Sial, sial, sial! Telah banyak umpatan yang tersimpan dalam hati Amelia akhirnya dikeluarkannya. Sadar Emma takkan mengangkat teleponnya, Amelia bergegas cepat menuju restoran. Dia berlari sepanjang jalan sehingga air mandi yang telah mengguyurnya tidak berguna lagi. Bukannya mendapatkan kesegaran, dia malah mendapatkan sesak napas.
Saat dirinya sudah berada di dekat restoran itu dan pandangannya berhasil menjangkau, Amelia diam di tempat dengan membungkuk, berusaha menenangkan dirinya. Setelah pernapasannya normal, dia pun melanjutkan langkahnya. Akan tetapi, saat melihat restorannya kembali, dia keheranan. Restoran itu memang buka, pintunya juga terbuka, tetapi setiap orang yang masuk ke sana langsung kembali. Padahal dari kaca bisa dilihat jelas kalau tempat itu sedang sepi. Amelia pun mendekati dua perempuan yang baru keluar dari sana.
“Apa yang terjadi? Kenapa kalian langsung keluar?” tanya Amelia.
“Jika tidak, kami akan makan di mana?” balas salah satu dari kedua perempuan itu.
“Maksudnya?” tanya Amelia lagi.
“Semua meja sudah dipesan."
Amelia terkejut. Tidak biasanya restoran itu disewa sepenuhnya. Dia pun mempercepat jalannya.
Sesampainya di sana, Amelia lebih terkejut. Kedua perempuan tadi mengatakan jika tempat ini disewa sepenuhnya, tetapi Amelia ragu. Seluruh meja tetap kosong. Tidak ada apa pun. Tidak ada satu makanan pun, satu hiasan pun, atau persiapan apa pun. Semua ini membingungkan Amelia.
“Apa yang terjadi, Emma?”
Emma menoleh. “Begitulah. Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
“Lalu ke mana yang lain?”
“Yang lain siapa? Hanya ada kita di sini!” tegas Emma. “Aku jadi curiga kalau bos sudah menjual kita.”
“Apa maksudmu? Lalu di mana bos?”
Amelia bergegas menuju ruangan Ales. Namun, Emma berhasil menahannya lebih dulu, “Bos bahkan tidak ada di sini.”
Seketika Amelia merasa lemas. Kini ia berjalan mendekati Emma.
“Kalau kita tidak dijual, untuk apa kita bekerja sendirian di sini, sedangkan kita hanya pelayan. Kita bahkan tidak tahu cara memasak makanan di sini. Sudah pasti laki-laki hidung belang sebentar lagi akan kemari,” imbuh Emma.
“Apa sih maksudmu sebenarnya?” Amelia bukan bertanya karena tidak mengerti, tetapi karena ia tidak mau mengerti.
“Tempat yang sepi … luas … dan dua perempuan cantik ….” Emma melambai-lambaikan tangannya seolah-olah tengah beryair. Kemudian menoleh ke Amelia. “Maksudku … aku dan kau. Bukankah ini keberuntungan yang disengaja?”
“Keberuntungan apanya?”
Emma malah meneruskan ceritanya, “Saat pintu itu tertutup—“ Emma menunjuk pintu depan “—aku hanya bisa pasrah, sedangkan kau hanya bisa bertanya, apa maksudmu?”
“Emma!” seru Amelia agar Emma menghentikan ceritanya.
Emma tidak peduli. Ia terus berlanjut. “Lalu saat aku dibawa ke ruangannya bos, aku hanya pasrah, sedangkan kau yang di bawa ke dapur, kau hanya bisa bertanya, apa maksudmu?”
“Hentikan, Emma!” seru Amelia. Cerita Emma semakin konyol saja.
“Saat pintu ruangannya bos ditutup, aku hanya bisa pasrah, sedangkan saat pintu di dapur ditutup, kau tidak lagi bisa bertanya, apa maksudmu? Karena mulutmu—“
“TIDAK!” teriak Amelia histeris. Sedangkan Emma malah tertawa geli.
“Karena kau—“ Emma yang jail berniat melanjutkan ceritanya, tetapi Amelia langsung membungkam mulutnya.
“Berhentilah! Aku tidak tahan dengan semua ini! Aku tidak akan bekerja hari ini! Aku tidak peduli jika aku tidak perlu lagi datang kemari dan terus kesakitan!” tegas Amelia. Ia benar-benar takut kalau cerita Emma menjadi kenyataan.
Amelia hendak pulang. Saat membalikkan tubuh, ia malah menemukan sebuah wajah di depannya. Wajah yang tak asing dengan karisma ketampanan yang tak beubah.
“Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?” tanya sebuah suara yang terdengar tak asing.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Anonymous
Visual nya siapa aja thor?
2021-09-06
0
Narni Dilla
mereka berdua ngomong apa ya kok aku malah bingung
2021-05-20
2
chinoet
abi te ngarti.. maksud nya apa author..
2021-02-22
3