Abigail

Rea membuka matanya perlahan, langit-langit putih yang familiar di matanya menyambut penglihatannya. Gadis itu bangun, mengedarkan matanya ke setiap sudut ruangan kamarnya. Kini Rea hanya mengenakan baju tidurnya.

Rea ingat apa yang terjadi sebelumnya, saat dirinya didorong oleh seseorang ke kolam renang dan...

Rea terpaku kala mengingat orang yang menyelamatkannya. Adam. Ya, Rea ingat betul dan tidak salah melihat bahwa yang membawanya ke pinggir kolam adalah Adam, yang merupakan bisa dikatakan saudara angkatnya.

Rea turun dari ranjangnya, sekilas melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Rea keluar dari kamar dan menemukan Patricia dan Abraham di meja makan.

"Selamat pagi sayang. Kemari, duduk di samping Mommy." sapa Patricia.

Rea menurut, tetap ada sesuatu yang menarik perhatian Rea. Seorang pria tampan yang sangat mirip dengan Adam, duduk di sisi kiri Abraham yang duduk di paling ujung meja makan.

Pria itu menyunggingkan senyum manisnya pada Rea, membuat Rea canggung. Meski begitu, Rea tetap membalas senyuman pria itu.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Abraham.

"Baik Dad."

"Maafkan Daddy yang tidak bisa menjagamu dari Bibi Molly. Tapi kau tenang saja, mulai sekarang dia tidak akan diperbolehkan masuk ke dalam rumah ini." cetus Abraham.

Rea menggeleng, "Jangan seperti itu Daddy. Bagaimana pun, Bi Molly adalah saudara Daddy. Lagipula aku tidak apa-apa kan?"

Patricia mengusap bahu Rea, "Bagaimana pun kau memohon, jika Tuan Abraham sudah membuat keputusan, siapapun tidak akan bisa mengubahnya." ucap Patricia.

"Nah, kau tidak penasaran dengan orang di depanmu?" ucapnya lagi.

Rea melihat pria itu, pandangan mereka tertaut, pria itu tersenyum lagi padanya.

"Abigail Ainsley, putra sulung Mommy." ujar Patricia. Rea sudah menduga hal itu, karena wajah pria itu terpampang nyata di rumah ini di setiap sudutnya.

Rea tersenyum, begitu juga pria yang murah senyum itu kembali menyunggingkan senyum manisnya.

"Jadi sekarang aku punya adik perempuan?" ucap pria berumur dua puluh enam tahun itu. Nampaknya pria itu sangat gemas pada gadis yang belum genap sembilan belas tahun.

"Dia manis bukan?" sanjung Patricia.

Mendengar perbincangan mereka, Rea malah celingukan seperti mencari sesuatu. Adam, dimana anak itu? Jika Abigail di sini, maka Adam juga pasti ikut pulang, dan orang yang menyelamatkannya kemarin malam memang benar-benar Adam.

"Apakah Rea akan ikut denganku Mom?"

Rea tersentak ketika mendengar itu. Patricia pun sama, keningnya berkerut tanda tidak setuju.

"No. Tidak boleh." tegas Patricia.

"Kenapa Mom? Bukankah Rea sudah lulus sekolah, lalu akan melanjutkan ke universitas yang sama dengan Adam?" ucap Abigail.

"No no no." Patricia menegaskan dengan jari telunjuknya. "Mommy tidak mengijinkan. Mommy sangat ingin punya anak perempuan dari dulu, mana mungkin Mommy membiarkan Rea jauh dari Mommy? Asal kau tahu, sulit mencari anak seperti Rea!" tolak Patricia mentah-mentah.

Wajah Abigail seperti kecewa, Mommynya sering menceritakan Rea padanya. Abigail cukup tertarik, yang akhirnya membuatnya ingin pulang melihat gadis yang katanya polos dan lugu itu.

"Daddy?" Abigail meminta pertolongan dari Abraham, namun sepertinya dia salah.

"Daddy juga sama dengan Mommy-mu. Daddy tidak mau Rea jauh-jauh dari kami."

Dari yang Rea lihat, Abigail dan Adam memiliki perbedaan yang kentara dari segi sifat, meski paras mereka bagai pinang dibelah dua.

Abigail nampaknya ramah dan murah senyum, sementara Adam bahkan untuk tersenyum pun, mungkin hanya sekali setahun saja. Sisanya hanyalah senyum kelicikan yang digunakan untuk menindas orang-orang.

"Dimana Adam?"

Ingin sekali Rea menanyakan hal itu, tetapi bibirnya terasa kelu. Entah mengapa Rea sangat ingin melihat anak muda itu. Orang yang dulu menindasnya tanpa perasaan sedikit pun.

