Bukan bermaksud mengekang Rea, tetapi Rea bagaikan musafir di padang gurun. Seorang gadis dengan pribadi yang unik, dan sangat disayangkan jika keunikannya tercemar oleh dunia yang kejam ini.
Abraham menjaga Rea sebaik mungkin, tanpa membuat gadis itu merasa tertekan. Dan memang, Rea tidak merasa terganggu dengan keposesifan Patricia dan Abraham. Mungkin karena kehilangan kedua orang tuanya terlalu cepat, Rea begitu menikmati kasih sayang mereka.
Karena tidak ingin kehilangan Rea, Abraham dan Patricia sampai tidak ingin membiarkan Rea memiliki pasangan. Karena jika Rea memiliki pasangan dan menikah, pasti gadis itu akan mengikuti suaminya dan meninggalkan mereka. Hilang sudah putri kesayangan Nyonya Patricia.
Oleh karena itu, Tuan dan Nyonya Ainsley merencanakan sesuatu yang tidak terduga.
***
"Kak Abi...." sapa Rea ketika Abigail serta calon istrinya masuk ke dalam rumah. Rea memeluk Abigail, bergantian dengan wanita yang sudah beberapa kali dia temui.
"Selamat datang Kak Claudia. Bagaimana kabar Kakak?" sapa Rea pada calon kakak iparnya. Rea memang sudah akrab dengan calon istri Abigail, karena Abigail juga sering mengajaknya pulang dan berlibur bersama.
"Aku baik. Kau semakin cantik saja Rea. Pasti banyak laki-laki yang suka padamu." puji Claudia.
"Kakak lebih cantik." keduanya saling merangkul dan masuk ke dalam rumah.
Claudia menyapa Patricia dan Abraham, bersamaan dengan itu, Rea dikejutkan oleh kehadiran seseorang.
Gadis itu mematung melihat sosok bertubuh jangkung, masuk ke dalam rumah. Tatapannya tertuju pada Rea, membuat gadis itu terpana.
Adam. Rea memanggil nama itu dalam hati.
Ya, sosok itu adalah Adam. Muncul secara tiba-tiba membuat Rea terkejut setengah mati. Jantung Rea berdegub dengan kencang, melihat betapa indah ciptaan Tuhan di depannya ini.
Tubuh yang semakin tinggi dengan otot-otot menempati lengan dan dadanya, tercetak jelas di balik kemeja hitamnya. Serta rahang tegas melengkapi ketampanannya, membuatnya ditakuti dalam pandangan pertama.
"Adam, kau juga ikut pulang?" Patricia juga terkejut melihat kepulangan putra bungsunya.
"Kenapa tidak memberitahu Mommy?"
"How are you Mom?" sekali lagi, Rea merinding mendengar suara bariton yang terdengar berat di telinga. Adam berubah sepenuhnya menjadi seorang pria dewasa.
"Mommy baik-baik saja." Patricia mengangkat alisnya. Terkejut ketika mendengar pertanyaan Adam. Untuk pertama kalinya, Adam menanyakan kabarnya setelah sekian lama.
"What's wrong with you, son?" tanya Patricia.
Adam tersenyum, begitu manis, membuat semua orang di rumah itu terheran-heran.
Patricia dan Abraham melirik Abigail, sebagai saksi akan tingkah laku Adam di San Diego. Abigail mengangkat bahunya, bahkan dia pun kebingungan akan perubahan Adam.
Lima tahun tidak bertemu, Adam berubah total dalam penampilannya, tetapi tidak ada yang tahu dengan sifatnya. Apakah jiwa penindas itu masih melekat dalam dirinya?
Setelah menyapa kedua orang tuanya, Adam menatap Rea yang mematung tidak jauh darinya. Perlahan tapi pasti, Adam mendekati Rea. Tatapan mereka tertaut, Rea penuh ketakutan, sementara Adam tersenyum manis.
Namun, semanis apapun senyum itu, bagi Rea, itu adalah senyum licik paling mematikan. Rea tidak akan pernah melupakan senyum penuh bisa itu.
Ada mengangkat tangan kanannya, menjulurkannya ke kepala Rea. Dan gadis itu refleks menutup matanya dan mengangkat tangannya sebagai bentuk perlindungan diri.
Semua terdiam, jantung Rea berhenti berdetak ketika merasakan usapan lembut di kepalanya. Gadis itu membuka mata perlahan, melihat Adam yang masih tersenyum.
