Konflik Un-Human

Saat malam tiba, suasana Kota Shannon masih ramai seperti biasanya. Kali ini lebih baik dari bulan-bulan kemarin yang bahkan hampir tidak ada aktivitas di malam hari karena adanya teror.

Teror Misterius yang dilakukan lima pembunuh berantai itu perlahan menghilang, meski satu kasus baru cukup memiliki banyak tanda tanya, namun kasus kali ini tidak terlalu membuat heboh seperti kasus-kasus lainnya.

Penemuan kerangka manusia itu dianggap sebagai pembunuhan yang terjadi beberapa tahun silam oleh penduduk, sedangkan kebenarannya hanya diketahui oleh tim forensik dan tim investigasi kejahatan khusus. Fakta ini sangat di luar nalar, sehingga agar keadaan kota tetap kondusif kedua pihak memutuskan untuk merahasiakan kebenaran kasus ini.

Setelah rekan-rekannya pulang, Aillard masih berada di ruangannya, dia terus mencari sumber yang bisa dijadikan titik cerah atas kasus yang belum terpecahkan.

Tak lama setelah itu, seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Siapa?" tanya Aillard.

"Damian.."

Aillard beranjak dan menghampiri pintu, dia membuka pintu sedikit untuk memastikan tamunya sebelum akhirnya membukakan pintu setelah melihat Damian berdiri di depan ruangannya.

"Kau belum pulang?" tanya Aillard.

"Sudah jelas bukan?" balas Damian.

"Masuklah.."

Aillard mempersilahkan Damian masuk dan melihat seisi ruangannya yang terdiri atas berbagai perangkat dan buku-buku tebal. Alih-alih terlihat seperti ruangan seorang detektif, ruangan ini lebih mirip seperti ruangan seorang peretas.

"Apa yang kau lakukan sendirian disini?" tanya Damian.

"Mencoba menggali informasi.."

"Tentang apa?" tanya Damian.

"Teror Lima Pembunuh.." jawab Aillard.

"Apa kau juga termasuk ke kubu manusia?" tanya Damian.

"Huh?" Aillard tidak bisa mencerna kata-kata Damian.

"Ada dua kubu dalam kasus ini, kubu Un-Human dan kubu manusia, kau mempercayai yang mana?" tanya Damian.

"Rupanya kau juga termakan teori.." balas Aillard.

"Apa kasus kerangka manusia itu tidak cukup?" tanya Damian.

"Aku percaya meski itu tidak masuk akal, namun makhluk macam apa yang mengambil seluruh tubuh manusia dan meninggalkan kerangkanya saja?" tanya Aillard yang masih ragu akan kebenaran dibalik kasus kerangka manusia itu.

"Kita masih dalam penyelidikan, setidaknya kita tahu, kita tidak sedang berhadapan dengan manusia, kemungkinan makhluk itu memiliki kemampuan khusus, mau tidak mau kita harus mempersiapkan pasukan khusus..." ucap Damian.

"Pasukan khusus? Kita ini tim khusus, apa itu tidak cukup? Tolong berikan aku bukti yang masuk akal agar aku bisa menerimanya, aku juga akan mencari dan membuktikan sendiri untuk membuat diriku ini percaya akan keberadaan Un-Human." ucap Aillard yang hampir saja berteriak.

"Kita akan segera tahu, Tuan Randolf.. Namun, tim khusus kita sama sekali bukan tandingan mereka, jika hanya keberanian dan tekad, kau hanya akan mengirim rekan-rekan mu ke takdir kematian yang konyol.. Aku harap kau ingat hal ini, Sekian, Selamat Malam.." pungkas Damian sebelum akhirnya keluar dari ruangan Aillard.

Sementara Aillard hampir frustasi dengan topik Un-Human yang terus menerus mendesaknya untuk percaya. Sementara, dia sendiri tidak tahu seperti apa wujud dan asal-usul nya. Dia hanya percaya bahwa manusia gila tengah melakukan hal kejam untuk mencapai tujuan tertentu. Lalu, topik-topik seperti ini menyebar dan menjamin tidak akan ada kecurigaan yang datang kepadanya.

Sementara Aillard yang masih berkutik dengan komputernya, jauh dalam kegelapan Pegunungan Sierra, sekelompok orang berkumpul, mereka serentak menggunakan jubah hitam yang hampir menutup seluruh tubuh mereka, mereka berbicara satu sama lain tanpa memperlihatkan wajah mereka masing-masing.

"Mereka menyerang ke rute yang acak, tidak ada yang tahu kemana mereka akan menyerang saat ini.." ujar suara laki-laki yang terdengar muda.

