3. Melamar Pekerjaan

Sebuah gedung Tinggi dengan halaman luas serta tempat parkir khusus di depan gedung terdapat bacaan nama perusahaan. ini seperti mall atau tempat wisata bukan seperti kantor.

Kini Alesya berdiri di depan gedung tersebut memakai baju putih berlengan panjang, rok hitam dibawah lutut, sepatu pansus berwarna putih, rambutnya dikucir kuda dan hanya sedikit polesan di wajahnya agar terlihat fresh. ia siap untuk melamar kerja di perusahaan ini.

Sebelum datang ia menyempatkan diri berlatih di rumah untuk interview nanti agar menjawab pertanyaan tidak terlalu gugup.

Kakinya melangkah masuk ke dalam gedung. Matanya berbinar melihat dalam gedung yang begitu luas. ia menuju ke tempat resepsionis.

"selamat pagi" sapa Alesya kepada seorang wanita sedikit lebih tua darinya.

"selamat pagi kembali, ada yang bisa saya bantu?" jawabnya ramah.

"emm, benarkah perusahaan ini sedang mencari pekerja?" Alesya menyakinkan kalau ia tidak salah perusahaan.

"sebentar yah bu"

Resepsionis itu memencet tombol telepon, sepertinya ia menelepon seseorang.

Sesekali Alesya menarik napasnya agar tidak gugup. pertama kalinya ia melamar pekerjaan apalagi di perusahaan ternama.

"mari ikut saya bu"

Alesya mengikuti resepsionis dari belakang. langkahnya terhenti di depan ruangan yang di pintu bertuliskan direktur.

"maaf yah bu, saya hanya bisa menghantarkan anda disini" Ucapnya tak enak hati.

"eh, gak papa kok" jawab Alesya.

"silahkan masuk bu, anda sudah di tunggu" ia mempersilakan alesya masuk ke dalam. "saya pamit dulu" izinnya.

Alesya tersenyum. "terimakasih bantuannya" ucap alesya.

Resepsionis membalas dengan senyuman dan sedikit membungkukkan badannya lalu kembali ketempatnya.

Ragu-ragu tangannya untuk mengetuk pintu. jujur saja ia belum siap untuk di interview.

Tok! Tok! Tok!

Putusnya setelah berpikir cukup lama.

"masuk" terdengar suara berat dari dalam.

Alesya masuk kedalam dengan kaki yang sedikit gemetar.

Kok aku jadi gemetar gini sih. batinnya.

Terlihat postur tubuh pria tegap dengan jas berwarna hitam membelakanginya.

Tangan alesya dingin, ia menggigit bibir bawahnya menahan kakinya yang gemetar, kini kakinya menjadi lemah, rasanya tidak sanggup lagi menahan badannya.

"silahkan duduk"

Sepertinya pria itu tahu kalau alesya sedang gugup. alesya duduk pas di depan meja yang terdapat bacaan direktur.

Pria itu membalikkan badannya. betapa terkejutnya alesya melihat wajahnya.

Tampan

Kata itu lah yang keluar dari dalam hatinya. mata alesya tidak berkedip melihat pria di depannya.

Pria itu tersenyum melihat ekspresi alesya. dia sudah terbiasa dengan tatapan begitu dari wanita.

"ekhem" pria itu menyadari alesya yang terus menatapnya tanpa berkedip.

Alesya langsung tersadar. "eh" spontannya. Ia salah tingkah.

"Aleysa Patricia?" tanya pria itu.

Dari mana pria ini tau nama ku. pikirnya.

Dia dapat membaca dari raut wajah Alesya. "kamu yang nelepon malam-malam itu"

"oh, bapak yang nerima telepon saya, maaf ya pak saya gak tau kalau bapak seorang direktur, saya jadi gak enak" jelas Alesya.

Pria itu tertawa.

Ada yang lucu kah. tanya alesya sendiri.

"kamu sudah siap untuk di interview?" tanya pria itu. "oh ya, perkenalkan nama saya Regio Aryando, panggil saja gio" lanjutnya.

"Saya sudah siap pak gio" jawab Alesya yakin.

"bagus kalau begitu" gio berdiri, sepertinya ia mengambil sebuah berkas.

Alesya merelaksasi dirinya. ia harus siap untuk interview, ia yakin kalau dirinya bisa menjawab semua pertanyaan tanpa gugup.

Alesya kamu bisa! ia menyemangati dirinya sendiri.

"isi dulu biodata kamu" gio menyodorkan selembar kertas yang berisi data diri. ia harus mempunyai data diri pegawai.

Dengan mantap alesya mengisi semua pertanyaan di kertas itu. meski kakinya masih sedikit lemah. setelah semuanya terisi, ia menyerahkan kepada gio kembali dan gio menerima dengan senang hati.

Setelah mengisi biodata, Alesya menyerahkan persyaratan yang tertera di kertas lowongan kerja ia baca kemarin. sebuah map coklat berisi dokumen yang diminta perusahaan.

Gio membaca satu persatu, ia membaca dengan teliti kalau dokumennya tidak ada yang di manipulasi. setelah semuanya selesai ia memulai interview.

Cukup waktu yang lumayan lama Alesya selesai di interview. semua pertanyaan dijawab nya dengan yakin, tidak ada yang tidak di jawabnya meski tadi suasana sedikit canggung ia menyingkirkan suasana itu perlahan. Gio mendengar semua jawaban Alesya tersenyum.

"selamat kamu di terima kerja di perusahaan ini" ucap gio dengan tangan terulur.

Alesya merima jabatan tangan gio. "terimakasih pak" ia bahagia sekali.

"kamu bisa mulai bekerja besok"

Bibir Alesya terangkat ke atas dan matanya berbinar. ia tidak menyangka akan di terima. padahal ini pengalaman pertama nya melamar kerja.

