Gaunnya tersingkap. Amelia merasakan kakinya tercumbu udara. Amelia segera bangun untuk menyembunyikan kakinya sebelum banyak orang melihatnya. Dia juga menawarkan tangannya untuk membangunkan pangeran itu.
“Kau tidak apa-apa? Tolong maafkan aku,” pinta Amelia dengan menunduk.
“Maafkan aku, Nyonya,” kata pelayan itu yang juga menunduk.
“Karena itu, bekerjalah dengan baik!” bentak pangeran itu.
“Maafkan aku.” Pelayan itu berlutut.
Pelayan itu membuat Amelia teringat akan kejadian yang menimpanya kemarin. Hanya karena seorang pelayan melakukan kesalahan, bukan berarti dia tidak berusaha bekerja dengan baik. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja.
“Tidak apa-apa. Bangunlah,” ujar Amelia.
Amelia menawarkan tangannya kepada pelayan itu. Namun, pangeran itu justru mendorong tangannya. “Apanya yang tidak apa-apa? Lihatlah. Gaunmu menjadi kotor.” Pangeran itu menunjuk punggung Amelia.
Amelia menyentuh punggungnya. Dia merasakan gaunnya benar-benar basah.
Meski merasa kecewa, dia tetap menyembunyikannya dengan senyuman.
“Sudahlah. Ini hanya basah. Aku akan membersihkannya.”
“Tapi ....”
“Tidak apa-apa.”
Amelia langsung pergi ke toilet. Dia melihat bagian punggungnya dari cermin. Gaun putihnya benar-benar tidak lagi putih. Kemudian dia menghadap cermin itu dan menumpukan kedua tangannya.
Napasnya berembus kencang karena tidak tahu bagaimana membersihkan gaun itu agar tidak rusak. Apalagi kenyataan kalau gaun semewah itu bukan miliknya turut mengganggunya. Akhirnya Amelia memutuskan untuk pulang tanpa membersihkan gaunnya.
Saat hendak melewati pintu toilet, Amelia mendapati seorang perempuan yang tak asing baginya.
“Kau?!”
Perempuan itu terlihat terkejut. “Bagaimana kau bisa berada di sini?”
Amelia mulai bingung. Perempuan itu adalah perempuan yang berselisih dengannya kemarin. Perempuan yang bisa jadi pemilik gaun yang dikenakan olehnya.
Karena kebingungan, Amelia pun berusaha untuk mengabaikan dan bersiap melewatinya. Namun, perempuan itu lebih cepat menangkap lengannya.
“Tunggu!” kata perempuan itu.
Seketika lengan Amelia bergemetar.
Perempuan itu membalikkan posisi Amelia sehingga berada di hadapannya. Arah pandangannya menurun, memerhatikan penampilan Amelia. Tiba-tiba matanyanya membelalak. Sudah Amelia duga, inilah yang akan terjadi.
“Bukankah itu gaunku?!” tanya perempuan itu dengan menyentak.
“Bu-bukan,” bohong Amelia.
Meski kenyataannya gaun itu benar-benar milik perempuan itu, Amelia tidak berani mengaku. Tidak ada jaminan bahwa perempuan itu tidak akan mempermalukan dirinya meski ia menyerah. Kebenarannya tidak akan berakhir dengan baik-baik saja.
“Dasar pembohong! Itu gaunku!” teriak perempuan itu sembari mendorong Amelia sehingga terjatuh dan keluar dari toilet. Membuat kedua orang itu menarik perhatian para tamu.
“A-aku tidak berbohong. Aku sendiri yang membelinya.” Amelia semakin kukuh karena sudah dipermalukan. Setidaknya dia tetap harus menjaga harga dirinya. Dia pun bangun lagi.
“Beraninya kau berpikir kalau aku sama saja dengan orang-orang sepertimu!” Perempuan itu menjambak rambut Amelia, lalu mendorongnya sehingga kembali terjatuh. Kemudian dia merunduk dan mengacungkan jarinya ke arah Amelia.
“Kau bisa berbohong seperti itu kalau aku adalah orang sepertimu karena di tempat sampah pun ada banyak pakaian yang persis dengan milikmu. Tapi kenyataannya aku sangat jauh jika dibandingkan denganmu dan aku tidak akan pernah mengenakan pakaian yang sama dengan milik orang lain. Semua pakaianku hanya ada satu di dunia.”
“A-aku benar-benar tidak berbohong.” Amelia masih bersikukuh.
Perempuan itu tampak kesal sebelumnya. Tiba-tiba dia malah tersenyum. Jadi kau benar benar tidak berbohong?” tanyanya.
Amelia menganggukkan kepalanya meski dia semakin merasa takut. Senyum bukanlah ekspresi normal untuk orang yang dipenuhi amarah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Suzhy
up
2022-01-11
0
Her Liana
wah sobek...ketemu yg punya gaun 😁
2021-06-04
0
chinoet
siga hereuy tp nyaan ..
2021-02-22
1