya tersenyum senang akhirnya ia bisa memiliki kesempatan untuk berduaan dengan Mentari. Arjunapun mengajak Mentari untuk segera keluar dari caffe tersebut. dengan kaki yang gemetar Mentari mengikuti langkah kaki Arjuna.

Terpopuler

Comments

Oki Indriani

Oki Indriani

aku udah baca episode 5 nya, keren banget, semangat terus kak

2020-06-28

1

alma

alma

Masih penasaran.. Lanjutt

2020-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!