Terlihat Amelia dan perempuan itu berdebat sejenak. Rupanya Amelia enggan menemui David. Namun, akhirnya Amelia tetap harus menemui laki-laki itu. David tersenyum lebar, menyombongkan kemenangannya sepanjang langkah Amelia mendekatinya.
“Jadi, Tuan, kau pesan apa?” tanya Amelia seraya bersiap menulis di atas kertas kecilnya.
“Kau.”
“Kami hanya menyediakan makanan yang ada di menu.” Amelia menunjukkan buku menu di atas meja. “Kau bisa melihatnya—“
“Tapi aku tidak pesan makanan,” sahut David memotong kalimat Amelia.
“Maka silakan kau keluar agar orang lain bisa duduk di tempatmu.”
Amelia memindahkan tangannya untuk menunjukkan David pada pintu keluar. Kemudian dia pergi, tetapi David langsung bangun dan menarik lengannya. Dengan terpaksa Amelia berhenti.
“Apa yang kaulakukan?” Amelia menggoyang-goyangkan tangannya, berusaha melepaskan diri dari David. Akan tetapi, David lebih kuat menahannya.
“Apa kau masih marah?” tanya David dengan suara lembut.
Amelia membuang muka. “Tentu saja, tidak. Karena seorang ******* tidak memiliki hak untuk marah kepada orang yang menidurinya,” jawab Amelia dalam intonasi rendah.
“Kau benar-benar marah.” David yakin. “Maafkan aku. Aku memang bersalah,” katanya menyesal.
Akhirnya Amelia menoleh. “Kalau begitu silakan pergi.” Dia menunjukkan pintu keluar dengan tangan satunya.
“Tidak. Aku belum menyelesaikan urusanku denganmu karena itu aku tidak bisa pergi.”
Wajah Amelia menjadi panik. “Tapi sekarang aku sedang sibuk dan aku tidak merasa memiliki urusan lagi denganmu.” Dia menyentuh tangan David dan berusaha melepaskan tangannya. Akhirnya David pun mengalah. Laki-laki itu melepaskan tangan Amelia.
“Tapi aku punya,” kata David.
“Kalau begitu urus saja sendiri. Aku benar-benar sibuk sekarang,” tegas Amelia. Dia langsung berbalik dan melangkah pergi.
“Apa semalam cukup?” tanya David.
Amelia pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh. “Apa?” tanyanya.
“Menyewa seluruh restoran,” jawab David.
Mata Amelia membelalak. “Jangan lakukan itu!” larangnya. Dia pun berjalan cepat mendekati David.
“Kenapa?” tanyanya bersikap lugu. “Aku bisa membayar dua kali lipat dari penghasilan normal kalian.” David menjadi sombong.
“Karena bukan kau yang ingin makan di sini. Lagipula masih banyak orang-orang yang ingin makan di sini.”
“Tapi mereka yang membuatmu sibuk.” David menunjuk orang-orang di sekitarnya.
Sebelum menarik perhatian banyak orang, Amelia langsung mendorong tangan David agar turun.
“Aku sibuk karena ini pekerjaanku, kau tahu! Lagipula bosku itu orang kaya. Dia menjalankan restoran ini bukan sepenuhnya hanya memikirkan keuntungan. Tawaranmu tidak akan berguna. Bos mungkin membiarkanmu menyewa tempat ini sepenuhnya, sekali, hanya karena dia sedang sibuk, karena itulah dia tidak datang kapan hari.”
“Bukan.”
“Apa maksudmu?”
“Alex tidak datang karena aku yang menyuruhnya. Dia teman kuliahku.”
Amelia terkejut. David bahkan mengetahui nama bosnya.
“Dia juga bilang kalau aku bisa menyewa tempat ini kapanpun aku mau,” tambah David.
Belum habis terkejut, Amelia menjadi tertekan. “Jangan lakukan itu! Jangan pernah!” larangnya dengan tegas.
“Kalau begitu duduklah!” David menunjukkan kursi di sampingnya.
Amelia semakin bingung. Pandangannya melangkah ke sana kemari untuk melihat keadaan. Rekan-rekan kerjanya sedang sibuk. Jika dia tidak membantu mereka, mereka akan mengumpat dirinya nanti.
“Tapi aku sedang sibuk,” kata Amelia.
“Baiklah. Silakan bekerja dan aku akan menunggumu di ruangan Alex selama lima menit,” ancam David, meski terdengar ramah.
Amelia langsung duduk. Jika dia tetap bekerja, rekan-rekan kerjanya benar-benar tidak akan mengumpati dirinya—selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Zaitun
hem
2021-08-21
0
ayunia
tak paham² ke tetep gak mudeng aq thor
2021-04-26
1
al - one ' 17
di part ini gw mulai konek 😀
2021-02-14
0