15. Gelisah

Pukul sudah menunjukkan 11.00 WIB, tetapi alesya belum juga tidur. Sudah berapa kali dirinya memejamkan mata, tapi pikiran selalu mengganggunya. Dan sudah berulang kali mengubah gaya tidurnya tetap tidak bisa tidur.

"ahgrrr, pikiran sialan menghilang lah"

Alesya frustasi dengan pikirannya sekarang. Kenapa pikiran nya selalu muncul wajah bosnya. Ia mengambil ponselnya di nakas melihat pemberitahuan pesan ada atau tidak.

Ternyata ada banyak pesan masuk, tapi hanya satu nama yang ia tertarik yaitu Raymond. Di klik nama Raymond melihat kan isi pesan 'selamat malam alesya, tidur yang nyenyak yah malam ini ^_^' hanya sebuah kata singkat mampu membuat bibir nya tersenyum.

Ketika ia ingin meletakkan ponselnya kembali, suara ringtone ponsel nya berbunyi. Terlihat jelas nama Raymond tertera. Alesya langsung mengangkat panggilan bosnya, siapa tahu ada yang penting atau pemberitahuan besok ada rapat.

"hallo" ucap alesya.

"um.. hay" mendengar dari nada bicara Raymond sedikit gugup.

"ada apa yah pak, kok jam segini nelpon" tanya alesya.

"aku hanya ingin mendengar suaramu saja"

Alesya menggigit bibir bawahnya. Sungguh ucapan bosnya membuat hatinya berdebar.

"maaf pak saya harus matikan telepon nya" alesya langsung mematikan sambungan sepihak. Ia tidak bisa bertelepon lama-lama kalau bosnya terus menggoda nya.

Bagaimana ia bisa tidur kalau hatinya terus berdebar.

Alesya kamu tidak boleh baper, ia hanya menggoda mu agar kamu baper terus setelah baper dia akan meninggalkan mu.

Alesya beranjak dari tempat tidurnya mengambil jaketnya. Tujuannya sekarang adalah kedai kopi di daerahnya yang buka 24 jam dan kedai tersebut tempat teman SMAnya bekerja. Mungkin minum kopi bisa membuat pikirannya tenang.

Setelah sampai di kedai kopi, alesya duduk di bagian pojok.

"udah lama gak kemari" ucap barista tak lain teman SMA alesya dulu.

"gue sibuk, jadi gak sempat mampir" jawab alesya.

Rafi ikut duduk di sebelah alesya. "ada masalah?" tanyanya.

Alesya menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. "hanya ingin menenangkan pikiran aja"

"mau mesen apa lo" rafi sudah siap dengan buku dan pulpen di tangannya.

"kayak biasa aja" ucap alesya.

"gue tinggal bentar gak apa kan"

Alesya mengangguk. "iya gak apa"

Cuaca malam semakin dingin. Untung saja alesya menggunakan jaket, dinginnya tidak terlalu di badannya.

Rafi adalah teman dekat alesya waktu SMA.

Flesback on.

Seorang gadis berpakaian sekolah dengan tas di pundaknya berjalan kaki sendirian. Dia menuju kembali ke kosnya.

Sampai di gang menuju ketempat kosnya, terlihat segerombolan laki-laki dengan pakaian seperti preman. Preman itu melihat gadis cantik dengan mata yang berbinar, ada mangsa baru.

Tubuh alesya itu bergetar ketika preman mendekat ke arahnya.

"hai gadis cantik" ucap salah satu preman.

Tubuhnya bergetar ketakutan. Lihat saja bagaimana postur tubuh preman itu jauh lebih besar dari alesya.

"ma--mau apa kalian" ucap alesya memberanikan diri.

"kami hanya ingin bersenang-senang dengan mu cantik" ucap preman itu lagi, sepertinya dia bos di antara temannya.

"kamu tau baby kalau lewat sini harus bayar pajak, nah sebagai gantinya kami ingin tubuh mu yang membayar nya" sambung preman lainnya.

Dan mereka semua tertawa kuat.

Ingin berlari pasti mereka akan mudah menangkapnya.

"hei! dasar banci, berani nya keroyokan, sama cewek lagi" teriak seseorang dari belakang.

Akhirnya tubuh alesya lega. Seseorang membantu nya.

"dasar bocah ingusan, kau mau jadi pahlawan kesiangan hah!"

Tersungging dari bibir laki-laki itu. "sini kalau berani lawan satu-satu jangan taunya keroyokan" laki-laki itu memasang kuda-kuda.

Dia menatap ke arah alesya agar menyuruh alesya lari. 'lari dari sini' ucapnya dengan gerakan mulut tanpa suara.

Paham apa yang dikatakan laki-laki itu, alesya mencari cela melarikan diri ketika preman maju ke arah laki-laki tersebut.

Alesya mengintip dari tembok gang. Mata alesya takjub melihat adegan pukul-pukulan seperti di film secara langsung.

Satu demi satu preman itu tepar dan sudah babak belur. Tidak mau menambah sakit di badan mereka, mereka melarikan diri.

"lo gapapa kan" tanya laki-laki itu.

"ng-ngak papa kok" jawab alesya. "makasih yah udah bantuin gue, gue gak tau kalau gak ada lo tadi" sambung alesya.

"iya, sans aja" laki-laki itu tersenyum. "oh ya, rafi" dia mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.

"alesya"

Rafi mengambil tasnya kembali yang tadi di jatuhkan di tanah.

"gue cabut dulu yah, sampai bertemu di sekolah besok" pamitnya sambil tersenyum.

