7. Kepikiran

Terlihat sebuah bangunan megah berdiri kokoh bercat silver itu adalah rumah kedua orang tua raymond. Sudah lama ia tidak berkunjung ke rumah orang tuanya karena dirinya sibuk dengan pekerjaan dan selalu ke luar negeri menemui clien penting.

Para maid sudah berdiri menyambut kedatangannya. Semuanya membukuk hormat ketika Raymond melawati mereka.

"selamat datang tampan" ucap seorang wanita paruh baya ketika dirinya masuk ke ruang tamu. Wanita itu langsung saja memeluk Raymond. Dia adalah mamanya Raymond bernama Catrine.

"jangan terlalu kuat memeluknya, lihat anakmu itu susah bernapas" suara berat dari tangga.

"cih, bilang saja kau cemburu Raksa" cibir catrine. "ingat umurmu" lanjut catrine.

"hei, kau kurang aja sekali dengan suamimu yang lebih tampan dari anakmu itu, awas saja kau nanti malam akan ku hukum di kamar" raksa tersenyum mengejek.

Catrine melepas pelukannya. "lihat papa mu nak, dia sangat menyebalkan bukan" adu Catrine kepada raymond.

Raymond melihat tingkah kedua orangtuanya geleng-geleng kepala. Mereka bertengkar seperti anak berumur 5 tahun.

"sudah pa, jangan menggoda mama lagi"

Catrine mendengar perkataan putranya tersenyum senang, putranya membelanya.

Sedangkan raksa mendengus kasar. "ada apa kau kesini" tanya raksa ia menuruni anak tangga kembali.

"aku hanya menggantar bunga pesanan mama" jawab Raymond.

Papanya tidak pernah berubah, selalu saja bersikap dingin. Tetapi di balik sikap dingin papanya dia mempunyai kasih sayang yang besar. Sifat papanya pun turun ke Raymond meski tidak separah papanya.

"kamu memang terbaik sayang" Catrine mengambil alih bunga di tangan Raymond.

"kalau gitu aku pamit dulu"

Catrine manahan tangan raymond. "makan malam lah disini nak, mama merindukan mu" ucapnya dengan wajah memelas.

Tidak tega melihat wajah mamanya Raymond menyetujui ucapan mamanya. Ia masuk ke dalam kamar membersihkan tubuhnya.

Setelah siap dengan kegiatan sakralnya ia kembali turun menuju ruang makan. Terlihat mamanya sedang menghidangkan makanan ke meja dan papanya memeluk dari belakang. Betapa romantis kedua orangtuanya meski umur mereka sudah menua.

"hei, lepaskan pelukan mu itu. Tampanku sudah datang" ucap Catrine malu. Raksa tidak menggubris ucapan istrinya ia malah mengeratkan pelukannya.

"aku susah bernapas bodoh"

Raksa melonggarkan pelukannya melihat istri yang kesusahan bernapas karenanya.

"biar anak kita tahu betapa romantisnya kita" ucap raksa tidak melepaskan pelukannya. "biar dia iri" lanjut raksa membisik.

"aku mendengarnya"

Carrie tertawa geli. "sudah jangan membuatnya kesal raksa"

Cup

Raksa mengecup pipi istrinya. "kita lanjut setelah makan" bisik raksa.

Lihat saja nanti, aku akan lebih romantis dari kalian. batin Raymond.

Makanan telah selesai di hidangkan. Kini mereka menikmati makanan masing-masing. Sesekali mamanya menanyakan pertanyaan ke Raymond.

"bagaimana pekerjaan mu nak" tanya catrine di sela-sela makan.

"baik ma" jawab Raymond.

"apa kamu belum ada pasangan" ucap Catrine hati-hati.

"belum ada yang cocok" jawab Raymond santai.

"cepatlah menikah nak, mama ingin sekali mempunyai cucu" pinta Catrine.

"umurku masih muda ma, aku masih mau menikmati masa mudaku" alibi Raymond.

"umurmu bentar lagi menginjak 25 tahun nak, itu sudah matang"

"kan itu menurut mama"

"mama saja dulu berumur 20 dan papamu 25 tahun. Iya kan pa" ucap Catrine.

"hmm" jawab raksa.

Dengan cepat menghabiskan makanannya. Ia malas untuk membicarakan pasangan.

"aku permisi" Raymond beranjak dari kursinya.

Catrine melihat kepergian putranya dengan tatapan bersalah. Apa yang dikatakan olehnya tadi menyinggung perasaan putranya.

"sudahlah, jangan mencampurin percintaannya. Biar dia sendiri yang mengurusnya" ucap raksa menenangkan hati istrinya.

Wajah catrine masih terus menekuk, sudah tidak selera lagi dengan makanan di depannya.

Raksa melihat perubahan istrinya memeluk istrinya. "sudah jangan dipikirin"

Suaminya memang sangat perhatian kepada catrine. Ia dapat mengerti perasaan catrine apalagi kalau ada masalah selalu raksa yang menenangkan hatinya.

Dilain tempat, Raymond duduk di balkon kamarnya menatap bintang bertaburan di langit malam. Angin malam menerpa wajahnya membuat ia tenang.

Ntah apa dipikirkannya malam ini. Sesekali wajah gadis baru di kantornya muncul di pikirannya. Hanya secangkir kopi menemani malamnya.

