Di ruang kerja, Raymond tidak fokus dengan kerjaannya. laptop di depannya dari tadi terus menyala. tetapi, dirinya fokus melamun.
Ia terbayang sosok gadis yang ia temui berapa jam yang lalu.
Seharusnya aku tidak bersikap dingin kepadanya. mungkin menolongnya lebih baik. tapi kalau aku bersikap seperti itu yang ada harga diriku turun, kemana sikap bos di diriku. gadis itu sangat cantik dan manis.Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat ke atas.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Raymond berdecak kesal. awas saja kalau tidak penting akan ku pecat dia.
"masuk" teriak raymond kesal.
Pintu terbuka menampilkan sosok pria yang sangat ia kenal.
"hei bro, lama tidak bertemu" sapanya.
Dia adalah sahabat sekaligus direktur perusahaannya siapa lagi kalau bukan gio. Raymond baru saja pulang dari Australia mengurus klien disana.
"ada apa?" tanya Raymond to the point. ia tidak suka basa basi apalagi itu tidak penting.
"lo gak kangen apa sama gue" raut wajah gio cemberut.
"gak" raymond fokus ke laptopnya kembali. "lo kalau kemari gak ada yang penting silahkan keluar" usir raymond halus.
"sahabat macam apa ini, di sambut kek ini malah di usir" gio duduk di sofa. ia membuka map yang dibawanya.
Gio menyerahkan dokumen data diri seseorang ke meja raymond. Raymond melihat ke arah gio, keningnya berkerut tidak mengerti maksud dari dokumen itu.
"apa ini"
Gio membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. "pegawai baru" jawabnya.
Raymond memicingkan matanya curiga. "jangan ngaco, perusahaan tidak kekurangan pegawai"
Gio menyegir. "gue yang segaja membuat lowongan kerja"
"gila lo yah" ujar Raymond tidak percaya.
"tenang bro, pasti lo suka sama yang ini, cantik parah" gio mencoba menenangkan sahabatnya.
"gak, Sekarang lo bilang sama tuh orang kalau ia tidak di terima" tolak raymond.
Gio mendesah kesal. "ayo dong bro, coba lo liat dulu" raut wajah gio di buatnya semelas mungkin. "plisss" ujarnya dengan puppy ayesnya.
Raymond melihatnya jijik. untung sahabatnya kalau tidak udah ia pecat mungkin. ia menuruti perkataan gio. satu persatu melihat dokumen di depannya. terakhir ia melihat sebuah foto.
Kayak kenal.
Ia mengingat wajah itu, dan...
Ini kan gadis yang tadi.
Senyumnya mengembang senang. sepertinya ia bisa setiap hari bertemu dengan gadis itu dan... pikirannya meliar.
"woii" gio menepuk pundak raymond.
Raymond tersadar. "apa" ujarnya spontan.
"gimana? cantik kan" gio menaik turunkan alisnya.
"biasa aja" elak Raymond, padahal hatinya mengatakan cantik.
"kapan dia mulai kerja" ujar raymond. "dan siapa namanya" lanjutnya.
Ia sebenarnya tadi hanya membolak-balik kertasnya saja bukan di baca detail.
"besok" jawab gio. "jadi tadi lo ngapain?" tanya gio heran.
"besok langsung angkat dia jadi sekretaris"
Gio mendengar sangat terkejut, untung saja dia tidak mempunyai penyakit jantung. "lo serius? bukannya lo bilang tadi perusahaan kita tidak kekurangan pegawai, rencana tadi mau gue jelasin ke dia"
"bacot lo, turutin aja yang gue bilang"
Ingat. Raymond tidak suka basa-basi apalagi percakapan tidak penting.
"sekretaris gue kan" gio sengaja memancing raymond, ia tahu kalau Raymond menyukai gadis itu. terlihat dari raut wajahnya tadi.
"mau gue pecat lo" ancam raymond. "sekertaris gue" tegasnya.
"tapi lo kan udah ada fania"
Ya, Raymond sudah mempunyai sekretaris bernama fania. fania sudah lama menjadi sekertarisnya, apalagi fania tidak banyak tingkah orangnya, selalu tepat waktu dan tidak bertele-tele. fania juga sudah mempunyai pacar, jadi tidak ada gosip di antara mereka dan itu lah membuat raymond nyaman fania menjadi sekretarisnya.
Raymond berfikir sebentar. ia tidak mungkin memecat fania begitu saja, bagaimana pun fania sudah banyak berjasa buat dia dan pekerjaannya selalu bagus.
"jadi sekretaris gue aja, si eva kan baru saja mengundurkan diri. jadi, gue kosong"
Raymond menatap tajam. ia tidak rela kalau gadis itu menjadi sekretaris sahabatnya dan mereka mempunyai hubungan lebih jauh nantinya. ntah kenapa perasaan itu ada di dirinya padahal mereka baru saja bertemu.
