Rea masuk ke dalam kamar Adam, dimana ini adalah pertama kalinya ia masuk ke sana. Meski hampir delapan tahun tinggal di rumah ini, Rea tidak berani masuk ke dalam sana.
"Kau duluan saja, aku akan mengambil sesuatu." ucap Adam.
Rea menurut, dengan perasaan was-was gadis itu pergi menuju balkon kamar Adam. Sembari itu, manik Rea juga menelusuri kamar Adam yang berbeda dengan ruangan lainnya.
Sama seperti orangnya, kamar ini lebih didominasi oleh nuansa gelap. Tidak banyak barang di sana, hanya ada satu lemari besar dan beberapa foto menggantung di dinding.
Rea duduk di sebuah kursi yang ada di balkon, tidak lama kemudian, Adam datang meletakkan sebuah botol dan dua gelas kecil di atas meja.
"Jadi, bagaimana menurutmu bekerja di kantor Daddy? Apakah menyenangkan?" tanya Adam, memulai pembicaraan.
Pria itu menuangkan anggur ke dalam gelas.
Rea mengangguk, "Daddy mengajariku dan aku mendapat banyak pengalaman dari sana." jawabnya.
Adam memberikan anggur pada Rea, dan Rea menggeleng. "Aku tidak minum alkohol." tolaknya halus.
Adam mengangkat alisnya. "Tidak pernah minum atau..."
"Aku tidak pernah minum alkohol. Kata mendiang ibuku, alkohol tidak baik untuk kesehatan." ujarnya.
Tentu Adam heran, bagaimana mungkin gadis seusia Rea tidak pernah mencicipi yang namanya alkohol. Apalagi Rea berada di lingkungan yang selalu berhubungan dengan cairan memabukkan itu.
"Baiklah. Aku tidak akan memaksa. Tapi aku boleh minum kan?" ucap Adam.
"Tentu saja."
"Kudengar kau beberapa kali berhasil memecahkan proyek hingga menaikkan profit perusahaan?"
Rea tersenyum, kemudian mengangguk samar.
"Wow, aku tidak menyangka." sambil meneguk anggur merahnya.
Ketika Adam untuk yang ketiga kalinya menuangkan red winenya, Rea memegang tangan Adam.
"Jangan terlalu banyak minum, tidak baik untuk kesehatanmu." gadis itu menggeleng.
Entah mengapa gadis itu tidak terlalu takut lagi dengan Adam. Rea mulai menunjukkan perhatiannya, sama seperti dirinya memperlakukan Abigail.
Adam terpaku, menatap gadis itu cukup lama. Rea yang merasa terlalu lancang dan mengira Adam marah, langsung menarik tangannya.
"Maafkan aku. Aku refleks melakukannya." Rea sungguh takut Adam marah.
"Hei, kenapa wajahmu ketakutan seperti itu. Santai saja." ujar Adam.
"Kak Abi bilang, dia berhenti minum alkohol karena kau selalu melarangnya. Dan aku juga ingin seperti Kak Abi. Aku ingin berhenti dari minuman sialan ini. Maka ingatkan aku jika aku menyentuh minuman ini lagi." Adam tersenyum lembut, membuat Rea bisa bernafas lega.
Rea pun tersenyum, membalas pria itu. Adam mengangkat gelas berisi setengah red wine. "Satu gelas terakhir. Bolehkan?"
Rea mengangguk. Tidak berapa lama kemudian, Rea menguap.
"Kau mengantuk?" tanya Adam.
Gadis itu mengangguk. "Kalau begitu pergilah tidur."
Keduanya beranjak dari balkon, Adam mengantarnya sampai pintu kamar.
"Rea, tunggu." Adam menarik tangan Rea, sebelum gadis itu pergi.
"Ada apa?"
Pandangan Adam begitu dalam menyorot mata Rea, membuatnya salah tingkah.
"Maaf akan segala kejahatanku padamu." ucap Adam.
Tanpa berpikir lama Rea, mengangguk, gadis itu tersentuh akan permintaan maaf Adam.
"Rea sudah memaafkan Kak Adam dari dulu. Justru Rea yang harusnya berterima kasih banyak. Karena keluarga Kak Adam sudah mau memungut Rea dari keterbuangan." tutur gadis itu dengan tulus.
Adam tersenyum, lalu melebarkan kedua tangannya, membuat Rea bingung.
"Kau tidak ingin memelukku? Pelukan persaudaraan?" ujar pria itu.
Rea tertawa kecil, tanpa menunggu lama, menyambut pelukan Adam.