"Bagaimana kabarmu, adik?"
Semua orang terdiam, mematung melihat pemandangan yang begitu mengejutkan itu. Seorang Adam, yang dikenal dengan sifat angkuh dan dinginnya, dan mereka tahu betapa Adam sangat membenci Rea. Kini, Adam melakukan sesuatu yang tidak terduga.
"Hei, kenapa kau diam saja?" Adam menjentikkan jarinya di depan wajah Rea, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
Suara Rea tercekat, masih belum bisa menguasai dirinya. Rea tidak tahu mau menjawab apa.
"Ada apa? Ada yang salah? Atau kau tidak mengharapkan kedatanganku?" tanya Adam bertubi-tubi, membuat Rea segera menggelengkan kepalanya.
"Ti..tidak." gadis itu gagap. "A...aku..."
Patricia menepuk bahu Adam, "Kau ini, tentu saja Rea terkejut. Dulu kau sangat jahat dan ketus pada Rea. Tidak heran kalau Rea bingung dengan sikapmu yang tiba-tiba berubah."
Adam mengangkat alisnya, "Benarkah? Tetapi apakah salah jika Adam berubah Mom?"
"No. Justru Mommy malah senang dengan perubahanmu yang sekarang. Tidak ketus dan kasar lagi. Mommy harap kau akan begitu seterusnya." ucap Patricia.
"Iya Mom. Seiring berjalannya waktu, Adam didewasakan oleh keadaan di sana. Sekarang Adam sadar, sifat Adam yang dulu tidak benar." ucap Adam, seolah ia adalah laki-laki yang bijak.
Patricia tersenyum lebar, tidak menyangka putra bungsunya berkata sebijak ini. Wanita itu melihat suaminya, sementara Abraham hanya mengedikkan bahunya, namun turut senang akan perubahan putranya yang nakal.
Malam semakin larut, setelah perbincangan hangat keluarga bahagia itu selesai, Rea masuk ke dalam kamarnya. Sudah pukul dua pagi, tetapi Rea masih belum bisa memejamkan matanya.
Gadis itu masih memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. Perubahan drastis Adam mengejutkan batinnya. Rea bertanya-tanya dalam hati, benarkah Adam sudah benar-benar berubah? Atau pertunjukan tadi hanyalah sandiwara semata, untuk memulai rencana buruk untuk dirinya?
Tapi, terlepas dari itu, Rea juga senang jika Adam memang benar-benar tulus padanya. Rea bangun dari tempat tidur karena merasa haus. Melihat gelas di kamarnya kosong, gadis itu memilih turun ke dapur.
Rea membuka pintu kamarnya, gadis itu hampir berteriak ketika melihat seseorang berdiri di depan kamarnya.
"Maaf, aku membuatmu terkejut." ucap Adam dengan suara pelan.
"A..apa yang kau lakukan di depan kamarku?" tanya Rea, meski jantungnya berdetak tidak karuan.
Adam tersenyum, kemudian menunjukkan sebuah kotak dari belakang tubuhnya. "Tadinya aku ingin memberikan ini, hadiah atas pertemuan kita setelah lima tahun. Kupikir kau sudah tidur, ternyata belum." jelasnya.
Mendengar itu, lagi dan lagi Rea terkejut akan sikap Adam. Sejak kapan Adam berubah menjadi sosok yang lembut?
"Aku tidak bisa tidur." jawab Rea.
Adam mengangguk, "Aku juga. Aku ingin menikmati udara malam di balkon kamarku. Mau ikut?" tanyanya.
Rea mengerutkan keningnya, prasangka buruk dan kecurigaan memenuhi kepalanya.
"Kau masih berpikir buruk tentangku? Come on Rea, aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, tidak mungkin aku melakukan sesuatu yang buruk padamu. Lagi pula aku ingin berbincang dan lebih mendekatkan diri denganmu sebagai saudara." jelas Adam.
Cukup lama Rea berpikir, pikiran polosnya mengiyakan segala yang Adam katakan.
Rea mengangguk, menciptakan senyum manis di wajah pria itu.
"Baiklah. Simpan ini." memberikan kotak coklat dengan desain mewah itu. Rea menurut, menyimpan hadiah itu, lalu mengikuti Adam masuk ke dalam kamarnya yang tidak jauh dari kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Boru Silalahi
selalu ada pertobatan
2023-01-24
0
Meili Mekel
adam berubah
2022-09-28
0