Adam berhasil mengelabui Patricia, hingga ia bisa membawa Rea keluar dari rumah. Kini mereka berada dalam perjalanan menuju suatu tempat.
"Kita akan kemana Adam?" Rea melihat keluar jendela, dia tidak mengenali jalan yang mereka lewati, membuatnya takut Adam akan berbuat macam-macam padanya.
Sudah berapa kali Rea menanyakan hal yang sama karena Adam tidak menjawab. Alhasil, Adam menatapnya sengit.
"Sekali lagi kau bertanya, kuturunkan kau di sini! Cukup diam dan jangan banyak bicara!" ancam Adam.
Benar saja, Rea tak berkutik lagi. Gadis itu akhirnya bungkam dan tak ingin membuat Adam marah.
Tidak lama kemudian, mobil Adam berhenti di depan sebuah gedung yang cukup besar. Adam turun dari mobil, diikuti oleh Rea dengan langkah tidak stabil akibat sepatu haknya yang runcing dan tinggi.
Adam dan Rea masuk ke dalam lift, yang akan membawa mereka ke lantai teratas gedung ini. Lift berhenti setelah beberapa saat. Dan ketika lift terbuka, Rea terkejut setelah melihat kerumunan orang di rooftalk yang sudah dihias sedemikian rupa, hingga layak menjadi sebuah tempat perayaan.
Tatapan semua orang tertuju pada Adam juga pada Rea yang berdiri di belakangnya. Rea gugup, belum pernah ia ditatap begitu intens seperti saat ini.
"Yoo my bro, kau sudah sampai." Nicole menyapa Adam.
Setelahnya, Nicole menyapa Rea, begitu pun dengan sahabat-sahabat Adam yang lain.
"Rea, kau terlihat berbeda malam ini." sapa Smith.
Rea tersenyum, meski baru dua kali bertemu, Rea sudah mulai membiasakan diri akan keagresifan sahabat-sahabat Adam.
Adam tidak melewatkan sapaan kedua anak itu, membuatnya kesal. Adam segera menarik lengan Rea, lalu menyelipkannya di genggamannya.
"Selama di sini jangan pernah menjauh dariku!" bisik Adam, tetapi penuh penekanan.
Sontak, tindakan impulsif Adam, menarik perhatian gadis-gadis di sebelah sana. Mereka terlihat berbisik-bisik dengan tatapan tertuju pada Rea.
Mereka memindai gadis itu, siapa Rea, dan kenapa dia begitu dekat dengan Adam yang selalu dingin pada gadis-gadis?
Wajah Rea benar-benar menunjukkan ketidaknyamannya di tempat ini. Rea yakin, anak-anak muda ini adalah para konglomerat yang sedang melakukan perayaan. Rea sadar ini bukan dunianya.
"Ikuti aku!" kata Adam, menarik Rea menuju gadis-gadis yang menatapnya. Semakin Rea mendekat, semakin intens tatapan para gadis itu, membuat Rea akhirnya menundukkan kepalanya.
Adam tersenyum pada seorang gadis yang terlihat lebih cantik di sana. Sepertinya gadis itulah pemilik pesta ini, terlihat dari pakaian dan riasannya yang berbeda dari yang lain.
"Adam, aku tidak menyangka kau akan datang." sapa gadis cantik itu.
Mendengar suara lembut itu, Rea menegakkan kepalanya. Gadis cantik dengan aura kharismatik, menimbulkan rasa kagum dalam dirinya. Rea belum pernah bertemu orang secantik dia.
Adam tersenyum, lebih senyum sindiran, "Of course. Tidak mungkin aku melewatkan hari bahagiamu." terdengar seperti sanjungan, namun dalam kalimat itu terdapat penekanan yang tersirat.
Camila namanya, putri dari salah satu teman Ayahnya Adam. Camila merupakan sahabat sekaligus cinta pertama Adam. Mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Tetapi beberapa waktu yang lalu, Camila memutuskan hubungan mereka tanpa alasan yang jelas.
Itulah mengapa Rea ada di sini, berada di antara orang-orang yang berkasta jauh di atasnya. Adam hanya ini membuat Camila cemburu dengan keberadaan Rea.
Dan memang ya, Camila sedikit tertarik akan hadirnya Rea di pesta ulang tahunnya yang ke tujuh belas ini.
"Siapa dia Adam?" manik gadis cantik itu tertuju pada kedua tangan yang saling bertaut erat.
Adam tersenyum, "Dia penggantimu."
Mendengar pengakuan Adam akan Rea, Camila terpaku. Gadis itu sekali lagi memindai Rea dari ujung kaki hingga ujung kepala. Camila mengakui kecantikan Rea meski hanya dengan riasan make up tipis dan pakaian yang sederhana. Rea terlihat seperti gadis manis dan penurut dalam pandangan Camila, yang memang seperti itu adanya. Pantas saja Adam terpikat pada Rea.
