Barbara sadar dari pingsannya, dia mendapati dirinya ada di sebuah gedung kosong dengan plafon tinggi. Disekitarnya sangat gelap, hingga pandangannya terhadap subjek jauh terlihat kabur.
Maxime dan Xavier berada di sampingnya, meski jubah mereka menutupi wajah mereka, namun Barbara tahu hanya dengan mencium aroma mereka.
Maxime dan Xavier tengah menundukkan kepala mereka, tidak hanya mereka, bahkan kesembilan rekannya yang ada di tempat pun melakukan hal yang sama.
"Kau sudah sadar, Nona Zoe.." ..
Suara seorang gadis terdengar santai.
Sebuah suara mengejutkan Barbara, tanpa berani melihat ke depan, Barbara segera tunduk dan meminta maaf.
"Maaf, aku benar-benar tidak sadar kau ada di hadapan ku.." ucap Barbara.
"Tidak apa-apa.. Aku baru saja tiba, sepertinya hal kecil baru saja terjadi.." ..
"Itu salahku.. Mereka mencoba menahan ku agar tidak melukai wanita itu, maaf.." ucap Florin.
"Wanita itu memang sekarat, dia tiada tak lama setelah kau mengamuk.. Tapi, kedepannya kau harus lebih mengendalikan dirimu, Flo. Kau itu kuat, bahkan aku tak yakin jika Aku dan Emmanuel juga mampu menahan dirimu.." ujar Jasper.
"Aku akan lebih berusaha.." ucap Florin.
"Sepertinya mereka memang berniat memberontak, kita kecolongan hari ini.. Ku yakin orang-orang militer akan menyelidikinya secara menyeluruh.." ujar Lux.
"Hindari mereka, sebisa mungkin jaga identitas kalian.." ..
"Bukankah itu artinya perburuan kita bersifat terbatas?" tanya Xavier.
"Maka, cari cara agar mereka tidak membatasi kalian.." ..
Gadis yang berdiri diantara sepuluh orang yang menunduk di hadapannya terlihat berkuasa dan dihormati, mereka memang berbicara santai, namun tak ada satupun dari mereka yang berani menatapnya.
"Aku menemukan seorang Induk Semang yang bersembunyi di Savannah, aku ingin satu orang pergi dan membereskannya.." ..
"Aku akan pergi.." ucap Florin.
"Tidak, atas kejadian hari ini, aku akan membatasi pergerakan mu.. Peter akan pergi.. Sisanya aku akan menunggu sebuah kepala dari kalian.." ..
"Baik, Phantom Child.."
Mereka bergerak sesuai dengan apa yang ditugaskan. Peter segera menuju ke Kota Savannah untuk misi khusus. Sementara kesembilan rekannya pergi berburu.
Keesokan harinya, saat pagi buta, Aillard pergi dengan terburu-buru, dia mendapat panggilan mengenai kasus baru yang terjadi di Shannon, letaknya hanya beberapa kilometer dari Cafe milik Audric.
Saat Aillard sampai, Damian sudah ada di TKP bersama Dax.
"Kapan kau datang?" tanya Aillard begitu tiba.
"Aku baru saja sampai.. Lihat, lagi-lagi cara mati yang aneh.." ucap Damian.
"Seperti gigitan binatang?" ujar Aillard.
"Kau benar, namun binatang apa yang ada di tengah kota ini?" tanya Damian.
"Apa mungkin anjing gila?" tanya Aillard.
Damian menggeleng tak setuju.
"Baiklah aku mengerti, kita akan menyerahkan wanita ini ke tim forensik untuk di periksa.. Aku akan mencari jejak pelaku dan memeriksa CCTV di sekitar.. " ujar Aillard.
"Aku akan membantu mu.." ujar Dax.
"Yah, tentu.." balas Aillard.
"Brutal sekali?" gumam Damian yang terus memperhatikan leher korban yang terkoyak.
Saat fajar mulai menyingsing, Aillard mendapat panggilan lagi dari Brian. Brian memberitahu kalau Teror Lima Pembunuh terjadi lagi di Savannah. Korbannya adalah seorang pengusaha kaya yang berasal dari Dixie.
Aillard menyerahkan kasus Shannon ke Damian dan Dax. Sementara dirinya membawa Brian pergi ke Savannah untuk mengambil alih kasus dari Detektif setempat.
Malam pun tiba, Aillard dan Brian masih dalam perjalanan menuju Savannah, Damian dan Dax sibuk menunggu hasil autopsi sambil mencari jejak pelaku, namun tidak ada satupun CCTV disekitar TKP.