"sekali lagi terimakasih pak" Alesya membungkukkan badannya.

Gio menahan senyumnya, gadis di depannya benar-benar menggemaskan tingkahnya. mungkin setelah ini ia akan berjumpa setiap hari dengan gadis di depannya ini.

"saya bisa pamit keluar pak?" tanya Alesya takut.

"silahkan" gio berdiri dari tempat duduknya. "apa perlu saya antarkan kamu sampai di pintu" tawar gio.

Alesya langsung menggeleng. "tidak usah pak"

Langsung saja Alesya melangkah keluar dengan hati yang bahagia, ia harus menelpon maminya kalau ia sudah mendapatkan pekerjaan, jadi maminya tidak perlu lagi menanyakan apakah ia sudah dapat kerja apa belum.

Gio melihat Alesya sampai punggungnya menghilangkan dari penglihatannya. pintu pun sudah tertutup ia kembali duduk.

__________________________________________

"halo mam"

Alesya menelpon maminya, sekarang ia sedang di sebuah cafe.

"ada apa alesya?" tanya maminya.

Maminya pasti berpikir kalau alesya meminta untuk mentransfer uang.

"alesya ada kabar gembira mam" ucap alesya antusias.

"apa itu" jawab maminya tak mau kalah.

"alesya sudah...." ucapnya menggantung. ia sengaja membuat maminya penasaran.

Terdengar suara desahan kesal dari maminya. "aishh, kamu jangan buat mami penasaran begini dong"

Aleysa tertawa mendengar suara maminya yang kesal.

"alesya sudah mendapatkan pekerjaan mam" ucap alesya berbisik.

"ha! serius kamu!" teriak maminya.

Alesya menjauhkan hpnya. sakit kupingnya mendengar teriakan maminya seperti di hutan.

"sakit kuping alesya mam, gak usah teriak juga" protes alesya.

"maaf sayang, mami terlalu bahagia mendengarnya" jawab maminya dengan kekehan kecil. "kamu gak bohong kan" lanjut maminya.

"iya beneran mam, tadi alesya melamar pekerjaan di perusahaan xxx dan di terima di sana" jelas alesya.

"kenapa kamu gak ngomong sama mami kalau mau ngelamar pekerjaan, kan mami bisa bantu buat kamu masuk ke perusahaan itu" terdengar suara kesal dari maminya.

"alesya gak mau ngerepotin mami, bukannya mami yang minta alesya mandiri" jelas alesya. "mami kapan teransfer lagi, uang alesya menipis nih mi" lanjut alesya.

"dua hari mami tf, kamu hemat-hemat pakai uang" ucap maminya. "Karena kamu sudah kerja, uang tfnya mami kurangin"

"mami jangan gitu dong" protes Alesya.

Masa harus dikurangin sih, kerja aja belum dah main kurang-kurangin. kan lumayan nanti bisa pindah apartemen baru.

"mami gak terima protes kamu"

Tut. Tut. Tut.

Sambungan terputus.

"kebiasaan" gumam alesya kesal.

"permisi" pesanan alesya datang.

Alesya mengambil pesanannya. "terimakasih mbak" ucap alesya.

"sama-sama bu" jawab pelayanan tersebut dan kembali ketempat.

Kok semua orang manggil aku ibu sih, emang wajah ku terlihat seperti ibu-ibu apa, padahal umur ku masih muda loh. pikir alesya.

Ia menghabiskan makanannya. sesekali ia mengecek hpnya. banyak pesan wa masuk di hpnya tetapi jarang ia baca. menurutnya semua pesan tidak ada yang penting karena berisi percakapan yang basi. ntah dari mana orang yang mengirim pesan mendapatkan no wanya, padahal ia tidak menyebar nomor wanya dimana pun.

Setelah selesai makan alesya segera kembali pulang. ia menuju ke kasir membayar pesanannya.

Ia membuka pintu cafe tetapi tangannya terhenti karena dari luar juga membuka pintu. ia memilih mengalah. pintu sudah terbuka, ia pun melangkah keluar dan....

Bruk!

Alesya tertabrak seseorang.

"aww" ia memegang kepalanya yang terbentur dada seseorang tersebut.

Seseorang itu pun memberhentikan langkahnya. ia melihat gadis di depannya yang menabraknya.

Alesya menegakkan kepalanya melihat seseorang yang di tabraknya. dia seorang pria . alesya harus menegakkan kepala karena tinggi pria itu di atasnya.

Mata mereka beradu pandang. alesya memutuskan pandangan itu.

"maaf" ucap alesya tunduk.

Pria itu menatap alesya datar. ia tidak menjawab ucapan alesya.

Alesya yang merasa ucapannya tidak di respon menegakkan kepalanya kembali.

Soombong banget sih jadi manusia. batin alesya.

Pria itu melewati alesya, melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi.

"lain kali mata di pake" ucapan pria itu dari jauh dengan nada dingin.

Alesya merutuki pria itu. dia tampan dan cool tapi sombong. dari tampilannya pria itu kaya, wajahnya juga tidak tua.

Tidak mau berpikir pusing, alesya melanjutkan jalannya mencari taxi. ia ingin bersantai, menghabiskan waktu hari ini dengan bersantai. ia sudah feeling kalau sudah kerja, waktu santainya tidak akan banyak.

**Gimana dengan part yang ini, semoga suka:)

Jangan lupa komentar+likenya

Votenya ditunggu.

Selamat membaca di part selanjutnya**:)

Terpopuler

Comments

Nany Susilowati

Nany Susilowati

baru ketahuan maknya pelit medit hartnya mo f gendong klu mati ya..

2020-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!