Rea selalu menjadi pusat perhatian di perusahaan Ainsley. Wajahnya yang manis dan ceria dan tidak segan menyapa setiap karyawan membuat semua orang begitu menyukainya. Bagi para seniornya, Rea bagaikan adik yang manis bagi mereka.
Gadis itu begitu baik, ramah dan tidak sombong. Meski telah menjadi bagian dari keluarga Ainsley, hal itu tidak membuat Rea menjadi tinggi hati. Gadis itu masih seperti yang dulu, sederhana dan apa adanya.
Dan hari ini, bukan hanya Rea yang menjadi pusat perhatian di Ainsley Corporation. Munculnya putra bungsu pemilik perusahaan, yang tersohor akan kenakalannya di masa mudanya, menjadi perbincangan oleh seluruh karyawan.
Tidak hanya membicarakan masa lalunya yang cukup meresahkan, kini ketampanan Adam menjadi perbincangan hangat, terutama oleh kaum wanita.
Aura yang Adam pancarkan terlalu bercahaya, membuat setiap orang berdecak kagum melihatnya. Tidak seperti Rea yang senang memberikan senyuman, Adam justru memancarkan tatapan tajam yang mengintimidasi.
Rea berjalan tepat di belakang Adam, gadis itu bagaikan pion yang mengikuti rajanya dalam bidak catur. Jika semakin diperhatikan, kedua saudara angkat itu lebih cocok menjadi pasangan. Satu dengan tatapan tajam nan mengintimidasi, satu lagi murah senyum. Keduanya saling melengkapi satu sama lain.
Hari pertamanya bekerja di perusahaan keluarganya, Adam cukup terkejut melihat betapa hebatnya Rea menghandle segala masalah yang ada. Dari penampilannya Rea terlihat seperti anak manja yang hanya bisa memanfaatkan orang lain, tetapi ternyata gadis itu begitu tangguh dan cerdas.
Di San Diego, Adam membantu mengelola bisnis yang dibangun oleh Abigail, sehingga dia tidak terlalu gamang di pekerjaan barunya saat ini.
Saat ini, Rea tengah mengajari Adam beberapa yang hal yang kurang Adam mengerti. Keduanya terlalu larut sampai lupa bahwa hari sudah gelap dan semua karyawan sudah pulang.
"Bagaimana, Kakak sudah paham?" tanya Rea setelah menjelaskan semuanya.
Adam mengangguk, "Ya, terima kasih banyak."
"Sama-sama Kak. Kalau masih ada yang Kakak tidak mengerti, panggil saja Rea. Rea selalu siap sedia." kata Rea.
Adam terkekeh, memberikan hormat pada gadis itu. "Siap bos." dan keduanya tertawa.
"Kita mau langsung pulang?" tanya Adam ketika mereka sudah dalam perjalanan pulang.
"Hmm...memangnya mau kemana lagi?" tanya Rea yang sebelumnya fokus ke jalan.
"Makan malam di luar. Will you?"
"Nanti Mommy akan marah kalau aku pulang lama."
Membuat Adam terkekeh, "Kenapa Mommy harus marah? Kau pergi bersamaku." ucapnya.
"Tapi..."
"Mommy sudah menyerahkan keselamatanmu padaku. Jadi, selama bersamaku kau akan aman. Mengerti?"
"Baiklah." jawab Rea pasrah.
Restoran bintang lima, menjadi tujuan mereka malam ini. Keduanya masuk ke dalam ruang VIP yang sudah direservasi sebelumnya. Dan ternyata, di dalam ruangan itu sudah ada beberapa orang yang menanti mereka.
"Ayo bro... akhirnya kalian datang. Hai Rea, apa kabar?"
Rea terkejut melihat sahabat-sahabat Adam di saja. "Kalian di sini?"
Sudah lama Rea tidak bertemu keempat orang ini, tepatnya sejak Adam pergi dari San Fransisco.
"Duduk Rea." Smith menarik kursi untuk Rea.
"Terima kasih Smith."
"Ternyata kau bisa secantik ini." seloroh Royce, yang tiada hentinya berdecak kagum akan perubahan Rea.
"Tapi dia masih tetap seperti anak kecil." balas Nicole disertai tawa jenaka.
"Aku bukan anak kecil. Aku sudah dewasa!" sanggah Rea, yang tidak pernah suka disamakan seperti anak kecil.
"Berhenti kalian semua." tawa mereka berhenti setelah Adam menyela.
Bersamaan dengan itu, seseorang datang menyapa. "Selamat malam semua. Maaf aku sedikit terlambat." sapa gadis cantik dengan penampilan bagaikan peri.