Bangun dari tidurnya, wajah Rea begitu cerah dan ceria. Sambil bersenandung ria, gadis itu memulai kegiatannya seperti biasa. Rea teringat tadi malam, momen dimana hubungan yang baik dimulai antara dirinya dengan Adam.
Gadis itu begitu senang, karena akhirnya Adam sudah menerimanya di keluarga ini. Entah apa yang merasuki Adam, Rea tidak peduli. Yang penting Rea sangat bersyukur akan hal itu.
"Pagi Mom." Rea mencium pipi Patricia begitu sampai di meja makan. Semua anggota kelurga sudah ada di sana, termasuk Adam yang terlihat gagah dengan setelan kemeja yang pas membungkus otot-otot tubuhnya.
"Rea, kau akan tetap bekerja hari ini? Tidak ingat kalau kita akan memilih gaun pengantin Kakak hari ini?" tanya Claudia.
"I'm so so sorry Kak Clau. Hari ini Rea harus menghadiri meeting dengan klien dari Jakarta. Kalau sempat, Rea pasti datang menyusul." ucap Rea penuh rasa bersalah.
Wanita dengan model rambut sebahu itu tersenyum lesu, "Baiklah. Tapi janji, kau harus datang."
"Siap Kak. Rea janji."
"Kak Adam mau kemana?" Rea tidak bisa mengabaikan kehadiran Adam di sini.
"Sayang, mulai sekarang Adam akan menjadi wakil presdir di perusahaan." ujar Abraham.
Rea tersenyum, "Benarkah?" gadis itu menatap Adam, layaknya anak kecil Rea begitu ceria.
Adam mengangguk samar disertai senyum manisnya.
Patricia menepuk pundak Adam, "Kenapa tidak dari dulu kau begini Adam? Asal kau tahu, Mommy sangat mendambakan suasana seperti ini di rumah ini. Tapi karena sifatmu yang terlalu egois dan semena-mena, semuanya hanyalah angan bagi Mommy." tutur Patricia.
"Tapi sekarang Adam tidak begitu lagi Mom." sanggah Adam.
"Yah, semoga ke depannya kau tetap seperti ini."
***
"Mulai sekarang Rea kami serahkan padamu. Di kantor jangan biarkan laki-laki lain mendekat jika tidak ada kepentingan yang berurusan dengan kantor." perintah Patricia saat mengantar mereka ke depan. Rea sudah duluan masuk ke dalam mobil.
Kening Adam berkerut, "Kenapa kalian mengekang Rea Mom?" sanggahnya.
Patricia menggeleng, "Kami tidak mengekang Rea Nak. Tetapi Rea sangat berharga bagi kami. Rea sangat polos dan lugu, Mommy takut orang lain memanfaatkan keluguannya."
"Lebih berharga mana, Rea atau aku?" Adam menatap intens sang ibu.
Cukup lama mereka bertatapan, "Apa maksud pertanyaanmu? Jangan bilang kau cemburu pada Rea?"
"Aku rasa semua anak akan cemburu jika melihat ibu kandungnya lebih perhatian pada orang lain." ujar Adam.
Patricia geram, ia kemudian mengetuk kepala Adam, "Jadi kau mau Mommy perlakukan sebagaimana Mommy memperlakukan Rea?"
"Baiklah. Kalau begitu mulai besok kau harus ikut belanja dengan Mommy, ikut arisan sosialita dan menemani Mommy ke salon." cecar Patricia.
"Mom, aku bukan perempuan."
"Tapi kau bilang, ingin diperlakukan seperti Rea!"
"Tapi tidak begitu...."
Patricia memukul bahu putra bungsunya, "Sudah-sudah. Kau ini masih saja cemburu pada anak malang itu. Rea itu masih seperti anak kecil bagi kami, jangan coba-coba cemburu pada anak kecil. Ingat umurmu!"
Adam tidak tahu ternyata betapa terjaganya Rea oleh kedua orang tuanya. Rea bagaikan permata berharga yang pantang disentuh oleh sembarang orang.
Entah apa yang Rea lakukan, membuat kedua orang tuanya jatuh hati sedalam itu padanya. Dia saja yang anak kandung sangat jarang mendapat perlakuan seperti itu. Adam merasa dianaktirikan oleh orang tua kandungnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Meili Mekel
adam cemburu
2022-09-28
1
MIKU CHANNEL
ternyata kamu cemburu kpd Rea, Rea itu pr yg baik dan lugu yg hrs dijaga, kamu itu lk2 selalu buat onar utk apa dijaga km bisa jg diri km sendiri,
2022-09-17
0