13. Hujan

Sore ini cuaca tidak mendukung. Awan gelap yang bergerak menutupi awan putih dan matahari seketika hilang.

Alesya berdiri memandangi air hujan yang turun. Sesekali tangannya terulur menikmati tetesan hujan yang jatuh di telapak tangannya.

Sore ini alesya akan ke bengkel mengambil mobilnya. Awalnya ia memesan gojek tetapi cuacanya hujan ia berlain memesan grab.

Tanpa sadar, di sebelah alesya seseorang ikut berdiri memandangi air hujan.

"apa yang sedang kau lakukan" Raymond melihat alesya senyum-senyum sendiri dengan tangan yang terulur membiarkan air hujan itu menetes di telapak tangan alesya.

Alesya tersontak kaget melihat bosnya di sebelahnya. Perasaannya ia tadi sendiri kenapa sekarang ada orang. Sangking asiknya menikmati hujan ia tidak sadar kehadiran bosnya itu.

"apa kau bisu" ucap Raymond.

Alesya memutar bola matanya dengan malas. "sejak kapan bapak di sini"

Raymond mengubah posisinya menghadap alesya. Lalu, tangannya memegang bahu alesya memutar badan alesya agar menatapnya.

Deg

*Deg

Deg*

Detak jantung alesya berdetak cepat. Ia menatap bola mata Raymond.

"bisakah kita bicara santai, misalnya aku, kamu atau kau" ucap Raymond.

Alesya memutus pandangannya, ia tidak mau menatap lama mata Raymond karena membuat dirinya gugup.

"maaf pak, tapi ini di kantor" jawab alesya merubah kembali posisi tubuhnya.

"ayo lah, ini bukan jam kerja lagi. Kau bisa memanggilku nama tidak pakai embel-embel" pinta Raymond.

"saja tidak bisa pak, maaf"

Raymond menghembuskan napasnya kasar.

Sebuah mobil berhenti di depan mereka. "permisi pak saya deluan" pamit alesya.

Ketika kaki alesya ingin melangkah, dengan cepat Raymond mencekal tangannya. "pulang bareng saya"

Alesya menatap Raymond dengan tatapan tidak suka. Apa-apaan dia sesuka hati memaksa orang.

"tidak ada bantahan!" ucap Raymond tegas. "tunggu sini" lanjutnya.

Raymond memberi uang kepada sopir grab yang di pesan alesya. "maaf pak, orderan anda saya cancel. Ini uang sebagai ganti ruginya"

Bapak itu menerima uang yang di beri Raymond. "aduh, ini uangnya kebanyakan pak" jawab pak sopir.

"udah gak apa pak, berarti itu rejeki bapak" ucap Raymond.

Alesya melihat bosnya tidak percaya apa yang dilakukannya. Ingin membantah tapi dia yang punya perusahaan.

Raymond menarik tangan alesya tanpa peduli dari tatapan keryawan yang melihatnya. Sebagian dari karyawan berbisik dan bertanya-tanya.

Sampai di lift menuju parkiran, mereka bungkam. Tidak ada percakapan di antara keduanya.

"aaaaa!!!" jerit alesya ketika lampu dan lift mati.

Raymond yang mendengar jeritan alesya, langsung memeluk tubuh alesya. "tenang lah, mati lampunya tidak akan lama" ucap Raymond menenangkan.

Tubuh alesya bergetar hebat. Ia sangat trauma dengan kegelapan. Raymond yang merasakan tubuh alesya yang ketakutan lebih erat memeluknya.

"pa-pak. Sa-ya takut" ucap alesya getar.

Raymond mengumpat. Kenapa harus mati lampu segala. Ia sangat khawatir keadaan alesya. Untuk pertama kalinya ia melihat wanita selemah ini.

Lima menit menunggu akhirnya lift menyala kembali. Tubuh alesya masih bergetar ketakutan.

Raymond menggendong alesya agar cepat sampai ke mobilnya.

Alesya hanya pasrah dengan perlakuan Raymond. Tangannya dilingkarkan ke leher Raymond. Ia sangat malu sekarang.

"bagaimana perasaan mu sekarang" tanya Raymond ketika di dalam mobil.

