Pesta. Untuk kesekian kalinya David mengunjunginya. Penampilannya cukup menawan, bahkan lebih dari tamu-tamu lainnya. Meskipun begitu, tidak ada yang tertarik pada wajah Asianya. Ada pun beberapa orang, David juga tak tertarik untuk bergaul dengan mereka.
Dia lebih tertarik bergaul dengan sepi dan hanya melihat angin. David mengikuti pesta-pesta itu dari awal sampai akhir hanya untuk menyenangkan kedua orang tuanya.
Setahun sejak kedatangannya, orang tuanya memerintahkannya untuk mengelola salah satu hotel sebelum dia menempati posisi tinggi di perusahaan utama keluarganya. Meski begitu, dia sudah enggan berada di New York. Dia ingin segera kembali ke negaranya sendiri. Negara di mana sebagian besar yang dimilikinya tersimpan—karena sebagian besar lainnya terpecah di banyak negara.
Sudah satu jam David berada di tengah-tengah pesta. Dia hanya berdiri dan minum. Tidak ada yang menarik sampai sebuah wajah Asia asing tertangkap matanya. Seorang perempuan yang baru pertama kali dia lihat dari banyak pesta yang didatanginya.
Meski gaun putih yang dikenakan perempuan itu terlihat indah dan mahal, tingkah perempuan itu tak terlihat elegan bagi David. Perempuan itu sama seperti dirinya yang tidak tertarik dengan orang-orang di sekitarnya.
Perbedaannya: perempuan itu hanya peduli pada makanan. Perempuan itu terus berpindah dari satu piring ke piring lainnya.
Entah bagaimana, pandangan David tertarik untuk mengikuti setiap langkah itu. Lama-kelamaan, senyum terbit di wajah David. Tanpa sengaja, senyum itu berubah menjadi sebuah tawa kecil. Tawa itu pun tertangkap oleh perempuan bergaun putih itu.
“Kenapa kau menertawaiku?” tanya perempuan itu.
Seketika David menyurutkan tawa dan senyumnya. Wajahnya menjadi dingin semula. “Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?” David justru bertanya.
“Kau melihatku!”
“Bagaimana kau juga bisa berpikir kalau aku melihatmu?” David melontarkan pertanyaan ulang.
“Kalau bukan aku, orang lain mana yang bisa kau lihat di arah ini?” perempuan bergaun putih itu menunjuk dirinya sendiri.
“Bisa saja aku melihat kue-kue itu.” David menunjuk sisi samping perempuan itu.
“Untuk apa kau melihat kue-kue itu?”
“Bukankah mereka cantik?”
Perempuan itu mendekati David. Kemudian dia meletakkan sepotong kuenya di atas meja di samping David—tepatnya dia mendekatkan kue itu kepada David. “Jadi kau melihat kue itu?” tanya perempuan itu sebelum melepaskan piring kue itu.
“Aku tidak mengatakan itu.”
“Lalu?”
“Aku melihatmu.”
“Sudah kuduga.”
Perempuan itu membuang muka sejenak. Kemudian kembali mengarahkan pandangannya kepada David. “Lalu kenapa kau melihatku?”
“Hanya kau yang terlihat imut.”
“Jadi sekarang kau menggodaku?” Perempuan itu menumpukkan tangannya di atas meja sehingga wajahnya lebih dekat kepada David.
“Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?”
“Lalu kenapa kau mengatakan itu?”
“Karena aku sudah melihatmu cukup lama.”
“Lalu kenapa kau terus melihatku? Aku masuk ke dalam pesta ini bukan untuk membuatmu tertarik.”
“Aku tidak tertarik untuk apa kau masuk ke dalam pesta ini. Tapi aku sedikit tertarik tentang bagaimana kau bisa masuk ke pesta ini.”
Seketika perempuan itu menjadi gugup. Dia pun, menegakkan dirinya dan melangkah mundur satu kali.
“Apa maksudmu?”
David tersenyum sinis. Kemudian dia bangun untuk menyamakan posisinya dengan perempuan itu. “Aku sudah sering masuk ke dalam berbagai pesta, tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”
“Ba-bagaimana kau bisa tahu itu, sedangkan ada banyak orang di setiap pesta?”
“Tidak sebanyak itu. Lagi pula, orang-orang yang masuk ke pesta mewah seperti ini biasanya bertingkah anggun. Kebetulan juga yang mengadakan pesta ini adalah teman terdekatku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Her Liana
lanjut
2021-06-04
0
Ayu Ayunda
Aku terkadang juga lupa kalau sudah lihat makanan enak
2021-05-03
0
Lia Dahlia
ms menyimak
2021-04-11
0