Senyuman sangat manis. Siapa saja yang melihat senyuman rafi akan jatuh hati dengannya. Tapi itu tidak berlaku buat alesya, karena dia hanya fokus ke belajar, tidak ada waktu buat percintaan.

Nah dari situ lah awal pertemuannya dengan rafi dan besoknya rafi mulai berteman dengan alesya yang selalu membantu alesya ketika sedang mengalami kesulitan. Alesya menganggap rafi berbeda dengan yang lain, dia dapat di percaya dan tidak pernah membuat dirinya sedih.

Flashback off.

Asap kopi mengepul mengeluarkan bau khas kopi yang masih panas.

"bagaimana kabar lo" tanya rafi yang sudah duduk di sebelah alesya.

Alesya menyesap kopinya. "baik"

"gue kira lo balik ke tempat asal lo"

Hanya rafi yang tahu kalau alesya anak dari pengusaha. Dan hanya rafi yang bisa alesya percaya.

"orangtua gue gak bakal ngasih gue balik sebelum gue dapat pekerjaan" jawab alesya.

"sekarang lo udah dapat pekerjaan?" tanya rafi memerhatikan alesya yang fokus dengan kopi di tangan.

"udah"

"serius" ucap rafi tidak percaya.

"ye, dua rius" jawab alesya memutar matanya malas.

"kerja dimana lo sekarang"

"group Dirgantara"

Rafi membelakkan matanya tidak percaya. "lo gak halu kan"

Langsung saja alesya menoyor kepala rafi. "heh, gue gak pernah halu yah" ucap alesya tidak terima.

Rafi mengelus kepalanya. "gue gak nyangka lo bisa kerja di situ, lo pake dukun mana" ucap rafi tidak serius.

"mulut lo minta di sumpel kopi panas kayaknya nih" alesya menunjukan kopinya yang masih panas ke depan wajah rafi.

Rafi menyengir kuda. "canda aelah hehe"

"gimana kerja lo" tanya alesya balik.

"ya lo bisa lihat sendiri, gue ambil shift malam" jawab rafi.

"siangnya?"

"buat tidur, biar malam gak ngantuk"

"kenapa lo gak ambil siang aja, malamnya bisa buat tidur"

"ntah kenapa gue lebih suka malam daripada siang, kalau siang tuh rame banget" jawab rafi.

Ting!

Suara bel pintu berbunyi. Ketika ada orang masuk bel di dekat pintu akan berbunyi bertanda ada pelanggan yang datang.

"eh alesya"

Suara yang familiar di telinga. Alesya tidak mungkin salah siapa orang itu.

"boleh saya gabung"

Alesya membulatkan matanya tidak percaya siapa di depannya sekarang.

"kok bapak bisa disini" ucap alesya bingung.

Raymond hanya tersenyum menanggapi pertanyaan alesya.

Rafi melihat Raymond lalu ke alesya dengan tatapan bingung. Ada apa sebenarnya, apa lagi ada syuting drama.

"Raymond langganan di sini alesya" ucap rafi.

Hampir saja dia tersedak kopi. Ternyata bosnya suka nongkrong di sini. Tau kayak gini alesya tidak datang ke kedai ini memilih ketempat lain.

"kirain kamu udah tidur, rupanya lagi berduaan dengan pacar mu" ucap Raymond dengan nada yang berbeda.

Rafi langsung menggelengkan kepalanya. "tidak ray, dia cuman teman SMA gue" jawab rafi.

"ya benar itu, bapak jangan asal ngomong" sambung alesya.

Sedikit lega hati Raymond mengetahui mereka hanya teman.

Alesya bertanya-tanya, kenapa rafi dan bosnya ini bicaranya seperti teman lama. Bicara lo, gue lagi. Jiwa keponya meronta-ronta.

"oh ya alesya gue mau ngasih tau, kalau Raymond ini yang punya perusahaan tempat lo kerja" rafi memberikan informasi yang sebenarnya alesya sudah tahu, kan dia yang jadi sekretaris nya.

"oh, iya kah" jawab alesya pura-pura tidak tahu.

"jangan membodohi diri sendiri" sarkas Raymond.

Alesya memalingkan wajahnya. Wajah nya kini memerah menahan malu.

"dia kerja sebagai sekretaris di perusahaan ku" sambung Raymond.

Rafi terkejut dengan itu, alesya langsung bekerja di perusahaan ternama dengan jabatan sekretaris. Apa mungkin suruhan orangtuanya atau alesya meminta ke orangtuanya.

"panteslah, orangtuamu—" ucapan rafi terpotong ketika alesya memasukkan minumannya ke dalam mulut rafi. Jangan sampai rafi bocor dengan identitas nya, bisa gawat kalau sampai orang lain tau.

"raf, gue cabut pulang dulu yah" pamit alesya. "jangan sampai lo bocor ke orang lain tentang identitas gue, ingat perjanjian dulu kan" bisik alesya pelan agar bosnya tidak mendengarnya.

Rafi menganggukkan kepalanya berulang kali. Dasar mulut, bisanya hampir keceplosan.

Alesya melangkah keluar.

"gue gak jadi pesan bro" ucap Raymond mengejar alesya.

Rafi mengerutkan dahinya. Drama apa lagi ini. Kenapa disini dia seperti orang bodoh. Tidak mau memikirkan hal yang aneh rafi kembali bekerja.

****Maaf ya up nya lama.

Jangan lupa like+komentar+votenya.

Selamat membaca ke part selanjutnya. Tungguin up yah

Typo bertebaran****.

Terpopuler

Comments

Ketut sariani Sariani

Ketut sariani Sariani

lnjut dong thor

2020-08-05

1

Undri

Undri

up lg thorrr

2020-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!