Bab 3 Meminta Izin

Akia pun memaksakan diri mengayuh sepedanya sampai di kampus. Ia menahan ngilu yang masih terasa di lututnya akibat terjatuh dari sepeda tadi.

Semua maha siswa sudah mengunakan pakaian seragam toga khas wisuda. Mereka semua didampingi keluarga mereka.

Akia menatap sekitarnya dengan perasaaan getir. Tak ada yang mendampingi dirinya dihari terakhir

kuliahnya.

Ratih tampak baru datang dengan taksinya menyusul dan menghampiri Vivia. Kedua Ibu dan anak itu nampak sangat bahagia dan saling berpelukkan.

"Andai Ibu masih ada, pasti aku akan sangat bahagia," gumam Akia dengan perasaan sedih. Buliran bening jatuh membasahi pipinya.

"Akia, ayo pakai toga nya! kita akan memasuki ruang wisuda!" Ajak Fatimah sahabatnya.

Akia pun segera keruang ganti dan memakai baju tersebut. Mereka segera ikut berkumpul diruang wisuda. Suasana sangat ramai karena semua siswa yang wisuda ditemani kedua orang tua mereka.

Setelah mereka menunggu lama acara pun digelar.

Mereka mendengarkan pidato ketua yayasan pendiri kampus itu beberapa menit dan juga pidato dari Dosen pembimbing mereka.

Sampai dua jam bergulir akhirnya penyebutan Nama Maha siswa dengan nilai terbaik di universitas Paramida Bangsa langsung disebut.

(Nama Mahasiswa terbaik pertama diraih oleh Akia Rinjani dari jurusan Akutansi Dan Ekonomi)

Akia terkejut dan sangat bangga saat namanya disebut paling awal. Ia tak menyangka dirinya mendapat nilai terbaik di Kampus Piramida Bangsa. Ia langsung dipeluk Fatimah sahabatnya dan ikut senang akan prestasinya.

Iya pun diminta untuk naik keatas panggung menyampaikan visi dan misinya.

"Akia Rinjani, silahkan naik keatas panggung!" Tukas pembawa acara.

Aki Rinjani pun naik dan langsung disambut beberapa jajaran terpenting di kampusnya.

Ikat Kepala tanda bukti kelulusannya sudah syah dipindahkan ke sebelah kanan.

Ia juga langsung menerima piagam penghargaan, piala dan seikat bunga.

Setelah itu Ia pun menyampaikan visi dan misinya secara lantang dengan perasaan berdebar dan gugup.

Setelah semua mahasiswa dinyatakan lulus . Mereka kemudian foto bersama. Banyak dari orang tua mereka yang mengabadikan foto anak mereka di handphone.

"Akia, kau akan kemana setelah ini?" Tanya Fatimah penasaran.

"Entahlah, aku berencana ingin ke kota mencari pekerjaan di perusahaan," jawab Akia.

"Bagaimana kalau kau ikut aku ke jakarta?"

"Ha?"

"Iya, Abang ku kerja di perusahaan terbaik di Jakarta dan iya mendaftarkan aku disana? Aku akan meminta abang ku mendaftarkan mu juga," tukas Fatimah.

"Kau yakin, aku bisa ikut bekerja disana?"

"Tantu saja, Kau 'kan Maha siswa terbaik di universitas Piramida Bangsa."

"Baiklah aku akan pikirkan ajakan mu, dan meminta izin ayahku. Besok ayah akan pulang dari Kalimantan."

"Oke aku tunggu, jawabanmu lusa karena kita akan pergi Hari Sabtu," tukas Fatimah. Mereka pun berpisah di gerbang kampus.

***

Esoknya, ayah Akia sudah kembali dan disambut Akia dengan riang. Tentu saja diikuti Vivia dan Mama tirinya. Seperti biasa Mama tirinya dan Vivia menunjukkan sikap sayangnya pada Akia dihadapan sang Ayah.

"Ayah, Akia kangen," teriak Akia berhamburan memeluk sang Ayah.

"Ayah juga nak, Ayah bangga sama kamu mendengar kabar kalau kamu lulus dengan nilai terbaik."

"ayah, Vivia juga kangen," tukas Vivia ikut memeluk ayah tirinya.

Ayah mereka pun mengandeng kedua putrinya masuk kerumah. "Mas, ayo makan Ibu sudah masakin kesukaan Mas," tukas Ratih memasang muka manis.

(Itukan masakan Akia, kenapa Mama mengakui masakan itu masakannya?) Pikir Akia dalam hati.

Malam hari pun tiba, Ayah Akia tengah duduk santai di depan sembari menonton televisi. Ia ditemani Ibu Ratih yang baru datang dengan dua gelas kopi dan Vivia yang tampak asyik nyemil keripik ubi. Sesekali terdengar cekikikan tawanya menonton WARKOP DKI yang diperankan Donok, Kasino, dan Indro.