"Daddy sudah mendaftarkan Rea di Universitas Internasional San Fransisco, dalam tiga bulan ke depan, Rea akan memulai perkuliahannya." cetus Abraham membuat harapan Abigail pupus.

"Lalu bagaimana dengan Adam?" tanya Patricia.

"Dia sudah dewasa, biarkan dia memilih langkahnya sendiri." ujar Abraham.

"Jadi maksud Daddy, Rea masih belum dewasa, sehingga Daddy tidak membiarkannya mengambil langkahnya sendiri?" ucap Abigail jenaka.

Patricia terkekeh, "Rea sudah dalam dewasa dalam bersikap, bahkan melebihi kau dan Adam. Tapi bagi kami, Rea adalah bayi besar kami."

"Mommy..." Rea merengut karena dikatakan bayi.

Dalam perbincangan hangat keluarga itu, seseorang datang, menarik perhatian mereka. Adam datang tidak sendirian, melainkan bersama seorang wanita cantik mengikutinya di belakangnya.

Rea terpana melihat Adam yang begitu berbeda dari dua tahun terakhir pertemuan mereka. Wajahnya kini menjadi lebih dewasa dan tegas, serta tubuhnya yang dulu kurus kini terlihat lebih berisi oleh otot-otot di bagian tertentu.

Hanya satu yang tidak berubah dari Adam, yaitu tatapan tajam untuknya. Rea segera menundukkan kepala ketika Adam menyorotnya sengit, persis seperti dua tahun yang lalu.

"Selamat pagi semuanya." bukan Adam yang menyapa, melainkan wanita yang datang bersama Adam.

Wanita itu adalah Camila, mantan kekasih Adam. Sama seperti Adam, Camila menjelma menjadi gadis yang amat sangat cantik, membuat Rea sekali lagi terpana memandangnya.

"Selamat Pagi Camila. Kapan kau kembali dari London?" tanya Patricia setelah mereka berpelukan sebentar.

Camila duduk di samping Adam, tepat di depan Rea. Adam mengambil sarapannya dalam diam tanpa menyapa seorang pun di ruangan ini. Sementara Camila yang sempat bertemu pandang Rea, langsung mengalihkan pandangannya menganggap seolah Rea tidak ada di sana.

"Minggu yang lalu aunty." jawab Camila dengan senyum manisnya.

"Kenapa tidak datang menyapa aunty dan uncle?"

"Maafkan Camila aunty. Camila pikir, Camila tidak lagi diterima di keluarga ini, makanya Camila segan datang. Padahal Camila juga sangat merindukan aunty." tutur bahasa Camila terdengar sangat akrab dengan Patricia, menandakan hubungan mereka dulu cukup dekat.

Rea merasa dirinya terasingkan dalam perbincangan ini, membuatnya ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Tapi ketika tadi malam Adam datang menemuiku, ternyata aku salah paham selama ini." ucap Camila dengan semu merah di wajahnya.

"Mom, Rea ke kamar dulu." ucap Rea pada Patricia setengah berbisik.

"Iya sayang. Segeralah mandi dan bersiap-siap, kita akan pergi ke suatu tempat." ucap Patricia.

Setelah kepergian Rea, Abraham membuka suara. "Uncle dengar, kau sudah bertunangan dengan putra bungsu Tuan Tony Addison, Camila. Bagaimana hubungan kalian sekarang?" ucap Abraham tanpa jeda, membuat Camila terdiam.

"Tunangan?" Patricia kebingungan.

"Itu... Daddy dan Mommy sudah membatalkan pertunangan itu Uncle." ucap Camila.

Camila bisa merasakan tatapan kecewa dari Patricia yang dulu sangat merestui hubungannya dengan Adam.

"Lalu setelah itu, kau datang kembali pada Adam lagi?" tanya Abraham telak.

"Jadi, alasanmu meninggalkan Adam karena itu Camila?" bertubi-tubi pertanyaan datang, membuat Camila tidak dapat berkutik.

"Bukan begitu aunty, Daddy yang merencakan pertunangan itu. Dan Camila sama sekali tidak bisa menolak perintah Daddy." sanggah Camila.

Abraham menggelengkan kepalanya, "Daddy-mu sudah mengatakan semuanya padaku. Bahwasanya kau sendiri yang ingin dijodohkan dengan putra bungsu Tuan Tony!" ucap Abraham telak.

Adam yang mendengar itu mengangkat pandangannya. Melihat Camila, wanita yang dipujanya dengan sengit.

Terpopuler

Comments

Meili Mekel

Meili Mekel

👍👍👍

2022-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!