Amelia kebingungan. Dia tidak siap melakukannya: sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Tangannya meraba-raba meja di belakangnya. Berharap menemukan apa pun.
Saat laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya, Amelia langsung menghalanginya dengan talenan. Laki-laki itu tersenyum geli sembari menjauhkan wajahnya. Dia berbalik sehingga membelakangi Amelia, lalu berjalan menjauh sebanyak tiga langkah.
Melihat punggung yang menjauh itu, Amelia menjadi lega. Merasa memiliki kesempatan, Amelia berlari untuk pergi dari dapur, tetapi laki-laki itu berhasil menahan tangannya. “Kau akan ke mana?” tanya laki-laki itu.
“Pergi,” jawab Amelia seraya menggoyangkan tangannya agar laki-laki itu melepaskan tangannya. Akan tetapi, laki-laki itu masih memegang tangannya dengan kuat.
“Kenapa?” tanya laki-laki itu lagi.
“Karena aku tidak tertarik menjadi tokoh utama dalam kisah yang Emma ceritakan,” tegas Amelia.
“Jadi kau berpikir aku akan melakukan itu kepadamu?” Akhirnya, laki-laki itu melepaskan tangan Amelia.
Karena laki-laki itu terlihat tidak segera bertindak kepada Amelia, Amelia pun tidak segera pergi. Dia tetap di tempat.
“Iya. Kalau tidak, kenapa kau mengikuti ke sini, bahkan sampai menutup pintu itu.” Amelia menunjuk pintu dapur.
“Ha!” Laki-laki itu mendesah tak percaya. Dia tersenyum geli. “Ternyata kau bisa berpikir sejauh itu. Tentu saja, sih, kau memang tidak selugu wajahmu,” sindir laki-laki itu.
“Apa maksudmu?” Amelia terkejut. “Apa kau tidak berniat melakukannya kepadaku?” tanyanya sangat lugu.
Laki-laki itu mengusir senyumnya. Seketika wajahnya menjadi dingin. “Tidak,” katanya.
“Lalu kenapa kau bertingkah seperti itu?” Amelia semakin keheranan.
“Karena aku ingin ….” Tiba-tiba laki-laki itu menarik tubuh Amelia sehingga lebih dekat dengannya.
Amelia tidak membawa talenan. Dia tidak memiliki apa pun untuk menghalangi laki-laki itu darinya. Laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya kepada Amelia. Amelia akhirnya hanya bisa pasrah. Dia memejamkan matanya dan menutup erat mulutnya.
“Apa kau pelacur?” bisikan itulah yang justru Amelia dengar.
Seketika Amelia membuka matanya. Dia menemukan laki-laki itu tersenyum dengan mimik wajah merendahkan. Akan tetapi, Amelia tetap diam dengan mulutnya yang membuka. Bisikan laki-laki itu membuatnya terperangah.
Laki-laki itu akhirnya melepaskan Amelia. Bukannya lega, Amelia masih sibuk mencerna maksud bisikan itu.
“Itulah yang ingin kutanyakan,” tambah laki-laki itu.
“Kenapa?” tanya Amelia.
“Apanya?” tanya balik laki-laki itu.
“Kenapa kau menanyakan diriku seperti itu?” Wajah Amelia menjadi kesal. Dia berhasil mencerna kalimatnya. Akan tetapi, kalimat itu bukanlah kalimat yang baik untuk dicerna olehnya.
“Apa aku salah?” Laki-laki itu bertindak terkejut, seakan melakukan kesalahan tanpa sengaja. Kemudian dia tersenyum sinis. “Bukankah hanya pelacur yang tidur dengan seseorang, lalu pergi begitu saja, seakan tidak ada apa pun yang terjadi?”
“Jadi kau menyebutku pelacur?!” Amelia semakin kesal.
“Bukankah itu memang dirimu?” sindir laki-laki itu.
Amelia mendesah kesal. Dia tidak percaya jika sebutan serendah itu akan dituturkan kepadanya.
“Dengan seenaknya kau menyebut pelacur, lalu bagaimana denganmu?” Amelia menaikkan dagunya. Kini dia berani menantang laki-laki itu. “Apa bisa aku menyebutmu lelaki berhidung belang?”
“Lelaki berhidung belang?” Laki-laki itu terperangah. “Hei, aku bukan laki-laki seperti itu!” tampik laki-laki itu.
“Apa aku salah?” Kini gantian Amelia yang bertindak terkejut, seakan melakukan kesalahan tanpa sengaja. Kemudian tersenyum sinis. “Bukankah hanya lelaki berhidung belang yang tidur dengan perempuan asing yang bahkan tidak dikenalinya? Bahkan kau yang memulainya!” Amelia berhasil membalikkan keadaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Zaitun
🤔🤔
2021-08-21
0
Nurul Kosidah
namanya jg pemula,maklum
2021-06-26
0
Ais't Heriyantoo
Kalo boleh berpendapat,,, kata Lelaki itu atau wanitaa itu,,, di ganti pake nama mereka aja thor,,
Bacaa nya aga gimana gituu,,, kebanyaka itu nyaa,,,🙏🙏
2020-06-17
7