Film itu memang sangat terkenal di seantero negri ini pada masanya. sampai saat ini, film itu masih digemari banyak kalangan. Dengan aksi kekocakan kan tiga sahabat itu yang siap mengocok perut penontonnya.

Akia tampak gusar, Ia masih takut menyampaikan keinginannya untuk bekerja di Jakarta. Apalagi ayahnya baru pulang pagi tadi. Ia juga masih sangat merindukan ayahnya itu. Dan Fatimah bilang, jika Ia diizinkan, mereka akan pergi lusa.

Sungguh itu, membuat Akia bingung. Namun apa boleh buat, Ia bercita-cita ingin merubah kehidupan keluarganya untuk lebih baik dari sekarang. Dan keinginan itu sangat menggebu, mengingat Ayahnya sudah tidak muda lagi usianya sudah berkepala enam puluhan dan mungkin lebih.

Akia kasihan, jika Ayahnya yang sudah tua harus bekerja merantau ke Kalimantan berlayar terus menerus. Iya jika sang Ayah terus sehat? Bagaimana jika Ayahnya tiba-tiba sakit. Siapa yang akan menjamin kehidupan mereka. Sedangkan Ibu Ratih yang kejam itu hanya bisa hidup glamor dan meminta sesuatu yang mustahil Ayahnya mampu belikan.

Uangnya saja, tidak bisa membangun gubuk kecil itu. Ayahnya banting tulang hanya untuk menyekolahkan dirinya dan Vivia agar punya masa depan yang cerah.

"Ayah," tukas Akia memberanikan diri menyapa Ayahnya.

"Akia, ayo duduk nak!" Ajak Ayahnya menepuk kursi yang kosong disampingnya.

Akia pun melangkah mendekat dan ikut nimbrung. Ia melihat mata Ratih dan Vivia yang nampak sinis melihatnya. Tapi Akia berusaha mengacuhkannya.

"Ayah, ada yang ingin Akia sampaikan," ujar Akia. Ia menunduk takut dan gugup menyampaikan niatnya pada Ayah. Takut kalau ayahnya tidak mengijinkan dirinya pergi.

Namun sang Ayah mengusap rambut Akia dengan lembut. "Apa yang ingin kamu sampaikan, Ki?"

Tanya Ayah serius.

"Ayah," tutur Akia menatap wajah Ayah yang sudah mulai mengkerut itu. "Akia mau mintak ijin."

Ayahnya nampak terkejut mendengar ucapan Akia.

"Mintak ijin? Mau kemana nak?" Tanya Sang Ayah kemudian. Matanya itu tampak mulai berkaca-kaca.

"Fatimah, anak Pak Burhan mengajak Akia bekerja di Jakarta, Yah," Jawab Akia lirih. sebenarnya Ia belum mau meninggalkan Ayak tercintanya itu. Kerinduannya belumlah sirna.

Tampak Ayahnya menghela nafas dalam lalu menghembuskan nya dengan kasar.

"Akia, kau mau kerja apa disana?" Tanya Ayah menatap serius.

"Di perusahaan besar Ayah, Fatimah bilang Perusahaan itu terbesar di Jakarta," jawab Akia.

"Alah, pendidikan mu itu cuma bagus di Universitas kampung, Ki. mana mungkin Perusahaan besar menerimamu. Pasti banyak Anak-anak kelulusan terbaik di Universitas ternama di kota yang melamar kerja disana," sahut Ratih ketus.

"Kamu itu sok-sokan banget sih Ki mending ikut aku kerja di supermarket," jengah Vivia.

"Ratih, jangan mematahkan semangat anak begitu. Siapa tau nasib berpihak pada Akia dan dia diterima kerja disana," timbal Ayah.

"Ayah, Akia cuma mau berusaha untuk merubah kehidupan kita jadi lebih baik, supaya Ayah bisa pensiun jadi nelayan dan diam dirumah. Akia kasihan melihat Ayah pulang pergi ke pulau yang jauh itu," ucap Akia.

"Ayah mengerti nak, jika itu sudah menjadi niatmu Ayah tidak akan melarang kepergian mu," ucap sang Ayah kembali mengusap rambut Akia.

"Jadi ayah akan mengijinkan Akia pergi?" Tanya Akia meyakinkan.

Ayahnya mengangguk, tapi mata itu tampak sembab. Ada rasa getir yang Ayah rasakan saat Akia meminta ijin darinya.

"Sabar Ayah, Akia berjanji akan mengubah kehidupan kita," gumam Akia dalam hati. Ratih dan Vivia menatap tajam kearah Akia yang sedang memperhatikan keduanya.

Terpopuler

Comments

Nur Inayah

Nur Inayah

semengt akia kelak kau akan sukses

2023-04-30

1

.

.

semangat akia,,,

2022-09-17

3

nissa❤️💚

nissa❤️💚

semangat Akia tunjukin sama mama tirimu mu itu kalo kamu bisa sukses.

2022-08-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!