Kedatangan Bangsawan Randolf

Hari sudah mulai siang, Barbara terbangun dan mendapati dirinya berada di tempat yang asing. Dia membuka matanya perlahan sebelum akhirnya mencoba melihat sekeliling.

"Dimana aku?" gumamnya.

"Kau sudah bangun?"

Sebuah suara mengejutkannya dan membuat tubuhnya refleks terbangun. Dia mendapati seorang laki-laki tampan yang berjalan menghampirinya sambil membawa nampan berisi segelas susu dan sebuah roti sandwich.

"Siapa kau? Dimana aku?" tanya Barbara.

"Aku Audric, kau ada di Cafe ku.. Aku menemukanmu tergeletak di belakang Cafe, ku pikir kau pingsan, jadi aku membawa mu masuk.." jelas Audric.

Tanpa pikir panjang, Barbara beranjak dan hendak pergi, namun Audric menahannya.

"Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu!" balas Barbara ketus.

"Pergilah setelah sarapan, aku sudah membawakan mu ini.." ucap Audric sambil menunjukkan isi nampannya.

"Dimana jubahku?" tanya Barbara.

"Apa itu yang kau maksud?" tanya Audric sambil menunjuk kain yang terlipat di sisi bantal.

Barbara menoleh dan langsung meraih jubahnya, dia hanya mengambil sandwich lalu melangkah pergi.

"Terimakasih, lain kali jangan melibatkan dirimu dengan orang lain. Sebuah niat sangat misterius dan bisa membahayakan!" ucap Barbara sebelum akhirnya keluar.

Saat Barbara menuruni tangga Cafe, dia terkejut saat sepasang laki-laki dan perempuan datang. Mereka terpaku di pintu masuk setelah melihat Barbara. Bahkan Barbara pun ikut terdiam melihat mereka.

"Barbara?"

Wajah Maxime lebih terkejut lagi saat Emma menyebut nama Barbara.

"Emma, apa yang kau lakukan disini?"

"Bagaimana denganmu? Bukankah kau sudah lama mati?" tanya balik Emma yang membuat Barbara tak bisa lagi berkata-kata.

"Pecundang seperti mu tahu apa? Kau lari bahkan sebelum pertarungan dimulai, aku sarankan sebaiknya kau kembali ke tempat asal mu sejenak.. Mereka mungkin merindukan sosok pecundang seperti mu.." ucap Barbara setelah terdiam beberapa saat.

"Kau! Apa hak mu terus menerus menyebutku pecundang?" Kata-kata Emma penuh penekanan.

Barbara kembali meneruskan langkahnya menuruni tangga, dia sedikit lebih tenang dan berhasil mengusir perasaan terkejutnya.

"Em--"

"Tempat itu masih ada saat ini, tapi entah besok akan jadi seperti apa, mungkin sekelompok penjahat akan meratakan pegunungan indah itu, setidaknya kalau kau bukan pecundang, pulanglah dan buktikan dirimu berguna!" Pungkas Barbara.

Kali ini Emma yang terdiam.

Barbara berhenti sejenak di hadapan Emma dan Maxime, dia melihat ke arah Maxime sebelum akhirnya berjalan melewati mereka dan pergi dari Cafe.

Seperginya Barbara, Emma masih mematung, Maxime mencoba membuat Emma sadar.

"Emma?" Panggil Maxime.

"Huh?" Emma merespon sedikit.

"Siapa dia? Dia membicarakan pertarungan, apa dia dari suku mu?" Tanya Maxime.

"Kalau sudah tau kenapa bertanya?" Balas Emma sebelum akhirnya melenggang pergi.

"Ternyata Emma adalah pecundang.." celetuk Maxime.

"Tiba-tiba saja, aku bersemangat untuk menusuk jantungmu!" Ucap Emma yang memang mendengarkan apa yang diucapkan Maxime.

Maxime tak menanggapi apa yang dikatakan Emma, dia justru berbalik dan melihat kemana perginya Barbara. Dia mencoba mengecek keluar, namun Barbara sudah tidak ada di sekitar Cafe.

Saat Maxime berniat kembali ke dalam, dia melihat sosok laki-laki muda berjalan ke arahnya, dia memakai pakaian serba hitam yang terlihat mewah, lalu wajahnya pun terlihat familiar baginya.

"Apa kakakku ada di dalam?" Tanya nya.

"Siapa?" Tanya Maxime.

"Eliezer Zico Han Randolf.."

"Oooohhhh.. Audric ada di dalam, masuklah.." ucap Maxime.

Audric turun bersamaan dengan Zico yang masuk bersama Maxime, Audric jelas terkejut dengan kedatangan Zico yang biasanya selalu menolak untuk datang ke Cafe.

"Zico?"

"Dia datang.." ucap Zico.

"Siapa?" Tanya Audric.