Ia mendapatkan ide bagus baginya. "fania pindah jadi sekretaris lo dan gadis itu menjadi sekretaris gue"
"gak bisa dong" protes gio.
"sorry, gue gak suka orang yang protes dan tidak terima penolakan" final sudah.
Gio mendengus kasar. apa-apaan Raymond sesuka hatinya memindahkan sekretarisnya begitu saja, iya dia bos disini ia bisa sesuka hatinya. tapi kan gue mau gadis itu jadi sekretaris gue.
"lo gak ada keperluan lagi kan, silahkan keluar" usir raymond. "pintu keluar ada di sebelah sana" ia menunjuk ke arah pintu.
Gio berjalan keluar dengan wajah kesal.
"ingat! kita sahabat" teriak raymond dengan kekehannya.
"serah lo raymond, nyesel gue ngasih tau lo tadi" ucap gio sebelum menutup pintu kembali.
Raymond tertawa menang. ia tersenyum membayangkan bekerja bersama dengan gadis itu dipastikan ia akan selalu dekat dengan gadis itu.
________________________________________
Semua pekerjaan telah selesai. raymond kembali ke apartemennya merelaksasi tubuhnya. habis pulang dari Australia, ia tidak pulang.
"kenapa gadis itu selalu muncul di pikiran ku ahkkk" ia mengacak rambutnya frustasi.
Ia bisa gila kalau begini terus memikirkan gadis itu. ntah bagaimana ia bisa memikat seorang raymond yang terkenal tidak pernah serius dengan wanita. tapi, lihat sekarang ia memikirkan gadis yang tidak sama sekali ia kenal.
"enyahlah dari pikiran ku"
Sepertinya ia telah terobsesi atau hanya sekedar penasaran saja dengan gadis itu. ia harus berada di prinsipnya, jangan sampai ada wanita mengendalikannya.
Sampai di parkiran mobilnya, hpnya berbunyi.
"hallo" ucapnya.
"......"
"apa tidak bisa besok, hari ini aku sangat lelah"
"......"
"jangan membuat ku kesal"
"......."
"baiklah besok akan ku jemput"
Ia masuk ke dalam mobilnya. pikiran nya sangat kacau hari ini. ia meninggalkan pekarangan kantor membelah jalanan yang cukup padat sore ini.
Saat ini pikirannya bercabang. gadis itu membuat ia tidak bisa memikir dengan baik. bagaimana besok agar ia tidak datang untuk menjemput.
Hari ini ia memilih untuk beristirahat di apartemennya. ia malas untuk pulang. kalau ia pulang pasti akan terjadi pertengkaran antara dirinya dengan ayahnya.
Hubungan keduanya tidak begitu baik. dimana ia memilih untuk tinggal di apartemen, menyendiri lebih baik.
"astaga, aku sampai lupa kalau laptopku ketinggalan" ia berdecak kesal.
Tidak mungkin ia kembali lagi ke kantor. kalau tidak ada laptop bagaimana ia bekerja.
Raymond mengambil hpnya membuka kontak mencari nomor gio.
"hai bro" suara berat dari seberang sana.
"lo masih di kantor?" tanya Raymond.
"kenapa?" tanya gio balik.
Kok jadi tanya balik begini.
"jawab pertanyaan gue bukan lo nanyak balik"
Gio tertawa renyah. "haha, sorry. gue masih di kantor nih"
"tolong ambilkan laptop gue di ruangan gue dan antarkan ke apartemen gue"
Sambungan langsung di putuskan raymond. ia tidak mau berdebat apalagi protesan sahabatnya itu. membuat sakit kuping saja.
Ia memijat pelipisnya. setelah ini ia harus mandi berendam memulihkan pikirannya. ia tidak boleh terbawa perasaan dengan wajah gadis itu.
"kamu bisa buat gadis itu mencintai mu Raymond" semangat dirinya sendiri.
Harus bisa ia membuat seorang gadis mencintai nya deluan, ia tidak mau kalau ia mencintai gadis deluan.
Bagaimanapun gadis itu tidak boleh mengendalikan dirinya. selama ini ia yang mengendalikan seorang wanita jadi tidak mungkin ini ia dikendalikan.
"gadis sialan, kenapa kau selalu muncul dipikirkan ku, enyahlah" erangnya.
Lebih baik ia membersihkan tubuhnya. benar-benar panas sudah hawanya.
**Semoga kalian suka dengan part ini:)
Jangan lupa komentar+likenya
Selamat membaca ke part selanjutnya.
Semoga hidup kalian bahagia selalu. aminn**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments