Episode 15

Rea sudah mengumpulkan baju-bajunya dan keluar dari kamar itu. Berat memang bagi Rea meninggalkan rumah ini. Bukan karena kemewahannya, melainkan Patricia.

Jujur, Rea sangat menyayangi Patricia seperti ibunya sendiri. Kasih sayang dan cinta Patricia melimpahinya sejak kepergian Ayah dan Ibunya. Cinta wanita itu tidak akan bisa terbalaskan.

Namun, jika Rea masih bertahan di rumah ini, gunjingan-gunjingan itu akan mendengung di telinganya tiada henti. Kini, tidak hanya Bi Molly yang menentang kehadirannya, tetapi juga Adam. Menghina dan mencacinya.

Rea menahan tangisnya, tidak ingin seorang pun melihatnya menangis.

"Kau mau kemana!" langkah Rea belum juga sampai ke pintu keluar, tapi seseorang menghalangi jalannya.

Rea menatap Adam, keningnya berkerut, dipenuhi rasa sakit hati.

"Kau tidak menyukai kehadiranku di rumah ini bukan?" Rea berusaha tidak terlihat lemah. Air matanya ditahan agar tidak jatuh.

"Dasar pembuat drama!" ketus Adam.

"Sekali kakimu melangkah keluar dari rumah ini, tamat riwayatmu!" ancam Adam.

Rea menggigit bibirnya, "Apa sebenarnya maumu? Aku menurutimu untuk pergi dari rumah ini, tapi kenapa kau malah mengancamku agar tidak pergi?!"

Rea sungguh tidak habis pikir dengan anak muda itu.

Pria itu malah tersenyum, "Aku memang membenci kehadiranmu di rumah ini. Tapi apa kau pikir kau bisa pergi semudah itu? Kau sudah mengambil perhatian orang tuaku, dan tidak mungkin mereka tidak mencarimu setelah ini! Tidak ada gunanya kau pergi, karena cepat atau lambat kau pasti akan kembali ke rumah ini."

"Aku akan pergi sejauh mungkin, dan tidak akan ditemukan oleh siapa pun." bantah Rea.

Adam terkekeh, meremehkan gadis itu, "Kau meremehkan keluargaku. Kemana pun kau pergi, bahkan ke ujung dunia pun, kau pasti akan ditemukan."

Rea menjatuhkan bahunya, tanda tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Lalu apa? Apa yang harus kulakukan? Aku bersyukur dan sangat berterima kasih banyak, karena keluarga ini menerimaku dengan baik. Tapi, satu hal yang harus kau ketahui, aku tidak pernah berniat atau bahkan memikirkannya sekali pun, niat buruk pada keluarga ini." tubuh Rea bergetar, tidak tahu lagi bagaimana menjelaskan.

"Bagaimana mungkin aku percaya begitu saja! Kau yang bukan siapa-siapa, tiba-tiba mendapat tempat di rumah ini. Bukankah kau memiliki kelicikan yang luar biasa? Mungkin kau bisa mengelabui keluargaku, tetapi tidak denganku!" tanpa ingin mendengar ucapan Rea, Adam melangkah pergi.

"Tapi tunggu, aku harus memberitahukan apa yang harus kau lakukan agar kau bisa meninggalkan rumah ini." Adam berhenti, dan mendekatkan wajahnya pada Rea.

Mata Rea yang basah menatap pria itu juga.

"Buat Mommy dan Daddy, atau kalau perlu satu keluarga ini membencimu. Dengan begitu, kau bisa pergi kemana pun kau mau." tutur Adam.

Adam pergi setelahnya, sementara Rea mematung. Adam sangat gila dan di luar logikanya. Tapi haruskah Rea melakukan itu? Haruskan ia membuat Patricia dan Abraham kecewa padanya? Padahal mereka sangat menyayangi dirinya, haruskah ia kehilangan kasih sayang mereka?

"Kau akan melakukan apa yang anak itu katakan?" Rea terkejut ketika seseorang menepuk bahunya.

Abigail tersenyum lembut pada Rea. "Jangan hiraukan anak itu. Adam masih labil dan sembrono pada semua orang." begitu lembut suara pria itu, membuat perasaan Rea sedikit lebih tenang.

"Tetaplah jadi anak yang baik dan manis untuk Mommy dan Daddy. Adam, kau jangan takut padanya. Aku tidak akan membiarkannya menindasmu seperti dulu lagi."

"Kembalilah ke kamarmu. Jangan terlalu memikirkan banyak hal." Abigail mengusap kepala Rea lembut.

Rea mengangguk, Rea memejamkan matanya ketika Abigail menghapus air mata di wajahnya. Benar-benar sebuah perbedaan yang sangat jauh antara Adam dan Abigail. Abigail sangat lembut, membuat Rea nyaman bersamanya.

Padahal sebelumnya, Rea pikir Adam dan Abigail sama saja. Ternyata penilaiannya salah, Abigail mewarisi sifat dari kedua orang tuanya.

***

Menjelang malam, keluarga Ainsley tengah berkumpul di ruang makan. Tidak terkecuali Adam, anak muda yang sering menghilang itu, kini ikut melengkapi makan malam itu.

Setelah selesai makan malam, Abraham memulai pembicaraan.

"Terkhusus untuk kedua putraku, Abi dan Adam. Sebelumnya kalian pasti sudah tahu, bahwa Mommy dan Daddy telah mengangkat seorang putri di rumah ini, Rea." ucap Abraham.

"Kalian tahu, dari dulu kami sangat ingin punya anak perempuan. Tapi karena Mommy kalian sakit, kami harus mengubur keinginan itu. Tapi, dua tahun yang lalu, kami menemukan Rea. Rea anak yang baik dan penurut. Dan selama tinggal di rumah ini pun, Rea tidak pernah menyusahkan kami. Bahkan Rea selalu membanggakan kami dengan prestasi-prestasinya di sekolah. Kami beruntung memiliki Rea." ujar Abraham, tersenyum hangat pada Rea yang tidak berani menegakkan kepalanya.

"Untuk Abi, hari ini kau sudah melihat bagaimana Rea kan?"

Abigail mengangguk, "Ya Dad. Persis seperti yang kalian ceritakan, Rea anak yang baik dan manis."

"Maka dari itu, sayangi dia dan anggap Rea seperti adik kandungmu sendiri." ucap Abraham.

"Tentu saja. Aku akan menjadi saudara yang baik untuk Rea." ucapnya lagi.

Setelahnya, Abraham pada putra keduanya. Abraham tahu, Adam sangat tidak menyukai Rea dari dulu.

"Dan kau Adam." mendengar namanya dipanggil, Adam melihat ayahnya. "Daddy tahu kau masih sulit menerima Rea menjadi bagian dari keluarga ini. Daddy dapat memahami dirimu. Tetapi, bersikaplah lebih dewasa. Jangan terlalu kekanakan dengan mengganggu Rea dengan memberikan doktrin-doktrin yang membuat Rea sakit hati." ucapan itu penuh penegasan, namun tak sedikit pun membuat Adam gentar.

Lihat saja anak muda itu, hanya diam saja, tetapi matanya dipenuhi keangkuhan.

"Dan satu hal yang perlu kau tahu, Rea tidak pernah memiliki niat untuk menjadi bagian dari keluarga ini. Tapi Mommy dan Daddy yang memaksanya agar menjadi putri kami. Jadi, jangan berpikir hal yang sama seperti Bibimu." jelas Abraham.

"Kau mengerti?"

Bukannya menjawab dengan sopan, Adam malah melenggang pergi dari meja makan, meninggalkan mereka begitu saja.

"Anak ini!" Abraham mengepalkan tangannya, tidak habis pikir dengan putra bungsunya tersebut. Tidak ada yang tahu, kenapa sifat Adam berbeda dari anggota keluarga Ainsley yang lain. Padahal, Patricia tidak pernah mengajarkan hal buruk pada Adam.

"Sayang, jangan hiraukan Adam. Anak itu memang sudah seperti itu. Bersabarlah, suatu saat nanti dia akan menerimamu." Patricia mengusap punggung Rea.

Rea tersenyum paksa, "Iya Mom. I'm oke." ucap Rea.

***

"Dasar pembuat drama!" Rea tersentak ketika seseorang menarik rambutnya, ketika baru saja sampai di dalam kamarnya.

Rea hampir berteriak, tetapi Adam membekap mulutnya. "Tutup mulutmu, jangan coba-coba berteriak!" ternyata Adam. Pria itu menatapnya dengan mata merah penuh amarah.

Masih belum melepaskan rambut panjang Rea, "Apa yang kau katakan pada Daddy-ku. Kau mengadu? Beraninya!"

Rea menggeleng, membuat Adam kesal.

"Heh, dasar licik." Adam menghentakkan tangannya, hingga akhirnya Rea terjerembab di atas lantai.

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

adam kapan sadarx

2022-09-28

0

MIKU CHANNEL

MIKU CHANNEL

ya Ampun salah apa ibunya bisa melahirkan ank yg sgt kejam itu,

2022-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!