Maxime & Emma

Dunia ini tidak hanya di tinggali oleh manusia, binatang dan tumbuhan. Tanpa manusia sadari, sesuatu hidup bersama mereka, bersembunyi dengan baik tanpa menunjukkan wajah aslinya.

Itulah apa yang dipikirkan oleh Damian, berbeda dengan Aillard yang selalu menggunakan logika, Damian mencoba berfikir diluar nalar, melebihi batas lazim manusia dimana semuanya menjadi masuk akal jika pemikiran itu ia gunakan.

Damian memegang kendali selama Aillard tidak ada, sedangkan Aillard sendiri tidak tahu menahu mengenai Damian yang tiba-tiba bergabung dan mengatur orang-orangnya. Brian pun hanya tahu patuh pada Damian atas perintah kepala polisi militer, Razac Anthonio.

Aillard tiba di Shannon setelah tiga hari, tepat seperti perhitungan Damian. Berbeda dengan saat dia berangkat, perjalanan kali ini sangat lancar tanpa ada sedikitpun masalah, seolah apa yang mereka alami sebelumnya tidak pernah terjadi.

Sementara Aillard pergi bekerja, Zico bersama Audric menuju rumah mereka. Zico masih sangat diam, dia hanya berbicara sedikit saat diperlukan, selebihnya dia hanya membisu.

Di kantor kepolisian, kedatangan Aillard disambut oleh Brian yang memang sudah menunggunya. Selain Brian, seseorang pun sudah siap untuk memperkenalkan diri secara resmi untuk pertama kalinya.

"Aillard, kau sangat terlam--

"Bagaimana situasi saat ini?" Tanya Aillard memotong.

"Setidaknya biarkan aku menyelesaikan kata-kata ku dulu!" Gerutu Brian.

"Tuan Randolf?"

Seseorang memanggil dari dalam kantor, tak lama kemudian dia menampakkan diri bersama dengan seseorang yang setia mengikutinya.

"Kau?"

"Aku Damian, seorang kriminolog yang kini ditugaskan di divisimu, dan ini adalah Dax Lawrence, dia asisten sekaligus sekretaris pribadiku.. Senang bertemu denganmu, Tuan.." ucap Damian.

"Ah, aku sudah meminta bantuannya sejak lama, akhirnya aku mendapatkan juga.. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!" Balas Aillard.

"Tentu, kau tidak perlu meragukan ku.." tambah Damian.

Selang beberapa detik, seseorang datang untuk memanggil Aillard atas perintah Razac. Aillard pun undur diri untuk menemuinya.

Disisi lain, Zico mengurung diri di kamarnya, sementara Audric sedang bersiap-siap untuk pergi ke cafe.

Sebelum berangkat, Audric pergi ke kamar Zico untuk memberitahunya, namun setelah berbicara, dia tak mendapat jawaban apapun. Dia berbicara sekali lagi, kali ini dia mengajak Zico ke Cafenya untuk sedikit mengisi waktu kosongnya bersantai di Cafe milik Audric di bandingkan dengan mengurung diri di kamar.

"Zico, kalau kau mau, kau boleh ikut pergi, setidaknya kau bisa bersantai sambil menikmati kopi di bandingkan dengan berdiam diri di kamarmu.." ucap Audric.

Tak lama setelah itu, Zico membuka pintunya, Audric melihat ekspresi datar di wajah Zico.

"Maaf, aku kelelahan, aku akan beristirahat saja di rumah, kakak hati-hati dijalan.." ucap Zico.

Setelah mengucapkan hal itu, Zico kembali masuk ke kamarnya tanpa basa-basi lagi, Audric pun memaklumi hal itu, sama seperti dirinya dulu, Zico pun mungkin masih belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Apalagi, keputusan ini bukanlah hal yang ia inginkan, sebagaimana Zico terlihat ingin selalu bersama saudara kembarnya, Zylvechia.

Audric pergi meninggalkan Zico sendirian di rumah, ditengah jalan saat dia baru turun dari bus, dia bertemu dengan seorang wanita yang juga merupakan sahabat sekaligus teman yang bekerja di Cafenya. Mereka cukup dekat, sehingga siapapun yang melihatnya akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih.

"Audric?"

Audric menoleh ke arah sumber suara dan wanita itu berlari kecil mendekatinya.

"Emma? Kau sendirian, Dimana Max?" tanya Audric yang terhenti sejenak untuk menyamakan langkahnya dengan sahabat wanitanya itu.

"Mungkin dia sedang bersih-bersih di Cafe sekarang, aku baru saja menyelesaikan suatu hal jadi sedikit terlambat.." jawab gadis berambut merah itu.

