Cinta Masa Kecil

Cinta Masa Kecil

Bab 1 Perpisahan

Akia Rinjani adalah gadis cantik yang imut. Namun Hidup ditengah keluarga yang sederhana. Kini usianya baru menginjak tiga belas tahun. Dia memilik sahabat bernama Denan Al Fatan. Setiap hari mereka bertemu di taman rekreasi dan itu sudah terjadi selama lima tahun dari sejak Sekolah dasar.

Setiap bertemu, Denan selalu memainkan gitarnya dengan merdu dan romantis. Namun itu adalah hari perpisahan Denan dan Akia. karena Denan akan dibawa keluarganya pindah ke Jakarta.

Akia sangat suka dengan setiap Alunan gitar indah yang dimainkan Denan. Dan itu akan menjadi ciri khas nada persahabatan mereka.Tapi Ia juga merasa sedih. Karena hari itu adalah hari yang sangat menyakitkan.

”Denan, apa kita akan bertemu lagi?" tanya Akia. Air matanya mulai berlinang membasahi pipi gadis belia itu. Tatapannya kosong, Ia pasti akan merindukan alunan musik yang setiap hari Denan mainkan untuknya.

Denan mengulas senyum lalu menggenggam tangan nya.

"Aku pasti kembali, Ki. Aku juga pasti akan merindukan masa-masa ini," jawab Denan dengan perasaan getir. Sesungguhnya Ia tak tega meninggalkan sahabatnya itu. Akia adalah gadis manja dan ngangenin menurutnya.

"Den, aku sangat nyaman berada disisi mu berjanjilah kalau kau akan datang suatu saat nanti!" Pinta Akia dengan tatapan serius.

Denan pun menyerahkan kalung yang menggantung dilehernya.

"Simpan ini Ki, suatu saat nanti aku akan kembali untuk mengambilnya darimu," tukas Denan.

"Kau yakin? Apa kau tidak bohong?" Tanya Akia tersenyum dan kembali bersemangat dengan ucapan Denan.

"Ya, aku berjanji akan hal itu. Tapi aku punya satu permintaan," ujar Denan kemudian.

"Apa itu?" Tanya Akia ingin tau. Pasalnya Ia tak punya barang berharga apapun untuk diberikan kepada Denan.

Denan pun menunjukkan jepitan rambut yang ada di kepala Akia. Gadis itu pun terkekeh dibuatnya. Namun akhirnya Ia lepaskan jepitan itu.

"Kau minta ini?" Tanya Akia sembari menunjukkan jepitan rambut itu. "Ini sangatlah murah dan tidak berharga Den, kau tidak akan mampu membuatnya bertahan sampai kita bertemu," lanjut Akia terkekeh.

Namun Denan merampas jepitan rambut itu.

"Kita buktikan!" Tantang Denan membalas Akia.

"Baiklah, o ya aku juga punya satu permintaan lagi," tukas Akia kemudian.

"Apa itu?" Tanya Denan penasaran.

"Berjanjilah, kau hanya akan memainkan nada itu untukku jika kau bermain gitar dimana pun!" Pinta Akia sembari melipatkan tangannya didada dan sedikit memasang wajah imutnya itu.

Denan pun tertawa geli dibuatnya.

"Oke, aku janji. kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan menunggu mu didepan rumah besok!" Teriak Denan sembari melangkah pergi.

"Eh, Den tunggu!" panggil Akia. Namun Denan sudah tidak mendengarnya lagi.

"Dasar! Aku akan sangat kesepian tampa mu Den," gumam Akia menatap Denan yang sudah semakin jauh.

Keesokan harinya, Denan dan keluarganya sudah bersiap untuk masuk ke mobil. Mereka akan berangkat pagi-pagi sekali. Denan memutar bola matanya melihat ke sekeliling jalanan. Namun Ia tak melihat Akia disana.

"Kamu dimana, Ki? Aku sangat berharap kalau kamu akan datang menemui aku untuk terakhir kalinya," batin Denan.

"Den, ayo masuk kita sudah mau berangkat!" Teriak Mama Yuni yang sudah lebih dulu naik ke mobil dengan ayahnya.

"Iya Ma, Denan mau masuk ni," jawab Denan.

Sampai Ia masuk dan mobilnya mulai bergerak. Denan tetap menoleh kebelakang kaca mobilnya berharap Akia berteriak memanggilnya. Tapi sia-sia Ia tak melihat Akia dimana pun hingga Mobil mereka jauh meninggalkan rumah lama Denan.

Akia berdiam diri disudut kamarnya, Ia menangis meratapi kepergian Denan. Denan adalah satu-satunya sahabat yang Ia punya. Namun kini Ia telah pergi. Entah sampai kapan mereka akan bertemu lagi.

Akia benar-benar merasa sendiri Ia hanya tinggal dengan Ibu dan Kakak tiri perempuannya yang kejam. Ayahnya sedang pergi berlayar ke Kalimantan.

Ibunya melarang Ia untuk pergi menemui Denan. Itulah sebabnya Ia lebih memilih mengurung diri dikamar.

"Akia...! Akia...!" Suara teriakan perempuan paruh baya membahana memanggilnya berulang ulang.

"Iya Bu," jawab Akia. Ia pun segera menghapus air matanya yang masih basah di pipi.

"Ada apa Bu?" Tanya Akia setelah membuka pintu.

"Ada apa? Ada apa? Lihat tu baju kotor numpuk, piring juga belum dicuci, ni lantai apalagi belum disapu. cepat bersihkan semuanya!" Bentak Bu Ratih.

"Iya Bu," jawab Akia menunduk takut akan bentakan Ibu tirinya.

"Ini lagi ngapain kamu dikamar? Habis nangis? Dasar cengeng. Denan itu anak orang kaya mana mau lama-lama jadi teman kamu," ejek Bu Ratih menonjol pipi Akia.

"Ma... maaf Bu," jawabnya. Air matanya kembali meleleh.

"Akia, kamu tu harusnya sadar diri, status mu sama Denan itu ja... uh sekali, jadi jangan mimpi berteman sama dia, lah," ejek Bu Ratih sambil menunjuk-nunjuk wajah Akia dan memasang muka sinis.

"Iya Bu," jawab Akia. Ia masih saja menunduk tak berani memandang tatapan tajam yang pasti akan menyakitkan itu.

"Ayo cepat kerjakan sana!" Perintah Bu Ratih galak.

"Iya Bu," jawab Akia lirih.

Akia pun mengerjakan semua pekerjaannya sendiri tampa saudara tirinya.

"Akia, ini sekalian ya cuciin sepatu aku!" Pinta Vivia.

"Tapi Vi, aku udah capek mengerjakan semuanya bisakah kamu mencucinya sendiri," tolak Akia halus.

"Apa?" Vivia kaget sembari berkaca pinggang dan menatap kesal. " Kamu berani membantahku, Ha?" Jengah Vivia kemudian sambil mendongakkan dagu Akia.

"Bu_ bukan begitu Vi," tukas Akia.

"Sudahlah kerjakan ini atau kau akan menyesalinya nanti!" Ancam Vivia.

"Baik Vi," jawabnya. Ia memutuskan untuk mengalah agar tidak terjadi keributan. Apalagi kalau Ibu tirinya turut campur masalah mereka.

*************

Sesampainya di kota. Denan bergegas turun dari mobil dan masuk kerumah mewah berlantai dua itu. Ia memilih kamar dilantai atas dengan girang.

Ayah dan ibunya hanya melihat dengan tersenyum memperhatikan putra semata wayangnya yang berlari-lari seperti anak kecil yang masih berumur 7 tahunan.

"Denan, ayo tidur kamu harus Istirahat. Karena besok kita akan mendaftar disekolah baru!" Pinta sang Mama.

"Iya Ma, Tapi nanti Denan mau makan bebek goreng ya!" Pintanya dengan nada merayu.

"Iya iya, nanti Mama suruh Mang Parjo beliin," jawab Sang Mama sambil menyelimuti si buah hati yang sudah berbaring di ranjang.

Yuni pun meninggalkan Denan yang masih belum memejamkan mata. Denan kembali duduk setelah dirasa Mamanya sudah pergi. Lalu membuka tas gendongnya mengambil jepitan rambut milik Akia.

Ia mengamati benda kecil yang sebenarnya tidak ada harganya itu sembari mengulas senyum. Tampak ada sehelai rambut Akia yang masih tersangkut disana.

Benda seperti itu banyak dijual dipasaran mana pun . Mungkin harganya hanya kisaran dua ribu perak saja. Tapi baginya benda itu amatlah sangat berharga.

"Aku akan menjaga jepitan ini untukmu Ki, akan ku tunjukkan padamu kalau benda ini akan tetap utuh ditangan ku sampai kita ketemu lagi. Dan rambut ini tidak akan pernah aku lepaskan dari sini," Tukas Denan berbicara sendiri. senyum indah masih saja terbit di bibirnya.

Ia memasukkan benda itu kesebuah kotak dan menyimpannya dengan aman di laci.

Terpopuler

Comments

Nur Inayah

Nur Inayah

masih nyimak lanjut thuor

2023-04-30

1

ᬊ❣️💕༄₳₣łQ₳ ₳Ⱡ ₳ɎɄ฿ł💞❣️ᬊ

ᬊ❣️💕༄₳₣łQ₳ ₳Ⱡ ₳ɎɄ฿ł💞❣️ᬊ

assalamu'alaikum othor...
sebelum ke season 2 aku mampir ksni dulu....
biar nyambung ceritanya....

awal kisah yg pahit semoga kedepan sampe ending nya manis.... 🤗

2023-03-02

1

Namika

Namika

mampir baca

2022-09-16

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!