Alesya menarik napasnya. "lumayan pak" jawab alesya.

"bagaimana kalau kita ke dokter" saran Raymond.

"tidak usah pak" jawab alesya cepat. Apa-apaan sih dia, aku kan cuman ketakutan saja.

Tangan Raymond menarik dagu alesya agar menatap dirinya. "aku sangat khawatir tadi" ucap jujur Raymond.

Alesya mendengar perkataan Raymond tidak percaya. Apa saat ini ia sedang mimpi.

"kamu tidak mimpi" jawab Raymond mengetahui isi pikiran alesya.

Alesya tersenyum kikuk. Tidak tahu harus menjawab apa.

Aku jatuh hati padamu alesya. Batin Raymond

Hanya Raymond dan tuhan yang tahu ucapan dalam hatinya. Suatu saat nanti ia akan mengatakan secara langsung ke alesya, ketika hatinya benar-benar yakin.

_______________________________

Hujan makin lama makin deras. Di dalam mobil hanya suara lagu menemani mereka.

Mereka sampai di tempat bengkel mobil alesya. Raymond memarkir mobilnya. Setelah itu, ia mengambil payung dan membuka pintu untuk alesya. Sosweet.

"gak usah pak, saya ingin main hujan" ucap alesya.

Ntah kenapa saat ini alesya ingin bermain hujan. Ia ingin merasakan rasanya mandi hujan, karena waktu kecil ia tidak pernah di izinin mandi hujan.

"tidak boleh alesya, nanti kamu sakit" larang Raymond. Raymond tidak rela kalau alesya sampai sakit.

"pak please. Saya bukan anak kecil lagi, saya sangat ingin merasakan mandi hujan" jawab alesya.

"kalau begitu saya juga ikut" ucap Raymond menutup payungnya kembali.

Mata alesya berbinar. "bapak serius"

"kamu bisa lihat sendiri saya sudah basah, Sekarang kamu keluar"

Tanpa basa-basi alesya keluar dari mobil. Tangannya direntangkan menikmati air hujan yang turun.

Raymond melihatnya hanya bisa tersenyum. Senang rasanya melihat alesya tersenyum begitu.

"pak sini!" panggil alesya.

Raymond mendekat ke arah alesya. Kini mereka di tengah jalan berdiri saling pandang.

Baru kali ini alesya tersenyum tulus di hadapan Raymond. Tentu saja Raymond sangat bahagia dengan itu. Jantung Raymond berdetak kencang tidak seperti biasanya. Kayaknya aku harus ke dokter setelah ini memeriksa jantung ku.

"pak, aku ingin di gendong terus di putar seperti di film-film" ucap alesya sedikit teriak agar Raymond bisa mendengar ucapannya.

Mendengar permintaan alesya, Raymond sangat terkejut. Apa gadis di depannya ini sedang mabuk.

"pak ih! cepetan"

Tangan Raymond memeluk perut alesya dan memutar badan alesya dengan pelan.

Banyak pasang mata melihat kelakuan mereka. Ada yang iri ingin seperti mereka ada juga yang tidak suka.

Jalanan ini akan menjadi saksi keromantisan mereka. Meski terkesan seperti anak kecil tapi itu sangat membuat keduanya bahagia.

Raymond tidak pernah sebahagia begini ketika bersama wanita. Jadi, ini pertama kalinya bahagia dengan wanita yang baru ia kenal beberapa hari.

Dan alesya begitu, ini pertama kalinya ia mandi hujan dan di temani pria. Mungkin ini akan menjadi kenangan manis yang tidak di lupakan olehnya.

"aaaaa..... berhenti pak, saya sangat pusing" pinta alesya sambil tertawa.

Langsung Raymond menghentikan putarannya. "apa kau bahagia?" tanya Raymond.

Alesya tersenyum lalu mengangguk.

Raymond memeluk alesya.

Makasih tuhan kau telah mengirimkan aku sosok wanita yang sudah membuat hidup ku bahagia dan berwarna.

**Like+komentar+votenya

Terus berikan dukungan author biar makin semangat nulisnya :)

Selamat membaca part selanjutnya.

Typo bertebaran**.

Terpopuler

Comments

nessa nessa

nessa nessa

so sweet...

2020-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!