Audric hanya mengangguk tanda mengerti, setelah itu mereka berjalan bersama menuju Cafe.

Audric memperkerjakan dua sahabatnya yang juga seorang mahasiswa sepertinya. Berbeda dengan Emma yang merupakan tetangga Audric, Maxime merupakan seorang mahasiswa yang berasal dari kota paling barat, Kota Halstead, dimana para bangsawan mendominasi wilayah tersebut.

Meskipun demikian, Maxime membantah kalau dirinya merupakan seorang putra keturunan bangsawan yang melarikan diri, sebagaimana yang diketahui Kota Halstead adalah salah satu kota yang mengalami Teror Lima Pembunuh Berantai. Teror misterius yang di duga dilakukan oleh Un-Human.

Setibanya Audric dan Emma di Cafe, tempat itu sudah bersih dan rapih, Maxime pun sudah dalam posisi santainya, membaca buku dengan ditemani kopi favoritnya.

"Americano?" gumam Audric.

"Oh, ayolah, kau mengganggu waktu membaca ku, Audric.." ucap Maxime mengeluh sambil mencoba fokus membaca.

"Karena aku sudah datang, itu artinya waktu membaca mu sudah berakhir, sekarang waktunya bekerja.." ucap Audric.

Tak menjawab lagi, Maxime melemparkan tatapannya untuk membalas kata-kata Audric, hal itu membuat Audric menghela nafas.

"Haaahh, baiklah, lakukan yang kau mau, Tuan Muda maxime.." ucap Audric sambil berjalan ke arah ruangannya.

"Lagi-lagi sang bos takut pada bawahannya.." ledek Emma yang menikmati kekalahan Audric.

Pada akhirnya, Maxime tetap menjadi orang pertama yang melayani tamu, dia memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik hingga bisa membuat para pelanggan senang saat dia melayaninya.

Mereka bertiga bekerja seperti biasa hingga tengah malam. Saat menjelang tutup, biasanya Audric mengajak kedua sahabatnya makan malam dan minum bersama sebelum pulang, mereka akan menikmati makan malam dengan obrolan yang akan dilupakan keesokan harinya.

Namun, kali ini Audric membahas sesuatu yang lain, sesuatu yang belum pernah mereka bahas sebelumnya meskipun hal ini tengah heboh di antara penduduk kota.

"Ah, kalian tahu teori Un-Human?" celetuk Audric di tengah obrolan.

Seketika, Emma dan Maxime menghentikan makan mereka.

"Ku pikir teori itu benar adanya, aku mungkin tidak dapat membuktikannya, namun sepertinya aku telah melihat makhluk itu.." ucap Audric.

Kedua sahabatnya terdiam, hingga Audric berfikir dia telah mengatakan sesuatu yang salah.

"Ada apa?" tanya Audric saat menyadari tingkah kedua temannya sangat aneh.

"Audric, apa yang kau lihat?" tanya Maxime.

"Sebuah binatang berbulu.." jawab Audric.

"Serigala.." sambungnya setelah terdiam beberapa detik.

"Puffftt"

Emma menahan tawanya sambil memegang perutnya.

"Sungguh, ku pikir kau bertemu dengan Batman, Hulk atau King Kong maupun sejenisnya, maafkan aku, ha ha haa.." ujar Emma pada akhirnya tertawa lepas.

"Aku serius Emma, itu lebih besar, bahkan melebihi mobil Aillard!" ujar Audric sambil meregangkan tangannya menggambarkan seberapa besar binatang yang ia lihat.

"Dimana kau melihatnya?" tanya Maxime.

"Jalur Pegunungan Sierra.." jawab Audric.

"Aku tidak tahu kalau manusia IQ tinggi seperti mu bisa termakan rumor murahan.. Terimakasih untuk makanannya, aku harus segera pulang.. Sampai Jumpa besok!" ucap Maxime sebelum akhirnya pergi meninggalkan Audric dan Emma.

Sementara itu, Emma baru selesai tertawa, dia melihat ke arah Audric yang masih memandangi punggung kokoh milik Maxime yang semakin jauh.

Emma menyadari sesuatu yang tengah di pikirkan oleh Audric, segera dia menyadarkan Audric setelah itu.

"Audric?"

"Huh?"

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Emma.

Audric melihat ke arah Emma, sementara Emma merasa Audric sedang memastikan sesuatu.

"Emma, apa kau seorang Un-Human?"

Terpopuler

Comments

Eky Tama

Eky Tama

Next ... semangat berkarya ya

2022-12-16

2

JESSE LEE

JESSE LEE

Fix Maxime unhuman kalo nggak dia manusia serigala ny😂

2022-12-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!