"Itu mudah, mereka berniat mengepung ibukota dengan menyerang kota pinggiran terlebih dahulu, kemungkinan Delmare di teror sangat besar.." kali ini suara seorang gadis.

"Tidak perlu khawatir tentang Delmare, anak anjing itu sangat bisa di andalkan.." .....

"Jack?"

"Kita akan membagi tim, salah satu rekan kita sudah berada di Shannon, sisanya akan pergi ke Halstead, Dixie, Ellsworth dan Bulton. Masing-masing pergi berpasangan, besok malam datanglah ke tempat perjanjian untuk menyampaikan laporan.." ucap seseorang yang dipanggil Jack.

"Maniak racun, aku akan pergi bersamamu.." ucap seorang gadis.

"Aku akan pergi ke Bulton.."

"Hah?? Bulton terlalu jauh!" protes gadis itu.

"Aku pergi.."

"Hei, tunggu aku!!"

"Barbara, jangan sampai mati.." ucap gadis lainnya.

"Tidak akan ada pertarungan, aku melihatnya!" balas Barbara.

Dua orang pergi lebih dulu ke kota paling selatan, Kota Bulton. Lalu, seorang gadis dengan pedang di tangannya pergi bersama dengan rekannya ke Kota Halstead.

"Peter, bawalah Lux ke Ellsworth, sementara Xavier dan Florin akan pergi ke Dixie.." ucap Jack.

"Bagaimana denganmu?" tanya Peter.

"Aku akan ke Harvest.."

"Baiklah, sampai jumpa.." ucap Peter sebelum akhirnya Jack pergi.

Sementara itu, Barbara mencoba menyamakan kecepatannya dengan laki-laki dihadapannya agar tak tertinggal, namun dalam situasi seperti itu, dia masih bisa bertanya dengan santai.

"Heh, Maniak Racun, apa dia akan datang besok malam?" tanya Barbara.

Tak mendapat jawaban.

"Woi!"

Masih belom ada jawaban.

"Woi, Emmanuel !!! Aku bertanya padamu!" Barbara meninggikan nadanya.

Dengan cepat, Emmanuel meraih leher Barbara mendorongnya dan membenturkannya dengan keras ke dinding sebuah bangunan tinggi.

Mereka tak terjatuh, sebuah gravitasi membuat mereka melayang di udara, seolah ada perekat yang kuat yang membuat mereka tak jatuh dari dinding.

"Aakhhh, emm--"

"Aku tidak ingat pernah mengizinkan mu memanggil namaku.. Panggil sekali lagi lalu kau akan mati!" Tekan Emmanuel dengan nada marah.

"Sak-kit..." rintih Barbara.

Emmanuel melepaskan cengkraman tangannya dari leher Barbara hingga Barbara terjatuh dari ketinggian, sementara Emmanuel turun secara perlahan. Dia berdiri di hadapan Barbara yang tersungkur tak bergerak.

"Jujur saja, aku selalu muak padamu, seharusnya kau mengerti, sejak kau memutuskan untuk bergabung dengan kami, aku telah memperingatkan mu untuk tidak menggangguku, apa aku juga harus berbicara menggunakan auman agar kau bisa mengerti?" ucap Emmanuel dengan kata-kata tajamnya lalu pergi begitu saja.

Barbara masih bergerak, sehingga, saat Emmanuel tidak ada di sekitarnya lagi, jari-jarinya perlahan mulai bergerak kembali. Dia berusaha membuka matanya dan mencoba melihat sekitar. Lalu, Barbara merubah posisinya dari telungkup menjadi telentang. Dia menatap bulan yang menggantung di langit.

"Kau masih saja seperti bulan, indah tapi terlalu jauh, kau tak tersentuh, tanganku tidak bisa menggapai mu.. Ahhh.. Leherku sepertinya patah, bahkan tulang rusukku terasa remuk, aku tidak bisa bangun.." ucap Barbara lirih.

Barbara mencoba memfokuskan dirinya, lalu tersenyum samar.

"Sialan, si maniak racun itu benar-benar meninggalkan ku.. Aku jamin tidak ada satu pun gadis yang menyukainya! Aku jamin.. Ha.. ha.. haa.."

Setelah tawa kecilnya, Barbara kembali tak sadarkan diri.

Saat fajar mulai menyingsing, seseorang datang dan menemukan Barbara tergeletak tanpa luka sedikitpun.

Terpopuler

Comments

Eky Tama

Eky Tama

next ... semangat berkarya

2022-12-23

1

JESSE LEE

JESSE LEE

Biasanya yang GK akur malah jodoh, Barbara sama Emmanuel keknya bakal jatohcintaa

2022-12-20

1

Hanabi Kuze

Hanabi Kuze

itu orang yg kumpul pembunuh berantai nya Tah.?

2022-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!