"kenapa kau selalu muncul dipikirkan ku, padahal pertemuan kita baru" gumam Raymond.

Drt Drt Drt Drt....

Hpnya bergetar, muncul di layar notifikasi wa. Di usap ke atas layarnya membuka aplikasi wa melihat pesan dari fania.

Fania

Besok, rapat diundurkan pak dengan perusahaan xxx. Dan digantikan minggu depan.

Read.

Ketika tangannya ingin meletakkan hpnya terdengar suara pintu terbuka. Ia melihat mamanya masuk ke dalam kamarnya.

"maaf mengganggu mu sayang" ucap mamanya.

"tidak apa ma" jawab Raymond.

"nak, maaf perkataan mama tadi" Catrine memeluk Raymond.

Raymond mendengar suara tangisan mamanya membalas pelukan mamanya dengan posesif. "ma sudah, mama tidak bersalah"

"mama tidak tahu perkataan mama tadi menyinggung hati mu nak"

Raymond memegang bahu mamanya. "dengerin Raymond ma, perkataan mama tadi tidak menyinggung hati Raymond sedikit pun, tapi Raymond tadi hanya tidak ingin membahas pasangan ma, Raymond ingin sendiri dulu" jelas Raymond.

Catrine tersenyum. ia kembali memeluk Raymond. "kalau begitu tidur lah nak, angin malam tidak bagus untuk kesehatan"

"iya ma" jawab raymond.

Catrine melepaskan pelukannya lalu ia mencium kening Raymond. "sekali lagi mama minta maaf padamu"

Bibir Raymond terangkat ke atas. "mama gak salah"

"kalau gitu mama kembali ke kamar, papamu sudah menunggu" ucap catrine malu.

"iya iya Raymond mengerti" jawab Raymond malas.

Suara tawa catrine pecah. Wajah Raymond sangat lucu menurutnya.

"good night anak mama yang tampan" pamit catrine melangkah keluar dari kamar raymond.

"night to mama Raymond yang paling cantik" balasnya.

Raymond juga kembali ke tempat tidurnya. Sudah cukup memikirkan semuanya hari ini. Saatnya ia istirahat mengumpulkan tenaga untuk hari esok.

________________________________________

Alesya baru saja siap dengan laptopnya. Kalau bukan karena besok ada rapat ia tidak akan mau tidur tengah malam.

Sepertinya tidur malamnya akan berkurang dengan tugas kantornya. Dulu sekolah cuman pr yang hanya hitungan menit siapnya tapi ini tugas kantor yang harus dipahami perlu berjam-jam menyiapkan semuanya.

"kalau bukan karena mama aku tidak mau bekerja" alesya merentangkan tangannya.

"kenapa aku di jabat jadi sekretaris yah, padahal kan aku cuman lulusa SMA ditambah aku belum punya pengalaman bekerja. aneh" tanya alesya kepada dirinya sendiri.

"ditambah tadi di tumpangi sekaligus di ajak makan" alesya senyum-senyum sendiri.

"ishh alesya kamu banyak berpikir hari ini, kan dia bilang jangan salah paham" alesya menggeleng-gelengkan kepalanya menghilangkan pikiran yang tidak penting.

Alesya membaringkan tubuhnya ke kasur, menarik selimutnya dan terakhir mematikan lampu kamarnya. Ia sudah terlelap mungkin sekarang mimpi indah.

Kring! Kring! Kring!

Suara alarm jam dinakas berbunyi. Tangan alesya meraba letak jamnya. Ia mengucek matanya melihat jam berapa sekarang.

"Berisik banget sih, baru juga jam 5" alesya mematikan alarm kembali terlelap.

Ia mulai memasuki mimpinya. Suara dering telpon dari hpnya berbunyi.

"apa lagi sih" geramnya lalu mengambil hpnya mengangkat telpon.

"hallo alesya" suara wanita dari seberang telpon.

"ada apa?" tanya alesya.

"kamu tidak lari pagi hari ini" ucapnya.

Dia adalah teman lari pagi alesya bernama Talia, mereka sering lari pagi di taman. Walau talia kadang terlambat datang.

"tidak, hari ini aku harus bekerja" ucap alesya dengan suara mengantuk.

"hah! kenapa kau tidak bilang kepadaku, teman macam apa kau" murka talia.

"iya iya maaf" ucap alesya malas. "ya udah aku tutup dulu, nanti selesai bekerja kita bertemu" alesya mematikan sambungan tanpa menunggu jawaban talia.

Matanya tertutup kembali. Mungkin satu jam lagi tidur cukup.

Matahari sudah terbit dari ufuk timur. Suara ayam berkokok menyambut pagi ini. Alesya baru saja bangun dari tidurnya. Ia melirik jam menunjukkan pukul setengah tujuh.

Dengan cepat ia melompat tempat tidur menuju kamar mandi. Tidak membutuh waktu lama ia sudah siap lalu menuju lemari memakai baju yang sesuai. Wajahnya hanya di beri make-up tidak tebal.

Tidak sempat untuk dirinya sarapan pagi ini. Di kantor saja nanti ia makan. Alesya pun keluar dari apartemennya, ia tidak boleh telat, bisa-bisa ia di hukum.

**Jangan lupa komentar+like nya.

Votenya kalian juga yah.

Semoga kalian suka dengan part ini:)

Selamat membaca ke part selanjutnya**.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!