"Kakak akan tahu, sekarang mungkin dia sedang mengunjungi Kak Aillard.." ucap Zico membuat penasaran Audric.

Sementara itu, di kantor Aillard yang sedang fokus memeriksa CCTV, kedatangan tamu tak di undang secara tiba-tiba. Tamu itu membuatnya tak percaya, bahkan Aillard sampai menampar dirinya sendiri untuk memastikan kalau dia tidak sedang bermimpi.

"Aillard.." panggilnya.

Aillard berpaling dari layar komputer dan melihat siapa yang datang, saat melihatnya segera Aillard melayangkan tamparan ke wajahnya sendiri, sehingga Brian yang sampai di pintu ruangannya ikut terkejut.

'Plakk!!!'

"Ahhh! Siapa itu? Aillard ada apa?" Ucap Brian panik.

Brian mengabaikan laki-laki yang berdiri di depan Aillard, sebelum dia menyadari keberadaan laki-laki itu setelah berbalik.

"Eh, Aillard, siapa dia? Apa dia adikmu dari Delmare yang kau ceritakan?" Tanya Brian penuh rasa penasaran.

"Ayah.." panggil Aillard pelan.

Brian sontak menganga karena tak percaya.

"Aillard, jangan melukai wajah tampan mu itu.. Itu membekas, Oh Tuhan.." ucap Laki-laki itu.

"Ayah? Dia ayahmu? Apa tidak terbalik?" Tanya Brian.

"Ah, benar, aku lupa memperkenalkan diri, Aku Aelfric J Faust Randolf.. Dia Aillard Faust Randolf, putra sulung ku.." ucap J memperkenalkan diri.

"Ayah, katakan padaku ini hanya mimpi!" Ucap Aillard menolak untuk sadar.

"Aillard putra Randolf, ayahmu ada disini, aku keluar karena harus memastikan Zylvechia sampai di Dementer Land tanpa luka, Urtika atau kelainan pada kulit berupa reaksi vaskular yang disebabkan oleh banyak faktor!" Jelas J.

"Baik, sebut saja 'Bentol'." Celetuk Brian.

"Itu maksudku.." tambah J.

"Jadi, kenapa Zylvechia pergi ke Dementer Land?" Tanya Aillard.

"Sekolah.." jawab Aelfric.

"Sekolah di Dementer?" Tanya Brian terkejut.

"Banyak sekolah bagus di tanah bangsawan, Dixie, Shannon atau Ibukota Madeleine. Kenapa harus kesana? Banyak rumor buruk mengenai pulau itu, apa kau sengaja? Apa kau merencanakan suatu hal yang besar?" Tanya Aillard seolah menginterogasi J.

"Aillard, asal kau tahu, pulau itu sama seperti kota lainnya, ada pendidikan yang bagus disana, Zylvechia memintaku untuk menyekolahkannya disana alih-alih ke sekolah yang sama dengan Zico. " Jelas J.

"Baik, jika ada hal yang gawat yang terjadi pada Zylve, kau adalah orang pertama yang akan aku salahkan.." tegas Aillard.

J hanya mengangguk mengerti dan wajah pasrah yang tak terlihat seperti bangsawan.

"Jadi, bolehkah aku menginap di tempatmu malam ini?" Tanya J.

"Huh?? Kenapa tidak pulang saja?" Tanya Aillard.

"Ini memang bukan Delmare, bahkan putraku berani mengusirku.." ucap J lirih.

Aillard menghela nafas.

"Zico pasti senang bertemu denganmu, pulanglah duluan, aku masih sibuk!" Ucap Aillard.

"Aillard, ada baiknya kau lupakan kasus pembunuhan berantai dan fokus pada masa depan!" Ujar J.

"Sampai Jumpa, Ayah."

"Ya.."

J hanya tersenyum lalu pergi keluar untuk pulang ke rumah Aillard, sementara Aillard kembali ke kursinya dan melanjutkan pekerjaannya.

"Aillard, apa ayahmu memang seperti ini?" Tanya Brian.

"Ada apa?" Tanya Aillard.

"Aku melihatnya sangat misterius, dia bertingkah demikian namun matanya tak menunjukkan sosok yang sama.." ucap Brian.

"Kau memang jeli.." puji Aillard.

"Eh? Jadi, seperti apa?" Tanya Brian lagi.

Aillard tidak menjawab lagi.

"Dia memang tidak terlihat seperti Tuan Randolf, lalu kenapa aku baru mendengar ada sekolah bagus di pulau misterius itu? Dari mana kabar itu berasal, sedangkan tidak ada aktivitas yang menunjukkan adanya penduduk yang keluar masuk pintu dermaga lotus?" Gimana Aillard dalam hati.

Terpopuler

Comments

Hanabi Kuze

Hanabi Kuze

Aelfric J Faust Randolf dipanggil J doang kkkkk

2022-12-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!