Damian dan Dax mencari rute yang memungkinkan terdapat CCTV dan menangkap sosok pelaku. Di persimpangan yang tak jauh dari TKP, Dax menyadari adanya CCTV disana. CCTV tersebut milik sebuah kedai yang ada disana. Atas izin pemilik kedai, Damian pun bisa melihat siapa saja yang beraktivitas di waktu kematian korban.
Tanpa Damian dan Dax sadari, dua orang berjubah hitam merasa pergerakan mereka terbatas karena Damian dan Dax masih mencoba menyelidiki kasus tersebut. Namun, atas penglihatan seorang rekan, keduanya pun berencana mencaritahu apa yang Damian dapatkan dari rekaman itu.
Secara bersamaan Damian dan Dax terkejut saat mereka menemukan sesuatu. Mereka berdua berulangkali mengulang rekaman tersebut sampai yakin penglihatan mereka tidak salah. Bahkan, pemilik kedai yang ikut menonton pun ikut merinding melihatnya.
"A-apa itu?" tanya pemilik kedai.
"Mereka sangat cepat.." gumam Damian.
"Dua orang, berjubah hitam.. Tinggi mereka sekitar 175cm dan 185cm.. Berlari dengan sangat cepat ke arah TKP" ujar Dax.
"Bagaimana caramu mengetahuinya?" tanya Damian.
"Aku sangat yakin!" ucap Dax tegas.
....
"Apa itu Barbara dan Maxime?" seseorang berjubah hitam yang sedang menguping itu menyeletuk.
...
"Ada penguntit!" ujar Dax yang kemudian langsung berlari keluar.
...
"Sial!" umpat si jubah hitam yang ternyata adalah Lux.
"Terlambat!" ucap Xavier.
Dax datang dan sempat melihat mereka berdua, namun segera Xavier memukul dadanya hingga Dax terlempar jauh. Sebelum sempat Dax bangkit, Lux dan Xavier sudah kabur lebih dulu.
"Dax?" Damian memanggil.
"Aku disini!" ucap Dax.
"Sedang apa kau disana?" tanya Damian.
"Mereka memukulku.." ucap Dax.
"Jadi kau terlempar?" tanya Damian.
Dax tidak menjawab, dia mencoba bangkit dan berjalan ke arah Damian dengan tertatih.
"Siapa?" tanya Damian.
"Dua orang itu berjubah hitam, namun bukan yang ada dalam rekaman CCTV, dengan ini bisa dipastikan mereka sedang mencoba menghancurkan barang bukti namun kita mendahuluinya.. Pelakunya tidak hanya dua orang dan mereka bukan binatang buas!" jelas Dax.
Damian menatapnya mengerti.
"Un-Human.." tambah Dax.
Damian menyalin rekaman CCTV sebagai barang bukti, sementara Dax akan menjadi saksi pertama. Tinggal menentukan siapa dari Lima Pembunuh Berantai yang merupakan pelaku kali ini.
Sementara itu, Lux dan Xavier yang terlibat dengan Dax menyadari sesuatu yang janggal.
Lux melihat Xavier yang terus menerus menatap telapak tangannya sejak kabur dari Dax.
"Ada apa, Xavier?" tanya Lux.
"Lux, mau mencoba pukulanku?" tanya Xavier.
"Apa itu percobaan pembunuhan?" tanya Lux.
"Tidak, kau tahu bukan seberapa berpengaruhnya pukulanku kepada manusia?" tanya Xavier.
"Tentu saja, aku bisa mati.." ucap Lux.
"Lux, kau melihatku memukul pria itu tanpa meleset sedikit pun bukan?" tanya Xavier lagi.
"Iya.."
"Itu tak berpengaruh padanya.. Dia hanya terlempar beberapa meter.. Seharusnya hanya 'Predator' yang bisa menahan pukulan ku.. Lux, ku pikir kita dalam masalah.." ucap Xavier.
"Aku mengerti maksudmu mengenai pria itu, tapi masalah apa yang akan datang pada kita?" tanya Lux.
"Phantom Child.." ucap Xavier lirih.
Lux menghentikan langkahnya, dia benar-benar melupakan sesuatu yang penting. Mustahil untuk Phantom Child tidak mengetahui apa yang terjadi hari ini. Penglihatannya tidak bisa dipungkiri kehebatannya, entah itu masa lalu ataupun masa depan, dia bisa melihatnya bahkan hanya dengan menatap targetnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 12 Episodes
Comments
Hanabi Kuze
Mulai nongol nih si Phantom, lanjut Thor
2022-12-30
1