Seorang gadis masuk ke dalam ruangan VIP itu dengan begitu anggun. Gaun malam berwarna hitam membalut tubuh putih mulus gadis itu. Sepatu haknya yang tentunya tidak murah, membuatnya semakin jangkung. Semuanya terpukau, termasuk Rea, terpesona akan kecantikan wanita anggun itu.
Tetapi tidak dengan Adam, yang tatapan matanya menggelap setelah kehadiran wanita itu. Adam menatap keempat sahabatnya bergantian dengan sengit.
"Camila, kau datang? Silahkan duduk." sapa Nicole.
Gadis itu adalah Camila, mantan kekasih Adam. Entah siapa yang mengundang gadis itu kemari.
"Bagaimana kabarmu? Lama tidak bertemu, kau semakin cantik saja." Nicole membuka pembicaraan, meski suasana mencekam oleh tatapan Adam.
"Thank you Nicole. Akhirnya kita bertemu lagi. Setelah Adam pindah, kalian juga ikut-ikutan menghilang." ucap Camila.
Wanita itu tersenyum, pandangannya sedari tadi pada pria paling tampan di meja itu. Adam. Pria pujaan hatinya yang merupakan cinta masa kecilnya.
"Adam, kau tidak ingin menyapaku?" Camila sama sekali tidak menyadari aura gelap di mata Adam.
Adam berdiri tiba-tiba, kemudian menarik tangan Rea. "Maaf, kami tidak bisa ikut makan malam bersama kalian. Aku punya urusan mendadak." ucap Adam dengan nada ketus.
"Adam, jangan bercanda. Camila baru saja sampai. Setidaknya tunggulah sebentar." tahan Nicole.
Adam menatap Nicole sengit, pria itu tahu sahabat-sahabatnya merencanakan malam ini. "Kami tidak bisa menunda urusan kami!" Adam menatap Rea, memberi isyarat agar bergegas.
"Ayo." ajaknya. Dan Rea yang bingung akan keadaan menurut saja.
"Kenapa kita pergi tiba-tiba?" tanya Rea begitu mereka sudah berada dalam mobil.
Adam tidak menjawab, pria itu melajukan mobil dengan kencang membuat Rea terkejut.
"Hati-hati Kak. Aku takut." Rea menegur, tetapi masih tak kunjung dihiraukan oleh Adam.
"Kak..." rengek Rea.
"Diam!" suara Adam menggelegar di dalam mobil, begitu kencang membuat Rea seketika bungkam.
Untuk yang pertama kalinya ia dibentak, Rea hampir menitikkan air matanya. Gadis itu menatap lurus ke depan, takut melihat Adam yang kini benar-benar marah.
Tidak lama kemudian, mobil berhenti melaju. Tubuh gadis itu ditarik oleh Adam ke dalam pelukannya.
"Maaf. Aku terbawa emosi." tangan besarnya mengusap punggung Rea. Tubuh gadis itu bergetar menahan tangis.
"Sorry, aku tidak bermaksud membentakmu." pria itu menghapus air mata Rea.
Rea menggeleng, "Aku baik-baik saja. Aku saja yang terlalu cengeng." Rea menghapus air matanya.
Entah mendapat bisikan dari mana, Adam mencium kening Rea, membuat Rea terpaku.
"Kenapa?" tanya Adam.
Rea menggeleng, lalu tersenyum. "Jangan menangis lagi. Aku tidak akan membentakmu lagi." kemudian memeluk Rea lagi.
"Sudah? Kita bisa pulang?" ucapnya setelah melepas pelukannya.
Rea mengangguk, tetapi tiba-tiba perut Rea berbunyi karena kelaparan. Wajah gadis itu memerah malu.
"Kau kelaparan karena diriku. Lebih baik kita makan malam di restoran terdekat." ucap Adam.
Rea tersenyum pasrah, "Terserah Kakak saja."
***
"Apa yang kau lakukan sehingga Adam begitu marah?" tanya Nicole setelah kepergian Adam dan Rea.
Camila diam, cukup lama ia menjawab. "Hanya salah paham biasa. Tapi aku tidak tahu kalau Adam semarah ini padaku." ucap Camila dengan wajah sok polosnya.
"Heh, salah paham biasa?" Smith tertawa sinis. Sepupu Adam itu seperti mengetahui sesuatu.
"Apa yang kau ketahui Smith?" tanya Royce.
Smith menggeleng, "Tanyakan saja pada wanita ini." kemudian bergegas meninggalkan mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Meili Mekel
penasaran jodoh rea
2022-09-28
0