"Rea Michaela, satu sekolah dan juga satu kelasku." kata Adam melengkapi.
Adam cukup senang melihat keterkejutan Camila. Adam yakin, Camila pasti cemburu pada Rea.
Camila tersenyum pada Rea, "Hai, namaku Camila. Aku temannya Adam." sapa Camila dengan sopan.
Rea kebingungan akan situasi ini, tetapi ia akhirnya membalas sapaan Camila. "Rea, senang bertemu denganmu." ucapnya canggung.
Disela sapaan mereka, seorang laki-laki yang tidak kalah tampan datang. Memeluk dan mencium kening Camila di depan kerumunan. Adam terkejut bukan main, kepalanya mendidih kala melihat gadis pujaannya begitu mesra dengan laki-laki lain.
Namun Adam sadar diri, kini ia bukan siapa-siapa bagi Camila. Alhasil, tangan Rea menjadi pelampiasan emosinya. Rea meringis karena Adam mencengkeram tangannya.
"Maaf, aku terlambat. Pekerjaanku sedikit menumpuk di kantor." ucap pria itu.
"Aku mengerti. Ayo sapa teman-temanku." ucap Camila.
Pria itu mengangguk dan tersenyum, "Hai semua. Terima kasih sudah datang di pesta ulang tahun tunangan saya yang ke tujuh belas."
Bagai petir di siang bolong, begitulah keadaan hati Adam saat ini. Kini Adam mengerti kenapa Camila meninggalkannya begitu saja. Ternyata ada orang ketiga di antara mereka.
Meski sebenarnya tangan Adam terasa panas ingin menghancurkan pesta ini, alih-alih Adam memilih menjauh dan duduk di tempat paling sudut. Rea dia tinggalkan begitu saja, kebingungan di sana.
"Rea, kemari." panggil Nicole yang duduk bersama ketiga sahabatnya.
Rea mendekat, duduk di kursi yang telah disiapkan. "Kau pasti bingung kan?" tebak Nicole.
Rea mengangguk. "Cukup diam di sini. Jangan mengganggu Adam." melirik Adam yang tengah meneguk alkohol di sudut sana. Mata Adam hanya tertuju pada mantan kekasihnya yang asik bersama kekasih barunya.
"Camila mantannya Adam. Mereka saling mencintai dulu. Tapi baru-baru ini, Camila memutuskannya. Tidak ada yang tahu kenapa, tapi malam ini semua sudah terbukti dengan jelas." jelas Nicole.
Drake menyodorkan segelas wine di depan Rea, "Minumanmu Nona." tawarnya.
Smith menyingkirkan minuman itu sebelum Rea menyentuhnya, "Gadis seperti Rea tidak minum alkohol!" tegasnya.
Drake mengangkat bahunya, "Santai man, aku pikir Nona ini liar dibalik wajah polosnya."
Nicole terkekeh setelah meneguk winenya, "Kau salah Drake. Rea memang anak yang polos, berbeda dari gadis-gadis lainnya. Bahkan aku yakin, dia baru pertama kali datang ke pesta semacam ini."
"Berhenti kalian berdua! Kalau Adam dengar kalian mengusik Rea, habis kalian." sanggah Smith.
"Adam yang marah atau kau Smith." ejek Royce.
Smith terdiam, rupanya mereka sadar akan ketertarikan Smith pada Rea.
"Kurasa kau yang harus berhati-hati. Kalau sampai Adam tahu kau mengincar kacungnya, habis kau." balas Royce.
Smith menatap sengit, "Tutup mulutmu Royce! Kau tidak mengerti apa-apa."
"Oke terserah kau saja." Royce mengangkat bahunya, tidak peduli.
"Smith, lihat sepupumu itu. Cepat bawa dia dari sini sebelum dia membuat kekacauan." melihat Adam yang nampaknya sudah mabuk.
Smith mengangguk, kemudian menghampiri Adam. Meski butuh tenaga untuk membujuk Adam pergi, akhirnya Smith berhasil memapah Adam.
"Ayo Rea, kau juga harus pulang." ucap Smith.
Rea mengangguk, "Kami pulang dulu." pamitnya pada ketiga orang itu.
"Hati-hati gadis manis." jawab Drake jenaka.
"Aku bertaruh, dalam waktu dekat atau lambat, Rea akan membuat kekacauan di antara kita, terutama Adam dan Smith." ucap Drake setelah kepergian mereka.
"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Nicole.
"Apa kau tidak bisa merasakan, perlakuan Adam berbeda pada Rea dibandingkan kacung-kacungnya yang dulu." timpal Royce.
"Dan aku bisa melihat, Smith sepertinya tertarik pada Rea." ucap Drake dengan senyum licik.
Nicole menggelengkan kepalanya, "Aku salut akan kepekaan kalian. Tapi kenapa hanya aku yang tidak merasakan apa yang kalian tebak?"
"Itu karena kau terlalu bodoh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Meili Mekel
lsnjut
2022-09-28
0