Sial!
Kesialan itu benar-benar menimpa Amelia, tetapi bukan ditimpakan oleh bosnya, Emma, atau perempuan tadi, justru Amelia sendirilah yang menariknya. Sebelum perempuan tadi keluar bersama bosnya, Amelia langsung keluar dari restoran.
Perempuan tadi benar. Amelia memang bodoh. Jika Amelia tidak keluar begitu saja, bisa jadi bosnya tidak memecatnya meskipun perempuan tadi sudah mengadukannya. Jika pun bosnya benar-benar memecatnya, setidaknya Amelia bisa memohon agar bosnya memberikannya kesempatan lagi. Sekarang peluang itu sudah lenyap.
Belum jauh dari tempatnya bekerja—maksudnya bekas tempatnya bekerja—Amelia baru mengingat kalau dia keluar dari tempat itu dengan tangan kosong. Padahal dia datang dengan membawa tas. Kini Amelia dirundung dilema. Haruskah dia kembali untuk mengambil tas itu atau mengabaikan tas itu demi harga dirinya?
Meskipun Amelia tidak memiliki benda-benda mewah, dia masih memiliki beberapa benda penting di dalam tas itu. Amelia bisa mengabaikan uangnya dan pulang dengan berjalan kaki. Namun, semua itu percuma jika dia tidak bisa masuk ke dalam rumah karena kuncinya tertinggal.
Sial! Amelia benar-benar harus menebalkan mukanya.
Amelia pun berbalik untuk kembali ke tempatnya bekerja. Baru beberapa kali kakinya melangkah, penglihatannya tertarik pada benda yang tergeletak di atas jalan. Amelia pun merunduk untuk mengambilnya.
“Undangan?” gumamnya.
Amelia memeriksa undangan itu. Itu adalah undangan untuk sebuah pesta yang bertempat di sebuah hotel mewah. Amelia tersenyum tipis melihatnya. “Sampai kapan pun orang sepertiku tidak akan bisa memasukinya,” gumamnya lagi. Kemudian dia membuangnya di tempat sampah terdekat.
Sesampainya di restoran tempatnya bekerja, terlihat tempat itu tengah dipadati pelanggan. Terlihat juga Emma mulai kewalahan melayani mereka. Tentu saja. Seorang pelayan lain baru saja keluar. Pelayan yang tersisa harus mengisi kekosongan itu.
Amelia tidak ingin memerhatikan pekerjaan orang lain lebih lama lagi. Dia hanya ingin bergegas keluar dari tempat itu. Namun, sekali lagi langkahnya terhenti karena terdapat sebuah tas kertas yang tertinggal di satu-satunya meja kosong di sana. Amelia ingat kalau tas itu milik perempuan tadi. Dia pun mengambil tas itu dan terlihat sebuah pakaian di dalamnya.
“Amelia!”
Seketika Amelia menutup tas itu dan berbalik. Dia menyembunyikan tas itu di balik punggungnya.
“Oh, Em-Emma …,” sahut Amelia mendapati Emma di depannya.
“Kau sedang apa?” tanya Emma dengan nada dinginnya.
“Oh, a-aku … ingin mengambil tasku. Tadi tertinggal,” jawab Amelia tergagap.
“Kau dipanggil bos,” ujar Emma begitu saja. Dia langsung berbalik tanpa memperpanjang obrolannya lebih lama lagi.
Setelah Emma pergi, Amelia bernapas lega. Dia melirik ke belakang menuju tas kertas itu. Kemudian dia membawa tas itu menuju ruangan bosnya.
“Aku dengar kau baru saja membuat kekacauan,” ujar bos Amelia.
Amelia menunduk. “Aku minta maaf untuk itu.” Dia menyesal.
“Aku sudah membereskan kekacauan itu,” tambah bos Amelia.
“Terima kasih,” sahut Amelia.
“Sebenarnya, aku membenci kecerobohan. Tapi karena kau sudah bekerja keras melebihi rekan-rekanmu, aku akan memberimu satu kesempatan lagi.”
Seketika Amelia mengangkat kepalanya dan terperangah. “Maksudnya?”
“Kembalilah bekerja. Ini kesempatan terakhirmu. Gunakan sebaik mungkin.”
Semringah memenuhi wajah Amelia. Harinya yang dipenuhi kesialan, tampaknya tidak segelap yang dikiranya. Setelah mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, Amelia bergegas menuju lacinya untuk menyimpan tas kertas itu dan bersiap untuk bekerja.
Akan tetapi, sebelum dia menutup lacinya, dia sedikit penasaran dengan isi dari tas kertas itu. Dia pun pergi ke toilet agar tidak ada siapa pun yang memergokinya. Di dalam toilet, Amelia mendapati tas itu berisi sebuah gaun panjang putih yang sangat indah.
Dengan mudah Amelia bisa menebak kalau gaun itu bukanlah gaun murah. Menemukan gaun itu, Amelia menjadi teringat pada undangan pesta yang dibuangnya sebelumnya. Dengan gaun semewah itu, tidak akan ada orang yang mencurigainya. Ini bisa menjadi kesempatannya untuk bersenang-senang sekali saja. Sepanjang hidupnya dia telah banyak bekerja keras dan menderita sendirian.
Setelah menyimpan tas itu ke dalam lacinya, Amelia langsung keluar dari restoran untuk menemukan undangan tadi. Sayangnya, dia lupa di mana tempat sampah tempatnya membuang undangan tadi, sehingga dia mencarinya dari satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya. Dia menjadi sangat gugup karena kesempatan itu mungkin hanya satu kali seumur hidupnya.
Hari ini, Amelia sudah keluar dari kesialan buatannya yang pertama. Dia berharap, dia jugabisa keluar dari kesialannya yang kedua.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Her Liana
Amelia kenapa mengambil brg yg bukan miliknya?
2021-06-04
0
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-08
0
al - one ' 17
sampe part ini se gw liat karakter ceweknya kaya film di hollywood deh 😀
2021-02-14
0